Rabu, 24 Juni 2015

For You [episode 2]


Main Cast:
Kim Jaejoong, Jung Yunho, Shim Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun

Cameo:
Ahn Jae Hyun

Genre: Romance

Satu

Matahari telah berada tepat di atas ubun-ubun, kesejukan pohon pinus seketika menguap jika siang terik di musim panas seperti ini telah datang. Suara burung-burung liar terdengar sesekali, nampaknya penghuni asli hutan ini sama sekali tidak terpangaruh oleh cuaca panas siang ini. Mereka tetap bermain kesana kemari dan mengambil minum di tepian danau.

Yunho dan Jaejoong memutuskan untuk tetap berada di dalam rumah siang ini. Tidak banyak yang bisa dilakukan karena semua pekerjaan rumah telah selesai dari tadi. Diam-diam keduanya merindukan kesibukan di ibukota yang telah menemani karir mereka selama bertahun-tahun.

Namun Jaejoong tidak ingin membicarakan itu karena Yunho pasti akan sedih. Jadi ia putuskan untuk mencari ide untuk mengisi kekosongan siang ini. Ia mulai mondar mandir mencari beberapa benda yang ia perlukan dan menyusun barang ini dan itu di depan Yunho yang duduk kebingungan di sofa.

“mwohae jinjja?” ia geram ingin membantu namun Jaejoong mengancam tidak akan masak selama tiga hari berturut-turut jika Yunho berani melangkahkan kakinya dari tempat duduk. 

Tak lama kemudian Jaejoong membawa kursi tinggi yang awalnya ditempatkan di kafe kecil yang ada di sudut rumah ini. Di depannya ia menempatkan satu kursi yang sama secara berhadapan dan menaruh tab serta dua speaker kecil yang terhubung ke listrik yang ada di dinding ruangan. Ia lantas menyuruh Yunho untuk menutup mata sambil menghitung sampai 100.

“89… 99… 100… Aku boleh membuka mataku?” tanya Yunho.

Tidak ada jawaban.

“Chagi?” Yunho mulai membuka matanya dan mengerjap-ngerjap silau. Hanya butuh beberapa detik saja sampai pengelihatannya kembali normal dan melihat sosok yang tengah duduk anggun di hadapannya.

Jaejoong tersenyum lebar sambil merentangkan kedua tangannya “tadaaaa!”

“apa ini?” Yunho bertanya penasaran, matanya tak lepas menatap bidadari yang kini memakai gaun putih yang dipakai Jaejoong dalam upacara pernikahan kecil-kecilan mereka. Ia terlihat sangat bersinar, apalagi dengan riasan sederhana yang menempel di wajahnya dengan sempurna. Jaejoong memang benar-benar artis profesional yang cekatan dalam hal rias merias.

Jaejoong memulai pertunjukkannya. Ia membuka aplikasi piano di tab, dan memainkan nada-nada lagu yang tak asing lagi di telinga Yunho. Setahu Yunho, lagu itu adalah ciptaan Jaejoong sendiri yang menjadi andalan dalam album keempatnya. Namun lebih dari itu, lagu berjudul “I Will Protect You” sebenarnya lahir dari perasaan Jaejoong setelah Yunho mengetahui tentang masa lalunya dan ikut terlibat.

Lagu itu mengalun merdu diiringi nada piano seadanya dari aplikasi smartphone. Sebenarnya yang menjadikan lagu itu indah adalah suara Jaejoong sendiri, Yunho merasa tersentuh mendengar lagu yang sudah lama tidak ia dengar itu.

Pertunjukkan usai, Yunho memberi tepuk tangan yang meriah meski penonton di sana hanya dirinya sendiri. Ia lantas bangkit menghampiri Jaejoong dan memeluknya erat. “kau pantas menerima Yunho Award Ms. Kim… anhi, Mrs Jung maksudku!”

“Yunho Award? Apa itu ajang penghargaan besar?” goda Jaejoong.

Yunho tersenyum “tidak, tapi hanya ada satu dan bisa melindungi nyawamu”

Senyuman di wajah Jaejoong mulai memudar, ia mendorong pelukan Yunho dengan lembut lalu menatap mata suaminya “gomawo…” ucapnya tulus.

“mianhae…” sekarang Yunho ikut-ikutan serius.

“untuk apa?”

“karena membuatmu tidak bisa bernyanyi di panggung lagi”

“aku tahu ini hanya sementara” Jaejoong berusaha menghibur Yunho dengan terlihat baik-baik saja. “aku kan bisa tetap bernyanyi untukmu”

“semuanya akan segera membaik, kau tidak udah khawatir!”

“kau juga tidak usah khawatir! Aku akan melindungimu” Jaejoong mencolek ujung hidung Yunho.

“Ya! Wanita macam apa yang melindungi laki-laki!” Yunho pura-pura protes, tak terima ia berada di posisi lemah.

“tentu saja wanita sepertiku” Jaejoong membanggakan dirinya sendiri sambil memasang wajah tengik.

“pokoknya aku saja yang melindungimu!”

“aku tidak mau dilindungi oleh namja dengan perut menggelambir sepertimu!” Jaejoong menyodok perut Yunho dengan tinjunya kemudian lari terbirit-birit sambil tertawa puas.

***

Dua

Suasana di dalam ruangan rapat diselingi hening panjang. Semua mata tertuju pada layar yang menampilkan sosok penting dalam kasus yang mereka tangani. Gambar hasil rekaman CCTV itu diambil di bandara Incheon empat hari yang lalu, gambarnya tidak begitu jelas. Namun siapapun bisa langsung mengenali yeoja berambut lurus itu, penyanyi solo terkenal yang sedang berada pada puncak karirnya: Kim Jaejoong.

Park Yoochun yang memimpin rapat segera mengambil keputusan untuk membubarkan rapat. Anak buahnya terlihat lelah dan tidak bisa lagi diajak untuk menganalisis kasus yang terasa buntu ini.

“besok pagi kita berkumpul lagi untuk melanjutkan investigasi kasus hilangnya Kim Jaejoong” ujarnya yang kemudian mempersilakan semua orang untuk keluar dari ruangan.

“Anda akan lembur lagi, Ketua?” tanya anak buah mangnaenya, Ahn Jae Hyun.

“Hm…” Park Yoochun menangguk singkat sambil membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja. “ada yang ingin kau katakan?” tanyanya curiga.

Jae Hyun mengusap tengkuknya gugup “Tidak, bukan begitu. Aku hanya khawatir anda kelelahan, sejak kasus ini dibuka anda sangat bekerja keras dan hampir setiap hari tidak pulang ke rumah. Jadi…”

Park Yoochun menunggu kata-kata Jae Hyun selanjutnya.

“Apa anda sudah makan malam ketua?” tanya Jae Hyun diiringi senyuman garingnya.

Yoochun hanya tertawa kecil melihat kegugupan Jae Hyun. Ia tahu bahwa sejak awal mangnae dalam timnya ini sangat mengagumi dirinya. Jae Hyun bahkan mengatakan bahwa ia tidak pernah suka pada Idol manapun. Namun setelah mengenal dirinya sebagai ketua tim kriminal satu tahun yang lalu, ia mendadak menyatakan diri sebagai fanboy Park Yoochun.

“algaesso… kau ingin makan apa? Nasi? Ramen? Sate?” tanya Park Yoochun, mengerti arah permbicaraan Jae Hyun.

Mata Jae Hyun membulat antusias “daripada makan… bagaimana kalau… soju?”

***

Tiga

Beberapa saat yang lalu serombongan pemuda baru saja pergi meninggalkan kedai soju di pinggir jalan itu. Selain Park Yoochun dan Jae Hyun yang baru saja memesan, di sana tinggal ada sepasang mahasiswi yang asyik mengobrolkan dosen mereka dan seorang namja yang tengah minum sendirian di pojokan kedai.

“Hari ini aku yang traktir, simpan saja uangmu!”

“Ah… tidak ketua, aku sudah berjanji akan mentraktirmu hari ini” Jae Hyun menggoyang-goyangkan tangannya.

“lain kali saja, dan ingat, kau tidak boleh mentraktirku di kedai seperti ini! Belikan sesuatu yang lebih mahal!” canda Yoochun dengan tampang serius yang menyebalkan, namun begitu Jae Hyun tetap tersenyum menanggapinya.

“cho… ketua, sebenarnya aku penasaran akan sesuatu” ujar Jae Hyun hati-hati. 

“tentang diriku?” tebak Yoochun sambil membantu si bibi yang mengantarkan soju untuk menurunkan botol dan gelas dari nampannya.

“tentang kasus yang sedang kita tangani” Jae Hyun mulai mengecilkan volume suaranya.       

“wae?” Yoochun mulai berbicara dengan menatap anggota timnya itu.
Jae Hyun terlebih dahulu menuangkan soju ke gelas Yoochun sebelum lanjut berbicara “apa ada alasan khusus kenapa anda berusaha lebih keras dari biasanya untuk memecahkan kasus ini?”

Yoochun menenggak sojunya lalu diam sejenak “apa aku terlihat begitu?”
“sangat!” Jae Hyun menuangkan soju untuk dirinya sendiri lalu menenggaknya dalam satu tegukan “sesekali anda bahkan terlihat sangat tertekan sekali, kasus ini benar-benar membuat semua orang putus asa. Tapi anda sepertinya punya alasan lain…”

Yoochun diam lebih lama dari sebelumnya, lalu perlahan-lahan menyunggingkan senyum, entah untuk apa “kau punya pengelihatan yang bagus rupanya” ia menenguk lagi soju yang masih tersisa di gelasnya “Kim Jaejoong dan aku… dulu kami adalah teman dekat”

“heol…” bisik Jae Hyun kaget, ia sampai terpaku dan menghentikan gerakannya yang hendak menuangkan lagi soju ke gelas Yoochun. “jinjjayo ketua Park?” matanya yang sipit terlihat melebar mendengar berita mengejutkan itu.

“Kau boleh saja tidak percaya” ujar Yoochun santai.

“tidak… tidak…” Jae Hyun segera menggerak-gerakan tangannya lagi, sebagai tanda bahwa ia sama sekali tidak pernah meragukan kata-kata ketua timnya itu “lebih dari siapapun, aku tahu bahwa kata-kata anda tidak pernah menipu!”

“tapi, ini hanya rahasia kita berdua, oke? Kau tahu kan… aku tidak suka jadi bahan pembicaraan banyak orang”

Mulut Jae Hyun menganga lebar, ia tidak percaya bahwa ia punya rahasia khusus dengan idolanya. Dengan penuh semangat ia kemudian berdiri dan memberikan hormat “siap! Ketua Tim Park Yoochun!!!” serunya menggelegar ke seantero kedai.

Praaangg!!!

Yoochun, Jae Hyun, sepasang mahasiswi dan bibi pemilik kedai sontak menoleh ke arah yang sama.

Sebotol soju baru saja pecah, rupanya namja yang sejak tadi duduk sendirian di pojok itu mabuk berat dan tanpa sengaja menjatuhkan botol soju dari tangannya.

***

Empat

Indra pendengarannya baru saja menangkap nama Kim Jaejoong sebagai bahan obrolan dua orang di meja yang tak jauh berada darinya. Shim Changmin terus menenggak soju sambil diam-diam mendengarkan pembicaraan kedua orang itu. Namun suara mereka terlalu pelan sehingga tidak ada yang bisa ia dengar. Begitu salahsatu dari mereka berdiri dan menyebutkan nama Park Yoochun, ia begitu kaget dan tanpa sadar menjatuhkan botol soju dari tangannya.

“cheosonghamnida ahjuma…” Changmin merasa tidak enak kepada bibi yang membersihkan pecahan botol di hadapannya.

“anhi, ini sudah biasa.” Jawab bibi itu cuek “anak muda, jika kau sedang ada masalah dan ingin minum, sebaiknya bawa temanmu bersama. Itu akan lebih baik daripada duduk sendirian berjam-jam seperti ini”

Changmin tersenyum dengan enggan “hehe, aku biasanya memang minum sendirian, ahjuma”

“aigo… anak muda ini” bibi itu tertawa sambil menepuk bahu Changmin sebelum kemudian berlalu.

Changmin mencuri pandang ke arah meja Park Yoochun, namun hanya ada Jae Hyun di sana. Rupanya selama ia bercakap-cakap dengan si bibi, Park Yoochun keluar dari tenda ini. Changmin terburu-buru mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan sejumlah  uang kemudian menaruhnya di meja si bibi.

***

Lima

“Sudah dipastikan, Jaejoong pergi ke Indonesia hari itu” Yoochun tengah berbicara dengan seseorang di telepon.

“Indonesia?”

“benar, tapi untuk mengetahui lokasi tepatnya kita harus menunggu lebih lama lagi”

“kau melihat seseorang bersamanya?”

“seseorang? siapa?”

“anhi, hanya dugaanku saja, kau ingat bahwa ia menjalin hubungan dengen seseorang beberapa tahun ini, kan?”

Yoochun manggut-manggut, ia ingat semua hasil investigasi yang dia lakukan pada Kim Jaejoong selama ini “tentu saja, tapi masalahnya sampai sekarang kita tidak tahu siapa orang itu”

“benar, ia sangat menjaga rahasia kehidupan pribadinya”

“pokoknya, aku akan mencari kemungkinan itu juga. Apa kau punya dugaan tentang namja chingunya Jaejoong itu?”

“hmm… entahlah. Tapi karena selama lima tahun ini ia hidup sebagai bintang yang bergaul dengan orang-orang tertentu, mungkin namja itu orang yang berhubungan dengan JYH”

“yeah… bisa jadi” Yoochun mengusap dagunya “baiklah, aku akan mencari tahu lebih lanjut, kututup ya…”

Duk!

Saat membalikan badan dan hendak kembali ke dalam kedai, seseorang menabrak bahunya. Seorang namja berstelan rapi, analisisnya yang cepat memperkirakan bahwa orang tersebut mungkin berkedudukan tinggi di sebuah perusahaan. Ia mengenali namja itu sebagai orang yang mabuk di pojokan kedai dan beberapa saat lalu memecahkan botol sojunya.

“mianhamnida…” ucapnya dengan menunjukkan aegyo, cara jalannya juga menunjukkan bahwa ia mabuk berat.

“ne” Yoochun mengangguk pelan, namun saat itu juga si namja mabuk yang tiada lain adalah Changmin itu meraih kedua tangannya.

“Omo!” Changmin membulatkan mata dan mengerucutkan bibirnya jenaka “ige nuguyaa…??” tangan Changmin beralih dari tangan ke pipi Yoochun yang tembem.

Yoochun tentu saja merasa risih dan ingin menjauhkan tangan Changmin yang kini berada di wajahnya, apalagi Changmin memandanginya dengan wajah polos seperti itu “chogiyo…”

“kau… Lee Kwang Soo? Kwang Soo Running Man??” Changmin mempererat posisi tangannya.

Yoochun tidak mau kalah, sekuat tenaga ia melepaskan tangan Changmin dan mendorongnya dengan kasar “animnida!!!” geramnya “YA! Kalau mabuk jangan merepotkan orang dong, iiiiish!” Yoochun pun segera berlalu sebelum Changmin melakukan hal yang lebih aneh padanya.

“ani?” Changmin pura-pura bego “cheosonghaeyo… cheosonghamnida…” Changmin membungkukan badannya berkali-kali sampai Yoochun menghilang di balik tenda.

Aktingnya selesai.

Ia baru saja mengamati wajah orang bernama Park Yoochun itu dan kepalanya mulai menyusun rencana. Changmin akan mulai mengawasi si pembunuh bayaran itu secepat mungkin, sesuai permintaan Yunho.

***

Enam

Jaejoong berdiri dengan ketakutan setengah mati di pojok ruangan yang gelap. Meski ia ingin meminta tolong, namun tidak ada suara apapun yang keluar dari mulutnya. Ia hanya bisa berpegangan kepada dinding ruangan yang lembab. Matanya tak bisa lepas dari moncong senapan yang terangkat tepat di depan wajahnya yang mulus.

“kenapa kau melakukannya?” bisik suara serak itu, ia sangat mengenal sang pemilik suara: Kim Junsu, sahabat sekaligus mantan calon suaminya di masa lalu. Ia berdiri dengan satu tangan dimasukan ke dalam saku celana sementara tangan yang lainnya memegang pelatuk senapan.

Jaejoong tidak menjawabnya meski pertanyaan itu telah dilontarkan untuk yang kesekian kalinya. Suara desah ketakutan semakin terdengar jelas kali ini, ia ingin sekali menjerit memanggil nama Yunho, namun tidak bisa. Ketakutan telah meluruhkan kemampuan pita suaranya untuk bersuara.

“wae…!!” nada suara Junsu kian mengeras “JAWAB, KENAPA KAU MELAKUKANNYA HAH?!!!” moncong senapan kini menempel di jidat Jaejoong sampai membuat wanita itu kian terkejut dan akhirnya ambruk di lantai yang dingin.

“Chagiya… ireonabwa… hei… ayo bangun…” suara itu datang bersamaan dengan cahaya terang yang membawanya ke alam sadar.

Jaejoong baru saja bermimpi buruk, keringat dingin memenuhi wajahnya yang putih dan mulus itu. Saat matanya terbuka, ia langsung meraih tangan Yunho dan mengenggamnya erat.

Yunho mencoba untuk tetap tenang melihat keadaan Jaejoong yang demikian. Ia mengelus kepala Jaejoong lembut sambil membisikan “Gwaenchana…” berkali-kali. Ia juga mengambil tisu dan menyeka keringat di jidat Jaejoong sampai istrinya tenang.

“mimpi buruk?” Yunho menyibak poni Jaejoong agar wajah yeoja itu bisa terlihat jelas.

Perlahan Jaejoong membuka kembali matanya, melihat wajah Yunho yang tetap terlihat panik meski namja itu berusaha tetap tenang. Jaejoong menarik tangannya dari tangan Yunho dan beralih ke wajah sang suami. “Kau sangat terkejut ya? Mianhae…” ucap Jaejoong sambil mengelus pelan pipi Yunho.

“kau baik-baik saja sekarang?” Yunho meraih tangan Jaejoong di wajahnya dan mengenggamnya dengan kedua tangan.

Jaejoong mengangguk pelan.

Yunho yang duduk di pinggir ranjang kemudian bangkit berdiri, meninggalkan Jaejoong sendirian di kamar, tak lama kemudian ia kembali dengan secangkir cokelat panas di tangannya.

“meskipun tidak seenak buatanmu, minumlah” Yunho menyodorkan cangkir yang masih mengepulkan asap putih tersebut.

Jaejoong duduk di ranjang dan menerima minuman itu dengan diiringi senyuman penuh rasa terima kasih. Ia tak mengatakan apapun sampai larutan hangat itu berpindah seluruhnya ke perut.

“kau mau tidur lagi?” Yunho merapikan poni Jaejoong dengan jemarinya yang lentik.

“hmm…” Jaejoong berpikir sejenak sambil memasang tampang cute “aniya… aku ingin jalan-jalan ke luar rumah” pintanya.

Yunho melirik jam wekker yang berada di dipan kecil samping ranjang “subuh-subuh begini?”

“Eo…”

***

Tujuh

Hutan di sekitar rumah mereka memiliki jalan kecil yang diterangi oleh lampu-lampu kecil di setiap 100 meternya. Yunho dan Jaejoong berjalan bersama di jalan itu. Jaejoong memeluk lengan Yunho selama berjalan, sedangkan Yunho bersenandung kecil atas permintaan Jaejoong.

“eoh… lihat itu!” tiba-tiba Yunho berseru sambil menunjuk ke langit. Mata Jaejoong langsung mengikuti arah telunjuk Yunho dan mencari sesuatu.

“mwonde?” Jaejoong heran, ia tidak melihat apapun selain bintang-bintang yang bertaburan di langit gelap.

“Cassiopeia!” Yunho berusaha memberi tahu letak rasi bintang itu pada Jaejoong.

Mata Jaejoong kembali mencari, kali ini lebih cermat. Sebelumnya ia pernah melihat rasi bintang itu di Seoul, Yunho juga yang memberitahunya soal Cassiopeia. Rasi bintang yang terdiri dari lima titik terang itu adalah rasi bintang yang disukai Jung Yunho, dan sekarang, Jaejoong juga mulai ikut menyukainya.
“aku menemukannya!” seru Jaejoong antusias, ia tersenyum lebar kemudian melirik Yunho. Namja itu tidak bergeming sedikitpun saat menatap langit, terlebih saat melihat Cassiopeia. Pemandangan seperti itulah yang pertama kali mencuri perhatian Jaejoong, bahkan sampai sekarang. Dadanya berdesir seperti saat pertama kali menyukai Jung Yunho dua tahun silam.

“cantikkan?” tanya Yunho.

“tentu saja! Mereka kan rasi bintang-ku”

Yunho mengalihkan pandangannya ke Jaejoong “O-ho! Kau mulai seenaknya ya! Rasi bintang itu sejak awal milikku…”

“sekarang tidak lagi, mereka milikku! Nih… lihat” Jaejoong mengeluarkan bandul kalung yang ada di lehernya. Bandul itu berbentuk lempeng lingkaran kristal berwarna bening dengan rasi bintang Cassiopeia di dalamnya. Kalung itu pemberian Yunho saat mereka resmi berpacaran.

“ah… aku benar-benar tidak suka milikku dicuri orang” Yunho pura-pura marah dan melepaskan diri dari Jaejoong. Jaejoong sendiri tertawa puas, ia menikmati saat-saat menggoda Yunho seperti ini.

Yunho kabur dengan berjalan duluan, Jaejoong mengejarnya dengan langkah pendek “oppaaa… tunggu aku…” aegyonya. Yunho tersenyum senang, namun tetap berjalan di depan Jaejoong.

Diam-diam, pertanyaan kecil muncul di benak Jaejoong “sampai kapan aku bisa menikmati saat-saat seperti ini?”

tbc...
***
Gomawo sudah berkunjung lagi, Admin harap kalian tetap suka dengan ceritanya. O ya, FF di blog ini akan diposting seminggu sekali, tiap minggu akan ada dua episode yang diposting. Keep reading ya, jangan lupa tinggalkan komen, entah itu masukan atau kritikan Admin siap menerima. KOMENTAR pembaca adalah energi buat Admin.
Bye ^ ^
 

For You [episode 1]





Main Cast:
Kim Jaejoong, Jung Yunho, Shim Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun

Cameo:
Lee Yoo Bi, Lee Jong Suk, Park Shin Hye, Im Si Wan, Healer (Ji Chang Wook)

Genre: Romance 

Satu

Pagi hari di sebuah rumah dengan halaman yang luas, cuaca nampaknya tidak begitu cerah pagi ini. Jendela rumah  tersebut telah menyala di bagian dapur, sayup-sayup terdengar suara perabotan masak yang saling beradu.

Jaejoong memakai celemek berwarna pearl merah kesayangannya sementara kedua tangannya memotong bawang. Sesekali ia menengadahkan kepalanya karena tidak kuat menahan perih di mata. Tak lama kemudian terdengar suara dari panci dan dengan cekatan ia langsung berpindah ke depan kompor, membuka tutup panci dan mengambil sampel kuah untuk dicicipi.
Matanya bergerak-gerak, memperkirakan bumbu apa yang kurang mantap dari masakannya. Sejurus kemudian ia menaburkan lagi garam di atas sayur kimchinya, mengaduk, lalu menyicipi kembali. Kali ini ia tersenyum puas dan siap mematikan kompor.

Sebelum tangannya menyentuh tombol untuk mematikan kompor, sepasang lengan terlebih dahulu telah melingkar di pinggangnya. Bersamaan dengan itu dagu sang pemilik tangan mendarat di bahu Jaejoong.

“kau sedang masak apa, hm?” tanya Yunho manja, meski terlihat jelas makanan apa yang tengah direbus oleh istrinya itu Yunho tetap bertanya.

“sayur kimchi, kali ini aku memakai resep bumbu terbaru lho!” sahut Jaejoong yang kemudian mematikan kompor. Ia mengelus kepala Yunho tanpa membalikan posisi badannya, meminta laki-laki itu melepaskan pelukannya karena ia sulit bergerak.

“kenapa kau bangun pagi sekali boojae?” masih dengan bibir manyunnya Yunho bertanya.

“sekarang ini kan aku seorang istri, jadi wajar saja aku bangun pagi dan menyiapkan semua keperluanmu” kata Jaejoong sambil tersenyum saat mendengar kata ‘seorang istri’ dari mulutnya sendiri. Itu, adalah mimpi besarnya sejak mengenal Yunho. “yeobo, bisa kau lepaskan ini dulu, aku harus menyelesaikan pekerjaanku…” Jaejoong memegang tangan Yunho yang malah semakin erat melingkar di pinggangnya.

“jadi masakanmu lebih penting dari suamimu ya?” Yunho pura-pura kecewa.
Jaejoong merasa tidak habis pikir dengan kelakuan manja Yunho, ia refleks membalikan badan sambil menjelaskan “anhi, bukan begitu yeob…”

Cup.

Sebuah kecupan tiba-tiba mendarat di bibir Jaejoong. Yunho menarik kepalanya dan tersenyum lebar, perlahan ia pun melepaskan pelukannya.

Jaejoong yang masih setengah kaget refleks memukul bahu Yunho dengan lembut, ia juga tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya pagi itu, meski berpura-pura hendak melayangkan tinju kembali. 

araseo, aku mandi dulu, setelah itu kita sarapan bersama, oke?” Yunho mundur perlahan dan berjalan menuju kamar mandi.

“ishh…” gumam Jaejoong sambil tetap tersenyum.

***

Dua

JYH Entertaimen adalah sebuah perusahaan agen hiburan cukup ternama di Korea Selatan. Namanya mulai dikenal saat penyanyi solo pertama mereka melakukan debut lima tahun yang lalu. Artis solo itu pula yang belakangan ini membuat kekacauan  di JYH-E karena sosoknya yang tiba-tiba menghilang entah kemana.

Shim Changmin meletakkan cangkir teh ke tempatnya semula. Ia kemudian bersandar di sofa dan siap menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan di hadapannya.

“Jadi, apakah sebenarnya anda tahu di mana Kim Jaejoong berada?” tanya seorang wartawan laki-laki, nama di tanda pengenalnya adalah: Lee Jong Suk.

“seperti yang sudah saya katakan secara tidak resmi di akun twitter perusahaan kami, saya sama sekali tidak mengetahui keberadaan Kim Jaejoong. Jadi semua tuduhan para netter yang mengatakan bahwa Kami menculik Kim Jaejoong itu tidak benar”

“kapan terakhir kali Anda berbicara dengannya?” kali ini wartawan perempuan yang bertanya, namanya: Lee Yoo Bi, sepertinya ia berasal dari kantor berita yang sama dengan Lee Jong Suk.

“tiga hari yang lalu kami bertemu di kantor ini, hm… aku sama sekali tidak melihat hal aneh apapun dari dirinya” tanggap Shim Changmin masih dengan gaya bossy nya.

“untuk keperluan…?” Yoo Bi memberikan pertanyaan susulan.

“aah… perpanjangan kontrak” Changmin mengerti dan langsung memotong pertanyaan si wartawan.

“apakah ia setuju menandatangani kontrak?” Wartawan perempuan yang lain ikut bicara, nama wartawan itu: Park Shin Hye.

Changmin menggeleng “ia tidak pernah mau menandatangani kontrak sendirian, ia selalu minta ditemani oleh kuasa hukumnya.  Hari itu kuasa hukumnya tidak jadi datang, jadi kami urung membahas perpanjangan kontrak lebih jauh”

Melihat semua wartawan di depannya sibuk mencatat sesuatu, Changmin beramah hati menawarkan suguhan makanan kecil kepada para tamunya. 
Namun di balik senyum ramahnya, ia benar-benar tersiksa setengah mati. Hari itu merupakan hari terberatnya selama menjadi wakil presiden direktur JYH-E dan semua itu gara-gara hyeong sepupunya Jung Yunho, ya! Si pemilik perusahaan ini.

“apakah Presdir Jung sudah mengetahui detail peristiwa ini?” wartawan Jong Suk kembali bertanya.

“Sudah, tentu saja sudah. Setiap hari saya melaporkan perkembangan kasus ini kepada beliau. Beliau juga sangat ingin kembali ke Korea, namun karena urusannya di Paris belum selesai, ia baru bisa kembali satu bulan lagi”

Tok! Tok! Tok!

Seorang laki-laki berpenampilan rapi masuk ke ruangan, ia berjalan mendekati Wakil Direktur Shim dan membisikan sesuatu dengan sopan. Laki-laki  itu tiada lain adalah Cho Kyuhyun, ia sekretaris Presdir Jung yang juga membantu pekerjaan Changmin belakangan ini.

“bagaimana ini ya, sepertinya obrolan kita harus berhenti sejenak. Saya kedatangan klien penting dari luar negeri. Kalau begitu, sampai bertemu lagi di konferensi pers resmi perusahaan” ia kemudian berdiri dan mengancingkan jasnya. Setelah membungkuk sopan dan dibalas oleh wartawan-wartawan pilihan yang datang ke kantornya langsung, ia pun segera pergi meninggalkan ruangan.

***

Tiga

“hufft…” Changmin melonggarkan dasinya saat keluar dari ruangan yang membuat nafasnya sesak itu.

“anda baik-baik saja wakil presdir Shim?” tanya Kyuhyun sopan.

“engh…? Ya… aku… aku harap aku baik-baik saja” jawabnya lebih kepada diri sendiri “sebenarnya kapan ini berakhir! Issh…” keluh Changmin, dengan ekspresi kesal yang tidak bisa disembunyikan lagi.

“apakah kita akan langsung menemui Kim Xia?” tanya Kyuhyun lagi.

“tidak, aku lapar! Pesan makanan enak di suatu tempat!”

“hm… tapi, kita juga akan makan siang dengan Mr. Kim”
Changmin mengerling, menahan geram, rupanya Kyuhyun belum tahu kebiasaannya “urusan makan dengan Mr. Kim, aku juga yang bertanggung jawab”

“ne?” Kyuhyun masih terlihat bingung.

***

Empat

Rumah makan khas eropa itu cukup terkenal di kalangan para pengusaha. Tempatnya yang luas namun eksklusif menjadikan restaurant yang bertempat di wilayah Gangnam itu selalu full booking. Setiap tempat makan berada di ruangan yang tertutup jadi pelanggan bisa dengan bebas membicarakan hal-hal penting terkait bisnis mereka.

Kebingungan Kyuhyun akhirnya terjawab saat hidangan utama makan siang bosnya dengan Mr. Kim Xia dihidangkan beberapa saat yang lalu. Shim Changmin, lelaki muda yang kurus itu ternyata memiliki beberapa perut cadangan. Sekitar empat puluh lima menit yang lalu, sebelum mereka tiba di tempat ini, bosnya itu telah menghabiskan empat porsi nasi dengan lauk pauknnya, semuanya ludes tanpa sisa. Dan sekarang ia tengah menyantap satu porsi steak ukuran raksasa.

Mr. Kim Xia yang ternyata sudah mengenal Shim Changmin sengaja memesankan makanan itu untuknya. Keduanya langsung larut dalam pembicaraan santai saat menyantap makanan, terkadang mengenai mengenai bisnis industri hiburan yang sama-sama mereka jalani.
“bagaimana perkembangan kasus penyanyi itu?” tanya Mr. Kim saat desertnya tiba.

“ng… masih belum ada titik terang, tapi kuasa hukum kami akan segera bertindak untuk menyelesaikan kasus ini segera”

“maksud Anda JYH akan membuangnya?”

“anhiyo, kami hanya ingin bertindak profesional. Jika sampai akhir bulan ini ia tidak juga muncul, terpaksa kami…”

“tetap saja… bukankah itu terlalu kejam untuk Kim Jaejoong yang telah membesarkan nama JYH?” Mr. Kim menyuapkan pudding pertamanya ke mulut.

“tapi kami berpikir sebaliknya Mr. Kim” Shim Changmin berusaha mengatakan ini dengan nada sesopan mungkin.
Mr. Kim menunggu kata-kata wakil presdir selanjutnya.

“bagaimana jika ternyata Kim Jaejoong yang meninggalkan JYH?” kata-kata itu begitu penuh dengan dugaan namun bisa diterima akal sehat.

“kenapa… Anda berpikiran seperti itu?” tanya Mr. Kim heran.

***

Lima

Sebuah rumah yang cukup megah berdiri kokoh di belantara hutan pohon pinus, bukan seperti vila orang-orang kaya yang sering ditinggalkan pemiliknya. Rumah ini terlihat sangat bersih dan terawat, menandakan bahwa sang pemilik rumah adalah orang yang ramah dan sangat mencintai rumah itu.

Seperti di dalam dongeng, halaman belakang rumah itu langsung berbatasan dengan danau berwarna hijau tua yang luas. Sang pemilik rumah yang merupakan sepasang pengantin baru tengah menikmati segarnya pemandangan danau dengan merebahkan diri mereka di hamparan rumput.

Jung Yunho dan Kim Jaejoong adalah sepasang pengantin baru itu. Baru dua hari mereka tinggal di hutan yang jauh dari keramaian kota Seoul ini dan keduanya tidak yakin berapa lama lagi mereka harus bersembunyi dari dunia.

Yunho memiringkan posisi badannya, menghadap Kim Jaejoong yang asyik dengan lamunannya sendiri. “apa yang sedang kau pikirkan?” Yunho menopang kepala dengan tangan kirinya.

“uri” Jaejoong tidak bergeming dari posisinya semula.

“uri?” Yunho mengerucutkan bibirnya. “ada apa dengan kita?”

“Jung Yunho… lihat aku” Jaejoong ikut memiringkan tubuhnya, sekarang posisi mereka saling berhadapan.

“aku memang sedang melihatmu” sahut Yunho manis.

“kita tidak bisa selamanya begini bukan? Kita bukan tarzan atau apa, lagipula ini masalahku. Aku tidak mau kau ikut terlibat dan menjadi repot…”

Yunho tidak mengatakan apapun, matanya lurus menatap wajah sang istri yang jika mulai bicara terlihat sangat cerewet.

“hm?” Jaejoong minta tanggapan.

“mwo?” Yunho pura-pura bego.

Jaejoong membalikan badannya sehingga membelakangi Yunho. Ia tahu suaminya itu tidak mau membahas soal ini jadi ia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa pada mereka.

Yunho mencolek lengan Jaejoong dari belakang “Chagi… jangan marah… hei, ayolah… nanti kubuatkan es krim stroberi kesukaanmu. Eo?” rajuk Yunho.

Jaejoong tidak juga membalikan badannya, ia keukeuh ngambek sampai suaminya berbicara tentang masalah mereka.

“Chagi…” Yunho kini duduk dan mencoba menggelitik pinggang ramping Jaejoong.

Jaejoong sebal namun bersikeras tidak mau membalikan badannya.

“aku kangen wajah manismu, ayolah berbalik… Jaejoongie…” Yunho mulai mengeluarkan aegyo namun itu juga tidak ampuh untuk membujuk sang isteri.

“arasseo…” suara Yunho mulai merendah, sepertinya ia menyerah untuk membujuk Jajoong.

Jaejoong menggigit bibir bawahnya, sebenarnya ia juga tidak tega memaksa Yunho untuk membahas ini. Ia tahu benar bagaimana suaminya itu berjuang untuk sampai ke mari dan lari dari segala hingar bingar kota Seoul, membicarakan “sampai-kapan-kita-di-sini” memang termasuk pembahasan yang menyakitkan untuk laki-laki itu. Dengan telinganya, Jaejoong mendengar Yunho bangkit dan berjalan menjauh, sepertinya perang dingin akan berlangsung cukup lama.

Jaejoong segera berbalik setelah mendengar langkah suaminya hilang. Namun…

Duk!

Keningnya menabrak benda keras, dan benda itu adalah jidat Jung Yunho. Ternyata ia tertipu! Yunho pura-pura pergi lalu kembali berbaring tepat di belakang Jaejoong sehingga ketika Jaejoong berbalik, kening mereka beradu cukup keras.

“aww… appaa…” Jaejoong menggosok-gosok keningnya yang berdenyut-denyut. Yunho juga melakukan hal yang sama, namun sambil tersenyum menggoda. Kali ini ia menang telak atas Kim Jaejoong yang sekarang terkunci erat oleh lengannya.

“neo!!!” Jaejoong berusaha mendorong Yunho namun tenaga namja itu berkali-kali lipat lebih besar darinya.

“Kaman isseo…” Yunho menghentikan perlawanan Jaejoong dengan satu tangannya.

Jaejoong menurut, ia sekarang tidak tahu harus bersikap bagaimana lagi.

“dengarkan baik-baik ya honey, kita akan mencoba tinggal di sini selama tiga puluh hari, dan selama itu kau tidak boleh memikirkan tentang Seoul atau masa lalumu. Oke?! Di sini kau hanya istri Jung Yunho, ratu dari hutan ini…” Yunho berbicara dengan lembut namun tegas.

“tiga puluh hari?”

“hm” Yunho mengangguk.

Jaejoong merasa itu penjelasan yang cukup. Setidaknya ia tahu kapan harus melepaskan kebahagiaan ini. Meski dalam benaknya sama sekali tidak ada pikiran ingin berpisah dengan Yunho, namun ia rasa ia harus berjaga-jaga dan mempersiapkan hatinya.

“kau bersedia, kan?” Yunho bertanya kembali.

Jaejoong mengangguk di depan dada Yunho yang bidang.

“aku ingin mendengar suaramu” rajuk Yunho.

“iya, baik, araseoyo… aku akan menjadi satu-satunya istrimu Jung Yunho-nim…”

dan…

Bibir Yunho seketika mengecup bibir Jaejoong. “aku sudah menguncinya, jadi kau tidak boleh ingkar!” ia tersenyum. Jaejoong juga tersenyum.

***

Enam

Berita itu menjadi headline di berbagai media cetak maupun elektronik. Semua wartawan berita berlomba-loma mendapatkan berita ekslusif tentang menghilangnya penyanyi solo terkenal Kim Jaejoong lalu mengemasnya semenarik mungkin dengan bumbu cerita di sana-sini.

Pihak kepolisian distrik Gangnam baru saja usai mengadakan pres konferensi tentang kasus menghilangnya penyanyi Kim Jaejoong yang menggemparkan penduduk Korea hingga lingkup kawasan Asia lainnya. Ia memang penyanyi berbakat yang telah menaklukan panggung-panggung Asia. Bahkan rencananya, tahun depan ia akan merilis mini album di Eropa.

“Junsu-yah, eodi?” Park Yoochun berlari menembus kerumunan wartawan yang masih berkumpul di depan tempat preskon. Ia menerima telpon beberapa menit yang lalu dari temannya, Kim Junsu. Namun karena ruangan terlalu berisik, maka ia terpaksa harus keluar ruangan.

“aku sudah di Seoul, kau akan mampir kan?” tanya Junsu yang di Amerika juga dikenal dengan nama Xia.

“hmm…” Yoochun mengusap-usap dagunya ragu “aku ada rapat lagi dengan stafku hari ini, entah sampai jam berapa. Jika tidak terlalu malam aku pasti mampir…” ujarnya dengan sedikit menyesal.

“baiklah, jangan terlalu memaksakan diri Yoochun-ah, kasus itu sepertinya akan bertambah rumit jika kita tidak berhati-hati” saran Junsu bijak.

“tetap saja aku harus melakukan ini untukmu kan?” Yoochun tersenyum “aah… wanita ini membuatku repot saja!” gumamnya kesal, lebih kepada diri sendiri.

***

Tujuh

Gedung berlantai lima itu sebagian besar telah ditinggalkan oleh para pegawainya sejak lima jam yang lalu. Gelap malam telah lama menyelimuti kota Seoul yang dipadati kesibukan yang melelahkan, apalagi di hari senin seperti ini. Jarum jam berdetak ritmis dan akhirnya menunjuk angka tiga.

Diantara semua ruangan yang ada, tinggal satu ruangan lagi yang belum mematikan lampunya sejak jam kantor usai.  Di sana Shim Changmin duduk di kursi presiden direktur dengan resah, matanya tidak juga mau terpejam akibat memikirkan kekacauan yang terjadi beberapa hari belakangan ini, dua cup ramen ukuran jumbo tidak pula membantu kantuk itu cepat datang. Telpon yang ia tunggu selama tiga hari ini juga tidak ada, posisinya begitu membingungkan saat ini.

Tiba-tiba…

Lagu Magic Castle mengalun pelan di volume 2, sebuah panggilan telpon telah masuk. Changmin sontak meraih ponselnya dan berdiri menuju jendela yang mengarah ke pemandangan kota Seoul malam hari yang terlihat tenang dari atas sini.

“Yoboseyo?” Changmin menunggu dengan cemas pemilik nomor tak dikenal itu.

“ini aku, Yunho”

Changmin memejamkan matanya, lega. “hyeong, apa yang sebenarnya terjadi?”

Terdengar suara kekehan pelan dari ujung sana “aku sudah tahu kau akan bertanya seperti itu”

“hyeong, ini bukan waktunya untuk tertawa. Nasibku sedang di ujung tanduk!” Changmin tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

“ara… ara… mianhe” Yunho kembali ke suara normalnya “seperti yang kubilang sejak awal aku baru bisa kembali setelah satu bulan. Selama itu, aku minta tolong padamu untuk menjaga perusahaan. Sekarang ini aku sedang berada di tempat yang jauh dari Seoul”

“jauh dari Seoul? Di mana? Busan? Jepang? Indonesia?? Sukabumi?”

“tidak, tempat ini sangat terpencil, kami bahkan tidak punya tetangga di sini”

“kami?” tanya Changmin sesaat namun buru-buru melanjutkan “ah… tentu saja kau bersama perempuan itu. Kau serius dengannya?”

“Jangan panggil dia ‘perempuan itu’ bodoh! Dia nunamu sekarang. Kami sudah menikah”

Dheg! Sekian voltase listrik seolah mengalir ke jantung Changmin mendengar berita itu “kau… tidak gila kan Hyeong?” otot-otot wajahnya lemas seketika dan tidak bisa lagi mengekspresikan apapun selain rasa kaget. Yunho bukan orang yang mudah menikahi wanita.

“dia oksigenku sekarang, tidak ada pilihan lain”

“Oh… god!” Changmin mencari sandaran kini, ia tidak mau tubuhnya roboh di lantai.

“bagaimana keadaan di sana?”

“sangat kacau! Sebaiknya kau percepat waktu kepulanganmu atau akan kubakar gedung ini agar wartawan tidak datang lagi” Changmin menopang keningnya yang terasa berdenyut-denyut kencang.
Yunho tertawa lagi menanggapi candaan kejam ala Changmin itu “maaf membuatmu repot… tapi aku tidak bisa menjanjikan kembali dalam waktu cepat”

Changmin tiba-tiba tersadar sesuatu “Hyeong, katakan padaku, kenapa kau harus sampai membawa dia kabur seperti ini? Bukankah artis yang memiliki hubungan spesial sudah biasa saat ini, lihat saja Lee Min Ho dan Suzy! Bukankah lebih tenang jika kalian terbuka pada publik?”

“masalahnya bukan itu Changmin-ah…” suara Yunho mendadak serius.

“lantas apa???” Changmin menuntut penjelasan rinci jika nada suaranya sudah melengking seperti itu.

Yunho terdiam sejenak, “baiklah, dengarkan aku baik-baik ya” Yunho menarik nafas agak lama “ini mengenai keselamatan Kim Jaejoong, ada seorang pembunuh bayaran yang saat ini tengah mengincar nyawanya”

“mwo? Jinjja hyeong?” Changmin kembali menegakkan punggungnya.

“ku dengar ia bekerja di kepolisian Seoul distrik Gangnam…” suara itu melemah.

Changmin mulai bisa mengurai kerumitan yang menumpuk di otaknya, alasan untuk pergi tiba-tiba seperti itu sekarang terasa sangat masuk akal. Jika pembunuh bayaran profesional itu bahkan bisa masuk ke organisasi penting seperti kepolisian, maka tentu tidak akan mudah mengatasinya. Jika Yunho nekad mengajukan gugatan atau laporan, maka JYH yang sedang berkembang ini  bisa saja hancur. Changmin tahu benar arti perusahaan yang dirintis oleh ayah Yunho bagi sepupunya ini.

“jadi, kau sudah tahu siapa orangnya?” tebak Changmin.

“hm” Yunho mengiyakan “aku juga ingin minta bantuanmu soal ini, tolong awasi orang bernama Park Yoochun, ia ketua tim bagian kriminal”

Changmin langsung menundukan kepalanya lemas, masalah yang ia kira akan berakhir dalam tempo sebulan, mempunyai kemungkinan akan berakhir lebih lama dari itu, atau mungkin… tidak akan pernah selesai
 
tbc...

***
Annyeong!!! Ini FF pertama Admin yang dipublish, semoga kalian suka ya, Jangan Lupa TINGGALKAN KOMENT oke, KOMENT kalian adalah energi buat Admin. 
Gomawo ^ ^