Main Cast:
Kim Jaejoong, Jung Yunho, Shim Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun
Cameo:
Ahn Jae Hyun
Genre: Romance
Satu
Matahari telah berada tepat di
atas ubun-ubun, kesejukan pohon pinus seketika menguap jika siang terik di
musim panas seperti ini telah datang. Suara burung-burung liar terdengar
sesekali, nampaknya penghuni asli hutan ini sama sekali tidak terpangaruh oleh
cuaca panas siang ini. Mereka tetap bermain kesana kemari dan mengambil minum
di tepian danau.
Yunho dan Jaejoong
memutuskan untuk tetap berada di dalam rumah siang ini. Tidak banyak yang bisa
dilakukan karena semua pekerjaan rumah telah selesai dari tadi. Diam-diam
keduanya merindukan kesibukan di ibukota yang telah menemani karir mereka
selama bertahun-tahun.
Namun Jaejoong tidak ingin
membicarakan itu karena Yunho pasti akan sedih. Jadi ia putuskan untuk mencari
ide untuk mengisi kekosongan siang ini. Ia mulai mondar mandir mencari beberapa
benda yang ia perlukan dan menyusun barang ini dan itu di depan Yunho yang
duduk kebingungan di sofa.
“mwohae jinjja?” ia geram
ingin membantu namun Jaejoong mengancam tidak akan masak selama tiga hari
berturut-turut jika Yunho berani melangkahkan kakinya dari tempat duduk.
Tak lama kemudian Jaejoong membawa
kursi tinggi yang awalnya ditempatkan di kafe kecil yang ada di sudut rumah
ini. Di depannya ia menempatkan satu kursi yang sama secara berhadapan dan
menaruh tab serta dua speaker kecil yang terhubung ke listrik yang ada di
dinding ruangan. Ia lantas menyuruh Yunho untuk menutup mata sambil menghitung
sampai 100.
“89… 99… 100… Aku boleh
membuka mataku?” tanya Yunho.
Tidak ada jawaban.
“Chagi?” Yunho mulai
membuka matanya dan mengerjap-ngerjap silau. Hanya butuh beberapa detik saja
sampai pengelihatannya kembali normal dan melihat sosok yang tengah duduk
anggun di hadapannya.
Jaejoong tersenyum lebar
sambil merentangkan kedua tangannya “tadaaaa!”
“apa ini?” Yunho bertanya
penasaran, matanya tak lepas menatap bidadari yang kini memakai gaun putih yang
dipakai Jaejoong dalam upacara pernikahan kecil-kecilan mereka. Ia terlihat
sangat bersinar, apalagi dengan riasan sederhana yang menempel di wajahnya
dengan sempurna. Jaejoong memang benar-benar artis profesional yang cekatan dalam
hal rias merias.
Jaejoong memulai
pertunjukkannya. Ia membuka aplikasi piano di tab, dan memainkan nada-nada lagu
yang tak asing lagi di telinga Yunho. Setahu Yunho, lagu itu adalah ciptaan
Jaejoong sendiri yang menjadi andalan dalam album keempatnya. Namun lebih dari
itu, lagu berjudul “I Will Protect You” sebenarnya lahir dari perasaan Jaejoong
setelah Yunho mengetahui tentang masa lalunya dan ikut terlibat.
Lagu itu mengalun merdu
diiringi nada piano seadanya dari aplikasi smartphone. Sebenarnya yang
menjadikan lagu itu indah adalah suara Jaejoong sendiri, Yunho merasa tersentuh
mendengar lagu yang sudah lama tidak ia dengar itu.
Pertunjukkan usai, Yunho
memberi tepuk tangan yang meriah meski penonton di sana hanya dirinya sendiri.
Ia lantas bangkit menghampiri Jaejoong dan memeluknya erat. “kau pantas
menerima Yunho Award Ms. Kim… anhi, Mrs Jung maksudku!”
“Yunho Award? Apa itu ajang
penghargaan besar?” goda Jaejoong.
Yunho tersenyum “tidak,
tapi hanya ada satu dan bisa melindungi nyawamu”
Senyuman di wajah Jaejoong
mulai memudar, ia mendorong pelukan Yunho dengan lembut lalu menatap mata
suaminya “gomawo…” ucapnya tulus.
“mianhae…” sekarang Yunho
ikut-ikutan serius.
“untuk apa?”
“karena membuatmu tidak
bisa bernyanyi di panggung lagi”
“aku tahu ini hanya
sementara” Jaejoong berusaha menghibur Yunho dengan terlihat baik-baik saja.
“aku kan bisa tetap bernyanyi untukmu”
“semuanya akan segera
membaik, kau tidak udah khawatir!”
“kau juga tidak usah
khawatir! Aku akan melindungimu” Jaejoong mencolek ujung hidung Yunho.
“Ya! Wanita macam apa yang
melindungi laki-laki!” Yunho pura-pura protes, tak terima ia berada di posisi
lemah.
“tentu saja wanita
sepertiku” Jaejoong membanggakan dirinya sendiri sambil memasang wajah tengik.
“pokoknya aku saja yang
melindungimu!”
“aku tidak mau dilindungi
oleh namja dengan perut menggelambir sepertimu!” Jaejoong menyodok perut Yunho
dengan tinjunya kemudian lari terbirit-birit sambil tertawa puas.
***
Dua
Suasana di dalam ruangan rapat
diselingi hening panjang. Semua mata tertuju pada layar yang menampilkan sosok
penting dalam kasus yang mereka tangani. Gambar hasil rekaman CCTV itu diambil
di bandara Incheon empat hari yang lalu, gambarnya tidak begitu jelas. Namun
siapapun bisa langsung mengenali yeoja berambut lurus itu, penyanyi solo
terkenal yang sedang berada pada puncak karirnya: Kim Jaejoong.
Park Yoochun yang memimpin
rapat segera mengambil keputusan untuk membubarkan rapat. Anak buahnya terlihat
lelah dan tidak bisa lagi diajak untuk menganalisis kasus yang terasa buntu
ini.
“besok pagi kita berkumpul
lagi untuk melanjutkan investigasi kasus hilangnya Kim Jaejoong” ujarnya yang
kemudian mempersilakan semua orang untuk keluar dari ruangan.
“Anda akan lembur lagi,
Ketua?” tanya anak buah mangnaenya, Ahn Jae Hyun.
“Hm…” Park Yoochun
menangguk singkat sambil membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja.
“ada yang ingin kau katakan?” tanyanya curiga.
Jae Hyun mengusap
tengkuknya gugup “Tidak, bukan begitu. Aku hanya khawatir anda kelelahan, sejak
kasus ini dibuka anda sangat bekerja keras dan hampir setiap hari tidak pulang
ke rumah. Jadi…”
Park Yoochun menunggu
kata-kata Jae Hyun selanjutnya.
“Apa anda sudah makan malam
ketua?” tanya Jae Hyun diiringi senyuman garingnya.
Yoochun hanya tertawa kecil
melihat kegugupan Jae Hyun. Ia tahu bahwa sejak awal mangnae dalam timnya ini
sangat mengagumi dirinya. Jae Hyun bahkan mengatakan bahwa ia tidak pernah suka
pada Idol manapun. Namun setelah mengenal dirinya sebagai ketua tim kriminal
satu tahun yang lalu, ia mendadak menyatakan diri sebagai fanboy Park Yoochun.
“algaesso… kau ingin makan
apa? Nasi? Ramen? Sate?” tanya Park Yoochun, mengerti arah permbicaraan Jae
Hyun.
Mata Jae Hyun membulat
antusias “daripada makan… bagaimana kalau… soju?”
***
Tiga
Beberapa saat yang lalu
serombongan pemuda baru saja pergi meninggalkan kedai soju di pinggir jalan
itu. Selain Park Yoochun dan Jae Hyun yang baru saja memesan, di sana tinggal
ada sepasang mahasiswi yang asyik mengobrolkan dosen mereka dan seorang namja
yang tengah minum sendirian di pojokan kedai.
“Hari ini aku yang traktir,
simpan saja uangmu!”
“Ah… tidak ketua, aku sudah
berjanji akan mentraktirmu hari ini” Jae Hyun menggoyang-goyangkan tangannya.
“lain kali saja, dan ingat,
kau tidak boleh mentraktirku di kedai seperti ini! Belikan sesuatu yang lebih
mahal!” canda Yoochun dengan tampang serius yang menyebalkan, namun begitu Jae
Hyun tetap tersenyum menanggapinya.
“cho… ketua, sebenarnya aku
penasaran akan sesuatu” ujar Jae Hyun hati-hati.
“tentang diriku?” tebak Yoochun
sambil membantu si bibi yang mengantarkan soju untuk menurunkan botol dan gelas
dari nampannya.
“tentang kasus yang sedang
kita tangani” Jae Hyun mulai mengecilkan volume suaranya.
“wae?” Yoochun mulai
berbicara dengan menatap anggota timnya itu.
Jae Hyun terlebih dahulu
menuangkan soju ke gelas Yoochun sebelum lanjut berbicara “apa ada alasan
khusus kenapa anda berusaha lebih keras dari biasanya untuk memecahkan kasus
ini?”
Yoochun menenggak sojunya
lalu diam sejenak “apa aku terlihat begitu?”
“sangat!” Jae Hyun
menuangkan soju untuk dirinya sendiri lalu menenggaknya dalam satu tegukan
“sesekali anda bahkan terlihat sangat tertekan sekali, kasus ini benar-benar
membuat semua orang putus asa. Tapi anda sepertinya punya alasan lain…”
Yoochun diam lebih lama
dari sebelumnya, lalu perlahan-lahan menyunggingkan senyum, entah untuk apa
“kau punya pengelihatan yang bagus rupanya” ia menenguk lagi soju yang masih
tersisa di gelasnya “Kim Jaejoong dan aku… dulu kami adalah teman dekat”
“heol…” bisik Jae Hyun
kaget, ia sampai terpaku dan menghentikan gerakannya yang hendak menuangkan
lagi soju ke gelas Yoochun. “jinjjayo ketua Park?” matanya yang sipit terlihat
melebar mendengar berita mengejutkan itu.
“Kau boleh saja tidak
percaya” ujar Yoochun santai.
“tidak… tidak…” Jae Hyun
segera menggerak-gerakan tangannya lagi, sebagai tanda bahwa ia sama sekali
tidak pernah meragukan kata-kata ketua timnya itu “lebih dari siapapun, aku
tahu bahwa kata-kata anda tidak pernah menipu!”
“tapi, ini hanya rahasia kita
berdua, oke? Kau tahu kan… aku tidak suka jadi bahan pembicaraan banyak orang”
Mulut Jae Hyun menganga
lebar, ia tidak percaya bahwa ia punya rahasia khusus dengan idolanya. Dengan
penuh semangat ia kemudian berdiri dan memberikan hormat “siap! Ketua Tim Park
Yoochun!!!” serunya menggelegar ke seantero kedai.
Praaangg!!!
Yoochun, Jae Hyun, sepasang
mahasiswi dan bibi pemilik kedai sontak menoleh ke arah yang sama.
Sebotol soju baru saja
pecah, rupanya namja yang sejak tadi duduk sendirian di pojok itu mabuk berat
dan tanpa sengaja menjatuhkan botol soju dari tangannya.
***
Empat
Indra pendengarannya baru
saja menangkap nama Kim Jaejoong sebagai bahan obrolan dua orang di meja yang
tak jauh berada darinya. Shim Changmin terus menenggak soju sambil diam-diam
mendengarkan pembicaraan kedua orang itu. Namun suara mereka terlalu pelan
sehingga tidak ada yang bisa ia dengar. Begitu salahsatu dari mereka berdiri
dan menyebutkan nama Park Yoochun, ia begitu kaget dan tanpa sadar menjatuhkan
botol soju dari tangannya.
“cheosonghamnida ahjuma…” Changmin merasa
tidak enak kepada bibi yang membersihkan pecahan botol di hadapannya.
“anhi, ini sudah biasa.”
Jawab bibi itu cuek “anak muda, jika kau sedang ada masalah dan ingin minum,
sebaiknya bawa temanmu bersama. Itu akan lebih baik daripada duduk sendirian
berjam-jam seperti ini”
Changmin tersenyum dengan
enggan “hehe, aku biasanya memang minum sendirian, ahjuma”
“aigo… anak muda ini” bibi
itu tertawa sambil menepuk bahu Changmin sebelum kemudian berlalu.
Changmin mencuri pandang ke
arah meja Park Yoochun, namun hanya ada Jae Hyun di sana. Rupanya selama ia
bercakap-cakap dengan si bibi, Park Yoochun keluar dari tenda ini. Changmin
terburu-buru mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang kemudian menaruhnya di meja si bibi.
***
Lima
“Sudah dipastikan, Jaejoong
pergi ke Indonesia hari itu” Yoochun tengah berbicara dengan seseorang di
telepon.
“Indonesia?”
“benar, tapi untuk
mengetahui lokasi tepatnya kita harus menunggu lebih lama lagi”
“kau melihat seseorang
bersamanya?”
“seseorang? siapa?”
“anhi, hanya dugaanku saja,
kau ingat bahwa ia menjalin hubungan dengen seseorang beberapa tahun ini, kan?”
Yoochun manggut-manggut, ia
ingat semua hasil investigasi yang dia lakukan pada Kim Jaejoong selama ini
“tentu saja, tapi masalahnya sampai sekarang kita tidak tahu siapa orang itu”
“benar, ia sangat menjaga
rahasia kehidupan pribadinya”
“pokoknya, aku akan mencari
kemungkinan itu juga. Apa kau punya dugaan tentang namja chingunya Jaejoong
itu?”
“hmm… entahlah. Tapi karena
selama lima tahun ini ia hidup sebagai bintang yang bergaul dengan orang-orang
tertentu, mungkin namja itu orang yang berhubungan dengan JYH”
“yeah… bisa jadi” Yoochun
mengusap dagunya “baiklah, aku akan mencari tahu lebih lanjut, kututup ya…”
Duk!
Saat membalikan badan dan
hendak kembali ke dalam kedai, seseorang menabrak bahunya. Seorang namja
berstelan rapi, analisisnya yang cepat memperkirakan bahwa orang tersebut
mungkin berkedudukan tinggi di sebuah perusahaan. Ia mengenali namja itu sebagai
orang yang mabuk di pojokan kedai dan beberapa saat lalu memecahkan botol
sojunya.
“mianhamnida…” ucapnya
dengan menunjukkan aegyo, cara jalannya juga menunjukkan bahwa ia mabuk berat.
“ne” Yoochun mengangguk
pelan, namun saat itu juga si namja mabuk yang tiada lain adalah Changmin itu
meraih kedua tangannya.
“Omo!” Changmin membulatkan
mata dan mengerucutkan bibirnya jenaka “ige nuguyaa…??” tangan Changmin beralih
dari tangan ke pipi Yoochun yang tembem.
Yoochun tentu saja merasa
risih dan ingin menjauhkan tangan Changmin yang kini berada di wajahnya,
apalagi Changmin memandanginya dengan wajah polos seperti itu “chogiyo…”
“kau… Lee Kwang Soo? Kwang
Soo Running Man??” Changmin mempererat posisi tangannya.
Yoochun tidak mau kalah,
sekuat tenaga ia melepaskan tangan Changmin dan mendorongnya dengan kasar
“animnida!!!” geramnya “YA! Kalau mabuk jangan merepotkan orang dong, iiiiish!”
Yoochun pun segera berlalu sebelum Changmin melakukan hal yang lebih aneh
padanya.
“ani?” Changmin pura-pura
bego “cheosonghaeyo… cheosonghamnida…” Changmin membungkukan badannya
berkali-kali sampai Yoochun menghilang di balik tenda.
Aktingnya selesai.
Ia baru saja mengamati
wajah orang bernama Park Yoochun itu dan kepalanya mulai menyusun rencana.
Changmin akan mulai mengawasi si pembunuh bayaran itu secepat mungkin, sesuai
permintaan Yunho.
***
Enam
Jaejoong berdiri dengan
ketakutan setengah mati di pojok ruangan yang gelap. Meski ia ingin meminta
tolong, namun tidak ada suara apapun yang keluar dari mulutnya. Ia hanya bisa
berpegangan kepada dinding ruangan yang lembab. Matanya tak bisa lepas dari
moncong senapan yang terangkat tepat di depan wajahnya yang mulus.
“kenapa kau melakukannya?”
bisik suara serak itu, ia sangat mengenal sang pemilik suara: Kim Junsu,
sahabat sekaligus mantan calon suaminya di masa lalu. Ia berdiri dengan satu
tangan dimasukan ke dalam saku celana sementara tangan yang lainnya memegang
pelatuk senapan.
Jaejoong tidak menjawabnya
meski pertanyaan itu telah dilontarkan untuk yang kesekian kalinya. Suara desah
ketakutan semakin terdengar jelas kali ini, ia ingin sekali menjerit memanggil
nama Yunho, namun tidak bisa. Ketakutan telah meluruhkan kemampuan pita
suaranya untuk bersuara.
“wae…!!” nada suara Junsu
kian mengeras “JAWAB, KENAPA KAU MELAKUKANNYA HAH?!!!” moncong senapan kini
menempel di jidat Jaejoong sampai membuat wanita itu kian terkejut dan akhirnya
ambruk di lantai yang dingin.
“Chagiya… ireonabwa… hei…
ayo bangun…” suara itu datang bersamaan dengan cahaya terang yang membawanya ke
alam sadar.
Jaejoong baru saja bermimpi
buruk, keringat dingin memenuhi wajahnya yang putih dan mulus itu. Saat matanya
terbuka, ia langsung meraih tangan Yunho dan mengenggamnya erat.
Yunho mencoba untuk tetap
tenang melihat keadaan Jaejoong yang demikian. Ia mengelus kepala Jaejoong
lembut sambil membisikan “Gwaenchana…” berkali-kali. Ia juga mengambil tisu dan
menyeka keringat di jidat Jaejoong sampai istrinya tenang.
“mimpi buruk?” Yunho
menyibak poni Jaejoong agar wajah yeoja itu bisa terlihat jelas.
Perlahan Jaejoong membuka
kembali matanya, melihat wajah Yunho yang tetap terlihat panik meski namja itu
berusaha tetap tenang. Jaejoong menarik tangannya dari tangan Yunho dan beralih
ke wajah sang suami. “Kau sangat terkejut ya? Mianhae…” ucap Jaejoong sambil
mengelus pelan pipi Yunho.
“kau baik-baik saja
sekarang?” Yunho meraih tangan Jaejoong di wajahnya dan mengenggamnya dengan
kedua tangan.
Jaejoong mengangguk pelan.
Yunho yang duduk di pinggir
ranjang kemudian bangkit berdiri, meninggalkan Jaejoong sendirian di kamar, tak
lama kemudian ia kembali dengan secangkir cokelat panas di tangannya.
“meskipun tidak seenak buatanmu, minumlah”
Yunho menyodorkan cangkir yang masih mengepulkan asap putih tersebut.
Jaejoong duduk di ranjang
dan menerima minuman itu dengan diiringi senyuman penuh rasa terima kasih. Ia
tak mengatakan apapun sampai larutan hangat itu berpindah seluruhnya ke perut.
“kau mau tidur lagi?” Yunho
merapikan poni Jaejoong dengan jemarinya yang lentik.
“hmm…” Jaejoong berpikir
sejenak sambil memasang tampang cute “aniya… aku ingin jalan-jalan ke luar
rumah” pintanya.
Yunho melirik jam wekker
yang berada di dipan kecil samping ranjang “subuh-subuh begini?”
“Eo…”
***
Tujuh
Hutan di sekitar rumah
mereka memiliki jalan kecil yang diterangi oleh lampu-lampu kecil di setiap 100
meternya. Yunho dan Jaejoong berjalan bersama di jalan itu. Jaejoong memeluk
lengan Yunho selama berjalan, sedangkan Yunho bersenandung kecil atas
permintaan Jaejoong.
“eoh… lihat itu!” tiba-tiba
Yunho berseru sambil menunjuk ke langit. Mata Jaejoong langsung mengikuti arah
telunjuk Yunho dan mencari sesuatu.
“mwonde?” Jaejoong heran,
ia tidak melihat apapun selain bintang-bintang yang bertaburan di langit gelap.
“Cassiopeia!” Yunho
berusaha memberi tahu letak rasi bintang itu pada Jaejoong.
Mata Jaejoong kembali
mencari, kali ini lebih cermat. Sebelumnya ia pernah melihat rasi bintang itu
di Seoul, Yunho juga yang memberitahunya soal Cassiopeia. Rasi bintang yang
terdiri dari lima titik terang itu adalah rasi bintang yang disukai Jung Yunho,
dan sekarang, Jaejoong juga mulai ikut menyukainya.
“aku menemukannya!” seru
Jaejoong antusias, ia tersenyum lebar kemudian melirik Yunho. Namja itu tidak
bergeming sedikitpun saat menatap langit, terlebih saat melihat Cassiopeia. Pemandangan
seperti itulah yang pertama kali mencuri perhatian Jaejoong, bahkan sampai
sekarang. Dadanya berdesir seperti saat pertama kali menyukai Jung Yunho dua
tahun silam.
“cantikkan?” tanya Yunho.
“tentu saja! Mereka kan
rasi bintang-ku”
Yunho mengalihkan
pandangannya ke Jaejoong “O-ho! Kau mulai seenaknya ya! Rasi bintang itu sejak
awal milikku…”
“sekarang tidak lagi,
mereka milikku! Nih… lihat” Jaejoong mengeluarkan bandul kalung yang ada di
lehernya. Bandul itu berbentuk lempeng lingkaran kristal berwarna bening dengan
rasi bintang Cassiopeia di dalamnya. Kalung itu pemberian Yunho saat mereka
resmi berpacaran.
“ah… aku benar-benar tidak
suka milikku dicuri orang” Yunho pura-pura marah dan melepaskan diri dari
Jaejoong. Jaejoong sendiri tertawa puas, ia menikmati saat-saat menggoda Yunho
seperti ini.
Yunho kabur dengan berjalan
duluan, Jaejoong mengejarnya dengan langkah pendek “oppaaa… tunggu aku…”
aegyonya. Yunho tersenyum senang, namun tetap berjalan di depan Jaejoong.
Diam-diam, pertanyaan kecil
muncul di benak Jaejoong “sampai kapan aku bisa menikmati saat-saat seperti
ini?”
tbc...
***
Gomawo sudah berkunjung lagi, Admin harap kalian tetap suka dengan ceritanya. O ya, FF di blog ini akan diposting seminggu sekali, tiap minggu akan ada dua episode yang diposting. Keep reading ya, jangan lupa tinggalkan komen, entah itu masukan atau kritikan Admin siap menerima. KOMENTAR pembaca adalah energi buat Admin.
Bye ^ ^