Kamis, 24 September 2015

Pabo [Chapter 8]



Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho, Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu

Other Cast:
Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’ girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)

Cameo:
Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo, Lee Yeo Won

Genre:
Romance, School Life

Rating:
General

Author : Dian_mirotica

Delicious Burger Café, Sepulang sekolah

“kenapa kau mengajakku ke sini?” tanya Jaejoong heran, ia juga penasaran dengan ekspresi wajah Yunho sepanjang hari ini. Pagi tadi ia sangat bersemangat, namun sepulah sekolah ia terlihat lesu.

“ada yang ingin kurayakan”

“mwondae?”

Yunho mengaduk colanya dengan sedotan, ia tiba-tiba melihat mata Jaejoong “karena kau telah melepas kacamata norakmu, jhahahaa…” ia tertawa renyah. Jaejoong dongkol.

“mwoyaa~” memang benar, karena lensa yang diberikan Yoona kemarin bisa dipakai lagi dan terasa nyaman makanya ia meninggalkan kacamatanya. “tidak, bukan itu, alasan sebenarnya adalah karena Jung Yunho bilang ia lebih cantik tanpa kacamata. Aissssh”

“bercanda. Sebenarnya tadi pagi eomma diam-diam mengambalikan kartu kreditku. Kau tahu alasannya apa?”

Jaejoong tahu ia harus menggeleng.

“karena aku tertidur di meja belajar saat mengerjakan soal-soal matematika yang kau berikan!” katanya penuh antusias “adeul, akhirnya kau seperti pelajar… aku bangga padamu” ia memperagakan suara sampai gerak tangan eommanya.

Jaejoong tertawa “aku tidak  tahu kau separah itu!” komentarnya di sela tawa.

“aku juga, aku tidak tahu bahwa aku separah itu” Jung Yunho menggeleng-gelengkan kepala, jelas ia melakukannya untuk melucu “jika aku sampai pintar sepertimu, kupikir appa akan langsung menyerahkan perusahaannya padaku” kelakarnya.

Jaejoong menyisakan senyuman kecil di ujung tawanya “aku iri…”

Yunho tertohok, ia tahu benar hal itu. Di satu sisi, ia anak Chaebol yang bodoh dan malasnya minta ampun diberi banyak kemudahan, namun di sisi lain anak rajin dan pintar harus berusaha mati-matian bekerja demi keluarganya.

“kau, sudah mengisi formulir masa depan?” Yunho mencoba mengalihkan pembicaraan.

Jaejoong mengangguk, “aku menerima tawaran beasiswa dari Universitas Seoul” katanya.

“sekarang, aku yang iri…” balas Yunho.

“kenapa?”

“aku belum tahu mau ke mana”

“tidak ke jurusan bisnis? Appamu bisnisman bukan?”

“yah… aku pasti di arahkan ke sana” ia mengedikkan kepala, tidak mau ambil pusing.

“kau punya hobi tertentu?”

“hobi?? Hm…” ia berpikir sejenak “saat aku berkumpul dengan Junsu dan Changmin, aku sering nge-dance”

“nge-dance? Kau?” Jaejoong tak menyangka.

“kau tidak percaya? Mau lihat?” ia kemudian turun dari kursi dan melakukan beberapa gerakan dance, tidak peduli seisi kafe memperhatikannya dengan tatapan aneh. 
“bagaimana?”

“buruk! Idol kesukaanku bisa melakukan itu lebih baik!” Jaejoong mengerucutkan bibirnya.

“itu memang dance yang gampang. Mau kutunjukkan yang lebih bagus lagi?” ia terdengar 
seperti pamer, bukan menawari.

Jaejoong menatap sekeliling, ia merasa risih, namun Yunho tidak “kalau begitu lakukan!” sahutnya dengan nada menantang, diam-diam ia menyalakan perekam video di ponselnya.

Yunho menggeser beberapa kursi dan membuat ruangan yang lebih luas untuk dirinya. Ia bersiap sejenak. Tanpa musik, ia mulai menggerak-gerakan bahunya, menaik turunkan tangan dan menggoyangkan kaki. Ia menari seolah ada musik dalam kepalanya. Sorotan orang-orang semakin terfokus, beberapa mencibir, namun kebanyakan terkagum-kagum atas aksinya.

Kakinya berhenti bergerak. Tariannya selesai.

Dan tepuk tangan membahana.

Rumah Kim Jaejoong

Kim Jaejoong baru saja selesai mandi, ia meraih ponsel dan duduk di depan meja belajar. Ia membuka sebuah video, lalu tersenyum.

“bakat sehebat ini bagaimana bisa bersembunyi dengan baik?”

Lalu, ia memikirkan sesuatu. Diliriknya jam dinding, pukul 00.00, ia menolerasi dirinya untuk terjaga satu jam lagi. Dinyalakannya laptop, dan beberapa saat kemudian ia telah meluncur di internet. Mencari sesuatu berkaitan dengan ‘beasiswa universitas jurusan seni’.

Beberapa hari kemudian, Gedung Olahraga SMA Sungkyunkwan

Kelas XII-C baru saja selesai mengikuti pelajaran olahraga. Tanpa komando, Yunho cs langsung berkumpul di belakang gedung yang agak sepi. Karena ini akhir minggu, jadi mereka biasanya menghabiskan waktu sampai jam istirahat selesai untuk merencanakan kegiatan mereka di hari minggu.

“bagaimana kalau kita ke villa keluargaku? Kudengar di sana banyak hantu. Ayo kita berburu hantu minggu ini” usul Junsu.

Yang lain tidak terlihat berminat, bahkan Changmin mengelus kepala anak itu “kau pikir kau bisa tahan melihat hantu, heh?” 

“aku hanya usul, habis kita sudah lama sekali tidak berlibur. Aku kan bosan…”

Changmin menopang dagu dengan tangan kanannya, ia melirik pada Yunho yang tengah melamun “itu karena ketua kita sedang sibuk…” sindirnya.

“benar! Aku juga merasa dia sangat sering bersama yeoja culun itu”

“siapa yang kau maksud?” Yunho tersadar dari lamunannya.

“Jaejoong tentu saja, siapa lagi?”

“sekarang dia sudah tidak culun lagi, tahu!” Yunho tersenyum, baru saja wajah cantik Jaejoong terlintas di kepalanya.

Changmin dan Junsu sontak saling bertukar pandang “heol… lihat kan?” kata Changmin.
“jadi, sudah ada rencana ke mana kita minggu ini?” tiba-tiba Go Ara muncul.

Changmin langsung menarik tangan gadis itu dan menyuruhnya duduk di depan Yunho “sini, duduklah. Ara-yah, coba kau perhatikan baik-baik namjachingumu ini, apakah ada yang berbeda dengan dia?”

Yunho jadi keheranan, ia benar-benar tidak tahu apa yang dicurigai Changmin.
Ara menurut tanpa bertanya, ia memperhatikan baik-baik tiap inci wajah Yunho “ada!” ia tersenyum lebar “dia semakin tampan…”

Changmin dan Yunho menghela nafas bersamaan.

“bukan itu!” protes Junsu kesal “baru saja aku lihat dia membicarakan Kim Jaejoong sambil tersenyum seperti ini…” ia menarik kedua ujung mulutnya tinggi-tinggi “ireohkae, lebar…”

“apa maksudmu? Aku? Tersenyum? Heh!” elak Yunho.

“benar, aku juga melihatnya” tambah Changmin “jangan bilang… kau suka padanya?” mata namja itu menyipit, memperhatikan kekagetan kecil yang terjadi pada wajah Yunho.

“an…anhi…” jawab Yunho gelagapan.

“lihat! Dia bahkan menjawabnya dengan gugup” Junsu menyudutkan.

Go Ara mulai terlihat marah “kau benar-benar suka pada gadis culun itu???” amuknya.

Beberapa meter dari sana, tepat di balik tembok, Jajoong berdiri terpaku. Kedua tangannya mengenggam erat smatrphone di layarnya masih terlihat bahwa ia baru saja membuka email dari kakak kelasnya yang ia mintai bantuan. Yunho mendapat tawaran beasiswa di 
Universitas Seni Seoul berkat video yang dikirimkan oleh Jaejoong.

“tidak, tidak!! Tidak kubilang!!! Kalian pikir aku sudah tidak normal? Aisshhh” Yunho terus mengelak “kalian kan tahu, dia bukan tipeku. Bukan tipe siapapun… dia culun norak. Ah… apakah aku harus mengatakan pada kalian betapa noraknya yeoja itu?”

“buktikan kalau begitu!!” tantang Ara.

“mwo?” Yunho tidak mengerti.

“buktikan kalau kau memang masih normal”

Jaejoong mengeratkan genggaman tangannya “andwae Jaejoong, kau tidak boleh terluka seperti itu. Dari awal kan kau sudah tahu bagaimana ia memanfaatkanmu. Pergilah ke sana dan katakan keperluanmu. Sudah itu saja” Jaejoong memejamkan mata sejenak, lalu mengambil langkah keluar dari balik tembok. Dan…

Yunho diam sejenak, lalu ia melangkah mendekati Go Ara dan menciumnya.

Jaejoong menarik lagi tubuhnya ke belakang tembok. Sekarang ia tidak bisa menahan tangisnya. Satu-satunya hal ia bisa ia pikirkan saat ini adalah, pergi dari tempat itu sesegara mungkin.

Yoochun sedang menghabiskan waktu istirahatnya dengan buku sketsa di gedung lantai tiga yang berseberangan dengan gedung olahraga. Ia melihat semua kejadian itu dari kejauhan.

Sepulang Sekolah, Secret Garden

“wae?” tanya Yunho setelah melihat punggung Yoochun. Ia disuruh oleh namja itu datang ke tempat sepi ini, katanya ada sesuatu yang harus ia bicarakan.

Yoochun membalikan tubuh lalu..

BUUkkKK!!!

Ia meninju wajah Jung Yunho.

TBC...

~~~
TINGGALKAN KOMENTAR KALIAN SEBAGAI BALASAN ATAS KERJA KERAS AUTHOR
~~~  

Pabo [Chapter 7]



Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho, Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu

Other Cast:
Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’ girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)

Cameo:
Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo, Lee Yeo Won

Genre:
Romance, School Life

Rating:
General

Author : Dian_mirotica

Di dalam taksi…



Tidak ada sepatah katapun yang terucap sejak keduanya masuk ke dalam taksi. Jaejoong menatap ke luar jendela di sebelahnya, sementara Yunho memandangi buku-buku jarinya, terkadang berusaha mencuri pandang ke arah Jaejoong.

“aku tidak menyangka Kim Jaejoong bisa seperti itu” akhrinya Yunho yang tidak tahan dengan suasana sepi itu, memulai obrolan.

“seperti apa?” sahut Kim Jaejoong tanpa mengalihkan tatapannya dari jendela. Suaranya terdengar lelah.

“kau… berbeda saja dengan Kim Jaejoong yang biasa kukenal di sekolah”

“bukankah kau bilang sebanyak apapun make up yang ditumpahkan ke wajahku aku tetap si culun…” suara lelah itu semakin terdengar jelas.

“sebenarnya, kau… cukup cantik” Yunho menelan ludah, berharap detik itu kembali dan ia tidak akan mengatakannya “apalagi tanpa kacamata aneh itu, hehehe…” tapi mulutnya malah menambahkan lagi.

Dheg!

Jaejoong diam, setelah itu hanya terdengar suara helaan nafas berat. Kemudian ia mencondongkan tubuhnya ke arah jendela dan meletakan tasnya di bawah kepala. 
Diam-diam ia menggigit bibir bawahnya pelan, menahan suatu perasaan yang meledak-ledak dalam hatinya.

“sadarlah Kim Jaejoong, jangan berharap lebih. Kau tahu siapa dia. Kau tahu bagaimana dia memanfaatkanmu. Jangan tertipu, jangan, chebal…” ia pun memejamkan mata dan tertidur, hari ini ia lelah sekali. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup ia menjadi sorotan di atas panggung, hanya untuk berusaha tampil memukau di depan Jung Yunho. Sebuah pemikiran yang lantas dimaki-maki oleh dirinya sendiri.

Di Jalan Kyungsan

Taksi yang ditumpangi Jaejoong dan Yunho berhenti di pinggir jalan. Tadi Jaejoong bilang untuk berhenti di depan toko buku yang berada di jalan Kyungsan ini.

“hei… yah… oi… Kim Jaejoong…” Yunho menggoyang-goyangkan lengan Jaejoong, berusaha membangunkannya. Namun suara sepelan itu tidak membuat Jaejoong terbangun, nampaknya ia tertidur dengan cukup pulas.

Yunho mendekat, dilihatnya wajah yang tertidur itu dan perasaan tidak tega menghampirinya “Jaejoong-ah, kita sudah sampai” bisiknya dengan suara agak keras. Wajahnya berada tepat di depan wajah Jaejoong.

“hmmm?” ia menggeliat. Yunho menjauh, nafasnya tiba-tiba menjadi tidak beraturan. “sudah sampai?” ia mengucek mata dan merapikan rambutnya sekilas.

“eoh, sudah sampai, di mana rumahmu?”

“ahjussi, berapa biaya taksinya?” alih-alih menjawab pertanyaan Yunho, ia malah menengok ke arah mesin tarif.

“ei, sudahlah, aku saja yang bayar!” Yunho mendorong bahu Jaejoong. “ayo kita keluar!”

“kau langsung pulang saja dengan taksi ini”

“tidak! Akan kuantar sampai rumah” Yunho bersikeras, entah kenapa sekarang tidak ada lagi suara-suara penentangan dalam kepalanya.

“rumahku tidak di sini” Jaejoong bersiap turun, ia menunjuk toko buku di samping taksi 
“aku harus kerja”

Sepercik rasa marah meledak di hati Yunho “Kau ini kelelahan!! Apa tidak bisa izin dulu sehari? Memang berapa sih gajimu kerja di sini?” nada cemas terdengar kentara dalam suaranya.

Jaejoong memutuskan untuk tidak peduli, ia membuka pintu dan turun dari taksi. Sebelum pergi ia membungkukan badan agar bisa melihat Yunho “aku sudah tidur barusan, jadi sudah tidak lelah. Dan aku tidak bisa izin, aku sangat membutuhkan pekerjaan ini, soal gaji… untuk apa kau menanyakannya? Kau mau kerja di sini juga?”

Yunho sadar dirinya terlalu bersikap khawatir “sudahlah. Kalau begitu aku pergi duluan” sekarang ia terdengar kesal.

“geurae, gomawo… sampai jumpa besok!”

Brug! Pintu taksi ditutup dari luar.

Di Rumah Jung Yunho

Yunho menatap langit-langit kamar sementara pikirannya melayang pada sesosok orang. Sudah lebih dari jam 00.00 namun matanya sama sekali tidak ingin terpejam, padahal hari ini ia cukup sibuk dan tubuhnya letih, karena membantu seseorang.

“geu yeoja mwoya??” ia menggumam kesal, menepis lagi bayangan Jaejoong saat di atas catwalk tadi, untuk yang kesekian kalinya. “kerja paruh waktu? Chh! Apa hebatnya!!” lalu bayangan saat Jaejoong turun dari taksi, suaranya saat ia mengatakan harus kerja di toko buku itu.

“kau dalam masalah Jung Yunho, kenapa memikirkan yeoja itu terus???” ia menegacak rambut geram. Diliriknya kembali jam dinding, ia semakin kesal karena susah tidur. Akhirnya ia bangkit dari tempat tidur dan membuka tas sekolah, mengeluarkan buku dan lembar soal matematika. Beberapa menit kemudian ia sudah tenggelam mengerjakan soal-soal itu.

TBC...


~~~
Hi, I'm back!!! Gimana ceritanya? mainstream banget ya??  ^ ^
Jangan lupa tinggalkan komentar kalian YA!
Love u

dian_mirotica
~~~ 


 



 

Kamis, 17 September 2015

Pabo [Chapter 6]



Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho, Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu

Other Cast:
Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’ girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)

Cameo:
Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo, Lee Yeo Won

Genre:
Romance, School Life

Rating:
General

Author : Dian_mirotica



Sowon Show Center, gedung perlombaan peragaan busana

Yunho duduk di depan ruang makeup. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri dan tiba-tiba saja merasa bodoh karena mengikuti permintaan Park Yoochun untuk mengantar Jaejoong ke tempat ini.

“aku harus ke rumah dulu untuk mengambil satu baju lagi. Kau antarkan Kim Jaejoong sampai SSC” ia memberi intruksi pada Yunho. “Di sana ada Im Yoona yang akan menjemputmu di pintu masuk gedung, kau pernah bertemu dengannya kan?” kali ini pada Jaejoong. Jaejoong mengangguk. “oh ya! Setelah mengantar, kau jangan ke mana-mana!” telunjuknya mengarah ke dada Yunho “tunggu sampai Jaejoong selesai, setelah itu kau antarkan dia pulang. Aku akan sedikit sibuk di sana” katanya lalu menepuk-nepuk pundak Yunho dan menyerahkan kunci mobil padanya. Ia sendiri berlari dan mencegat taksi.

“cih! Dia pikir aku temannya apa?” dumel Yunho. Satu-satunya hiburan yang ia miliki di sini hanya karena banyak gadis-gadis cantik berlalu lalang dengan pakaian minim.

Yunho bersiul pada salah seorang gadis dan langsung ada yang menoyor kepalanya dari samping “dasar playboy!” Yoochun berdiri sambil membawa sebuah baju yang dibungkus plastik.

“eeiissh…” Yunho kesal diperlakukan lagi seenaknya oleh Yoochun.

Yoochun malah tersenyum “ya! Gomapta”

“lupakan saja! aku tidak berniat membantumu sama sekali”

“jelas-jelas kau sudah mengantarkan modelku ke sini, tidak membantu bagaimana?”

“ya, Park Yoochun, kurasa seleramu sangat rendah. Kenapa kau tidak meminta nona perias itu saja yang menjadi modelmu” nona perias yang ia maksud adalah Im Yoona “Kim 
Jaejoong akan mengacaukan segalanya! Berjalan saja kaku seperti robot.”

Yoochun mendecak sebal “dia tidak sesaku yang kau pikir, bodoh” setelah mengatakan itu Yoochun masuk ke ruang make up.

Yunho yang bosan lalu mengekor Yoochun dan masuk ke dalam, Jaejoong telah selesai dirias dan memakai gaun terusan yang sangat indah. Memang, tubuhnya tidak terlalu tinggi jika dibandingan dengan model lain, tapi, bahkan di mata Yunho, dia sangat menawan. Pas. Proporsional.

“wwhhaa, ige nuguya?” puji Yoochun sambil menatap Jaejoong lewat cermin.

Jaejoong tersenyum kaku “bagaimana ini Yoochun-ah, sepertinya aku akan mengacaukan acara ini”

“jangan berpikir begitu, lakukan saja seolah tidak ada siapapun di luar sana” nasihat Yoochun sambil memegang bahu sahabatnya itu. Namun rasanya Yunho keberatan Yoochun melakukan itu pada Jaejoong.

Matanya tidak berhenti menatap bagian bahu Jaejoong yang terbuka. Ingin rasanya ia menarik tangan Yoochun dan memperingatkannya “jangan sentuh yeoja ini!”. Tapi sebelum itu terjadi, suara lain sudah terlebih dahulu memberi peringatan “KAU GILA JUNG YUNHO? 
APA-APAAN SUARA JANTUNGMU ITU???”

Dhug! Dhug! Dhug!

“dia cantik sekali…”

“KAU GILA!!!”

“permisi haksaeng! Bisa kau minggir?” tahu-tahu Yoona sedang memintanya untuk minggir karena ruang tengah akan dijadikan tempat untuk Jaejoong berlatih berjalan di catwalk.

Jaejoong sudah berdiri, ia mengenakan terusan yang panjangnya sampai lutut. Salahsatu bahunya terbuka dan bahu satunya lagi tertutup sampai beberapa senti di atas siku. Gaun berwarna krem itu membentuk lekukan tubuh dan memiliki rempel-rempel unik di sekitar perut. Rambut Jaejoong sendiri ditata sedemikian rupa hingga membentuk gelungan acak, beberapa helai rambutnya jatuh di bahu, kacamata pantat-botolnya menghilang, ia memakan lensa berwarna cokelat terang, wajahnya di make up dengan sederhana. Bibirnya dipoles dengan lipstick waran pink yang menawan.

Yunho mundur dengan gerakan gelagapan, membuat Yoochun memperhatikan itu “kau kenapa? Terpesona?” godanya dengan suara lantang.

Yunho tertawa hambar “heh, enak saja! sekali culun tetap culun! Mau sebanyak apapun make up ditumpahkan ke wajahnya dia tetap si kutu buku. Terpesona apanya?!” ceroscos Yunho “Sudahlah, aku menunggu di kursi penonton saja, menontonmu sungguh membosankan!” ia melempar tatapan merendahkan pada Jaejoong sebelum akhirnya keluar ruangan.

“cih!! Dasar!” maki Yoochun “sudah, jangan dipikirkan” ia menepuk halus punggung Jaejoong.

“oke, kita mulai latihannya!” Yoona memberikan isyarat dengan tepukan tangan “Jaejoong, kau mulai dari ujung sana, lalu letakan tanganmu di pinggang seperti ini, yaa… ya, seperti itu. Lalu senyum! Lebih alami lagi, terus… tidak, bukan seperti itu… lihat dirimu di cermin…” Yoona terus memberi pengarahan sementara Jaejoong mengikuti dengan patuh.

Di luar ruangan…

Yunho menyandarkan punggungnya di pintu, telapak tangan kananya ditekankan ke dadanya yang bidang, meminta jantungnya untuk tenang.

Kursi Penonton, 30 menit setelah acara dimulai…

Seorang pembawa acara di belakang panggung menceritakan profil singkat Park Yoochun sebagai perancang busana yang termasuk paling muda dalam kompetisi, dan menyebutkan penghargaan-penghargaan lainnnya yang pernah diraih Yoochun dalam bidang fashion.
Lalu, tujuh orang model memasuki panggung di ujung catwalk. Tatapan Yunho langsung terarah pada Kim Jaejoong, ia mengambil posisi paling tengah dan tubuhnya paling pendek diantara model yang lain. Di matanya Jaejoong berdiri dengan cukup canggung, high heels yang terpasang di kakinya jelas membuat ia tidak nyaman. Namun yang mengagumkan adalah senyumnya, ia belum pernah melihat Jaejoong tersenyum dengan penuh percaya diri seperti itu.

Musik disco mulai mengalun, satu persatu model berjalan di catwalk, berhenti untuk memamerkan busana yang ia pakai, berputar, lalu berhenti sebentar lagi, berbalik, dan kembali ke belakang.

Saat giliran Jaejoong tiba, entah kenapa Yunho merasa sesak, ia takut terjadi sesuatu yang memalukan di atas sana. Matanya terus mengikuti setiap langkah Jaejoong, tangannya terpaut, tanpa sadar ia berdo’a agar Jaejoong bisa melewatinya dengan sukses.

“come on, kau bisa Kim Jaejoong…” suara aneh lagi di kepalanya. Namun kali ini tidak ada suara keberatan yang menentang.

Do’anya terkabul. Dengan ajaibnya Jaejoong sukses terihat seperti model sungguhan, orang asing pasti tidak ada yang tahu bahwa di sekolah ia adalah ratu culun yang berjalan seperti zombie dan bahunya selalu mengerut ke dalam. Yunho terbawa suasana, ia bertepuk tangan bersama penonton lainnya, bukan sekedar tepuk tangan, ia memberikan standing applause, bahkan mengacungkan kedua jempolnya ke arah Kim Jaejoong.

Ketujuh model dan Park Yoochun sebagai perancang berjalan bersamaan di atas catwalk untuk sesi terakhir dari pertunjukkan mereka. Yoochun mengenggam tangan Jaejoong, itu yang menjadi sorotan Yunho, suasana hatinya mendadak mendung, ia pun segera keluar dari ruangan.

Di Luar Ruangan Fashion Show

Tim Park Yoochun berpelukan sambil membentuk lingkaran, mereka berjingkrak-jingkrak kegirangan sambil tertawa lepas. Pertunjukan berjalan mulus, itu yang mereka rayakan saat ini. Dalam jarak beberapa meter Yunho mencibir aksi selebrasi itu meski dalam hati ia turut senang.

“hey JUNG!” panggil Yoochun sambil melambai-lambai “kemarilah!” katanya mengajak bergabung dalam lingkaran.

Yunho menolak mentah-mentah ajakan itu, ia mengacungkan telapak tangannya “dwaesso! Cepatlah, aku ingin segera pulang” keluhnya.

Yoochun meninggalkan lingkaran itu dan menghampiri Yunho “gomawo, kalau bukan karena bantuanmu, showku bisa saja berantakan”

“aaah, sudah jangan bilang begitu. Membuatku merinding tahu!!!” tolak Yunho.

Jaejoong ikut mendekat “apa aku sudah boleh pulang sekarang?” ia minta izin Yoochun.

Namja itu mengangguk “iya, pulanglah sana. Tapi maaf aku tidak bisa mengantarmu, terpaksa kau bersama si Jung dulu ya”

“padahal aku bisa pulang sendiri…” kata Jaejoong merasa tidak enak pada Yunho.

Yunho bergeming “kenapa kau tidak bilang dari tadi! Aku sudah menunggumu sampai hari gelap begini. Sudahlah, tanggung, aku antar saja” ujar Yunho yang merasa aneh dengan suaranya sendiri, “aku tidak terdengar seperti orang yang memaksa pulang bareng kan?” evaluasinya dalam hati.

“kalau begitu aku ganti baju dulu” Jaejoong berbalik.

Namun Yoochun menahannya “tidak usah, kau pakai saja baju itu. hadiah dariku”

“Ya!” Jaejoong terkejut “ini kan sangat mahal… lagipula ini rancanganmu, mana boleh diberikan sembarangan”

“aku tidak memberikannya sembarangan, itu untuk penyelamatku hari ini. Gomawo Kim Jaejoong…” Yoochun tersenyum penuh terima kasih.

Yunho mendecak sebal.

TBC... 

~~~
Hay reader, Author tidak bosan-bosannya untuk meminta komentar kalian yang sudah baca FF ini. Kritik juga boleh. 

dian_mirotica
~~~ 

Kamis, 10 September 2015

Pabo [Chapter 5]





Main Cast:

Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho, Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu


Other Cast:

Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’ girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)


Cameo:

Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo, Lee Yeo Won


Genre:

Romance, School Life

Rating:


General

Author : Dian_mirotica



Jung Yunho POV

Kau percaya karma?

Aku percaya! Karena aku sedang mengalaminya saat ini. Awalnya aku berniat memanfaatkan si yeoja culun Kim Jaejoong untuk membuat nilai ulangan matematikaku naik, tapi sepertinya semakin hari malah aku yang dikerjai oleh dia.

Dia bukan Kim Jaejoong yang biasa kulihat di kelas dengan gerakan kakunya. Dia berubah menjadi Guru Lee versi wanita!! Galak, liar, dan tanpa ampun. Di tangan kanannya selalu tersedia tongkat pemukul dari besi yang entah dia dapatkan dari mana. Setiap kali aku lengah ia akan memukulkan tongkat itu ke lenganku, kepalaku, punggungku, bahkan pantatku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi padanya…

“soal ini baru kuajarkan beberapa menit yang lalu! Masa kau tidak ingat??? Took tok tok!!!” cecarnya seraya mengetukkan tongkat besi itu ke meja.

Aku menelan ludah, melirik ‘anjing’ penjaga yang membuatku semakin tidak bisa berkutik dalam keadaan ini, dia adalah Park Yoochun. Namja itu selalu hadir dalam sesi belajar bersama kami, duduk sambil mengangkat kakinya ke meja dan menggambar sesuatu di buku sketsanya.

“aku sungguh lupa… Jaejoong-ah…” dengar? Sekarang suaraku memelas pada si culun ini.

Jaejoong duduk di depanku setelah mendengus kesal. Ditariknya buku catatanku, lalu ia membuka sebuah halaman “lihat baik-baik! Aku bahkan mencatat materinya di buku tulismu” ia mengangkat buku itu dan menyodorkannya ke hadapan wajahku.

“baca ini dulu lalu selesaikan soalnya. Kau tidak boleh pulang sebelum soal ini selesai” tegasnya dengan wajah teramat serius.

“HAH? Tapi… a…akuu…” kau juga dengar? Suaraku menjadi gugup menghadapi kegalakan yeoja aneh ini.

“atau…” suaranya mendesis, seperti bersiap mengancamku “akan kulaporkan pada Guru Lee bahwa peermu minggu lalu aku yang mengerjakannya!”

“heeeei…” aku berusaha tertawa “kalau kau melakukan itu kau juga bisa berada dalam masalah”

“tidak apa-apa bagiku” saat mengucapkan itu aku tahu Jaejoong tidak beromong kosong.
Aku menyerah, kuamati catatan yang dibuat yeoja ini tentang materi Persamaan dan Pertidaksamaan. Tulisan tangannya rapi dan sejujurnya bisa kumengerti dengan mudah kalau aku tidak sedang dalam keadaan stress begini. Kutenggelamkan diriku dalam soal-soal sialan itu, lalu tanpa kusadari waktu berlalu begitu saja.

“selesai…” aku menghembuskan nafas, lega sekaligus tidak percaya. Aku bisa menyelesaikan satu soal persamaan selama kurang dari satu jam! Tepatnya sekitar 57 menit. Oke, aku tahu itu bukan prestasi.

Kuedarkan pandanganku, dan hanya kudapati Park Yoochun di sana. Posisinya sudah berubah, buku sketsanya tidak ada, ia sedang mendengarkan MP3.

“mana Jaejoong?” tanyaku seraya mendekat.

“kau udah selesai?” ia malah bertanya balik.

Aku memperlihatkan hasil kerjaku.

“Jaejoong harus kerja sambilan, jadi tugas ini biar aku yang periksa!” katanya sambil merebut buku catatanku dengan gerakan kasar.

Jaejoong POV

Sejak malam itu, aku menceritakan semuanya pada Yoochun tentang rencana Yunho mengerjaiku. Awalnya ia marah dan bilang akan menghajar Yunho keesokan harinya, namun kucegah hal itu. Aku justru meminta bantuannya untuk menangani namja kasar bodoh ini.

Dua minggu berlalu, seperti biasa aku mengajar Yunho sepulang sekolah. Biasanya ia tidak bisa membolos karena selalu ada Yoochun di sampingku. Namun hari ini Yoochun pergi ke acara lomba fashion shownya, jadi aku sedikit cemas, takut tidak bisa menangani namja ini.

“caa… minggu ini adalah penentuan pertamamu Jung Yunho” kataku sambil menunjukkan selembar kertas.

“apa ini?”

“daftar materi yang akan muncul di ulangan minggu depan”

“sebanyak ini?”

Bltraaak!! Kupukul kepalanya dengan gulungan kertas, entah sejak kapan aku mulai terbiasa melakukan itu “banyak dari mana? Itu hanya setengah dari materi kita semester 
ini!” kataku galak.

“aku tidak bisa…” ia menyodorkan balik kertas itu.

Aku mengernyit, aku sudah duga ia akan bertindak pesimistis seperti itu “kenapa? Kau bilang kau mau nilai matematikamu naik? Kau bahkan meminta bantuanku untuk mengajarimu, lalu kenapa sikapmu begini?” aku marah betulan.

Yunho melongo, mungkin baru mendengar aku marah dalam kalimat sepanjang itu, atau mungkin kaget karena mataku berair “aku… aku hanya bercanda, tidak usah serius begitu…” ia tersenyum canggung dan mengambil kembali kertas yang kuberikan.

Aku mengusap mataku sekilas “ayo kita mulai…!”

Tanpa perlu disuruh-suruh atau dibujuk-bujuk lagi, Yunho membuka buku latihannya dan mengerjalan soal yang ku print out. Ia tidak lagi banyak bicara seperti awal-awal pertemuan. Melihatnya, aku malah menjadi gugup, rupanya perasaan itu belum hilang sama sekali bahkan setelah aku tahu dia memanfaatkanku.

“Jaejoong-ah…” ia memanggilku tanpa mengalihkan tatapan dari buku soal. Keningnya mengerut, tanda sedang berpikir keras.

“wae?” jawabku terdengar se-tidak acuh mungkin.

“sini, pallli” tangannya melambai-lambai jenaka “aku tidak mengerti soal yang ini”

Yoochun POV

Aku masih berada di sekitar sekolah, baru saja parterku, Im Yoona, memberitahu bahwa salahsatu model yang akan menggunakan rancangan bajuku mendadak masuk rumah sakit. Ia tidak bisa tampil hari ini jadi aku diminta mencari model pengganti. Acarnya akan dimulai satu jam lagi, tidak ada waktu! Belum lagi aku harus membawa satu baju lagi yang masih ada di rumah.

Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepalaku. Tanpa membuang waktu lagi aku segera berlari menuju kantin.

“Jaejoong-ah…” panggilku dengan nafas tersengal.  Ia yang sedang mengajarkan sesuatu kepada murid bodohnya itu langsung menoleh dan terlihat kaget melihat keadaanku.

“kau masih di sini?”

“aku butuh bantuanmu”

“wae? Katakanlah…” ia terlihat ikut panik.

“aku butuh model, tolong jadi modelku hari ini”

“haahahaaa…” dengan tak sopannya si Jung Yunho tertawa keras-keras sambil menunjuk-nunjuk Jaejoong “dia? Jadi model? Kau ingin kalah dalam kompetisimu hah?”

Kulihat Jaejoong menggertakan gigi, menahan kesal “memang kenapa dengan modelmu 
yang kemarin?”

“dia sakit, sudahlah, kau bisa kan? Hari ini sangat penting bagiku Jaejoong-ah. Kau mau kan?”

Jaejoong terlihat ragu saat menganggukan kepalanya “akan kucoba”

“ayo pergi” kataku sambil meraih tangannya yang selesai membereskan buku, namun sesaat kemudian langkahku tertahan. Aku masih butuh tenaga lain “hey, Jung Yunho, kau bisa mengendarai mobil kan?”

“bisa, menangnya kenap—“


“oke, kau juga ikut!” kataku otoriter.

TBC...

~~~
 Annyeong!!! Apa kabar kalian yang masih setia atau mungkib baru baca FF di blog ini? Semoga kalian sehat selalu. Amiin. Gimana FF nya? enak nggak? Haha, jangan lupa koment ya, kalo nggak punya akun gmail kalian juga bisa komen dengan login di facebook. Aku tunggu komentar-komentar atau kritik kalian ^ ^


Dian_mirotica
~~~
 

Kamis, 03 September 2015

Pabo (Chapter 4)



Main Cast:

Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho, Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu


Other Cast:

Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’ girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)


Cameo:

Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo, Lee Yeo Won


Genre:

Romance, School Life


Rating:

General


Author : Dian_mirotica

 
Kantin SMA Sungkyunkwan, Sepulang sekolah…

Jaejoong telah menunggu hampir lima belas menit lamanya, namun sosok yang ditunggu tidak kunjung datang. Ia malah melihat Yoochun melambaikan tangan di kejauhan dan berjalan ke arahnya.

“kau sedang apa?” tanyanya.

Jaejoong tidak langsung menjawab, soal keputusannya membantu Yunho memang belum ia bicarakan dengan Yoochun “menunggu teman”

Yoochun duduk di depan Jaejoong dan meminum soda milik temannya itu “teman? Temanmu kan hanya aku? Ada apa?”

Jaejoong manyun, perhatiannya lalu beralih pada buku sketsa yang beberapa hari terakhir tidak pernah lepas dari tangan Yoochun “kau sudah menyelesaikan sketsamu?”

Yoochun mengangguk “hari ini akan kuserahkan pada tukang jahit langganan eommaku”

“waaaah… kau hebat Park Yoochun!” puji Jaejoong antusias “boleh aku melihatnya?”

Yoochun langsung mendekap buku sketsanya erat “tidak boleh! Ini kejutan”

“chhh” Jaejoong mendengus namun beberpa saat kemudian tersenyum “arasseo! Yang jelas kau harus jadi juara dalam kompetisi itu”

“hai!” sebuah suara mengejutkan keduanya, suara itu milik Jung Yunho.

Yoochun kelihatan tidak senang.

“maaf membuatmu menunggu, tapi… apakah Yoochun juga akan belajar bersama kita?”

“apa? Belajar bersama apa?” Yoochun tidak mengerti, ia menatap Jaejoong meminta penjelasan.

“aku… akan membantu Yunho belajar Yoochun-ah”

Yoochun ternganga “kau? Mengajar dia?” telunjuknya terang-terangan teracung pada wajah Yunho. Sebenarnya masih banyak kata-kata protes yang ingin ia sampaikan namun nanti sajalah kalau tidak ada Yunho. “lantas bagaimana kerja sambilanmu?”

“aku kan bekerja dari jam 7 malam…”

“jadi kau tidak beristirahat?”

“aku bisa istirahat di sini…”

Drrrrrt…drrrrttt. Panggilan di ponsel Yoochun memutus pembicaraan keduanya. “ne, ahjuma? Oke, sekarang juga aku ke rumah ahjuma… nee…”

Yoochun menatap Jaejoong cemas “aku harus menemui penjahit rancanganku sekarang”

“arasseo, pergilah. Aku tidak apa-apa Yoochun-ah” kata Jaejoong seolah mengerti bahwa Yoochun sangat tidak suka ia berduaan dengan Yunho.

Yunho yang sejak tadi diam kini menggerak-gerakan kedua tangannya seperti mengusir ayam “pergilah… kau pikir aku penjahat, apa?”

Tanpa berkata apa-apa lagi Yoochun pun meninggalakan kantin yang mulai sepi itu.

“kau bekerja sampingan?” tanya Yunho sebagai obrolan pembuka.

Jaejoong mengangguk “aku sudah terbiasa bekerja sejak SMP”

“hah?” Yunho benar-benar kaget, diam-diam rasa kagum muncul dalam hatinya, ia pikir Jaejoong hanya siswa penerima beasiswa yang hidupnya bergelut dengan buku terus. “kau kan dapat beasiswa…”

“beasiswa itu untuk kebutuhan sekolahku, keluargaku juga kan butuh biaya hidup”

Yunho hanya bisa mengangguk-angguk pelan “oh ya! Jaejoong-ah, mian, tapi sebenarnya aku ada keperluan mendadak, jadi aku tidak bisa belajar dulu hari ini” Yunho mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya “tapi besok kan peer matematika dikumpulkan, aku tidak bisa mengerjakannya secepat dirimu. Bisakah kau mengerjakannya untukku?”

Jaejoong terdiam sejenak “aku… tidak…”

“sekali iniiiii saja. Aku janji. Hm?” Yunho memelas “bibiku sakit parah, ia tidak punya anak dan hanya ingin aku yang menemaninya…” kilah Yunho.

Dengan terpaksa, akhirnya Jaejoong mengangguk “arasseo, kali ini saja ya!”

“gomawo Jaejoong-ah, saranghandaa. Bye… aku duluan ya” katanya datar. Lalu dengan gerakan terburu-buru, ia segera meninggalkan Jaejoong sendirian.

Jaejoong meletakkan telapak tangan di atas dada, dan saat itu pula ia tahu bahwa jangtungnya berdetak dengan kecepatan tidak normal.

PurpleLine Coffee Shop, 19.03

Di salahsatu meja yang menempel dengan dinding bangunan, sekelompok anak-anak SMA tengah mengobrol, suara mereka berisik sekali sampai beberapa pelanggan berbisik-bisik mengeluh, terganggu oleh kehadiran mereka.

“terus-terus?” desak Junsu tidak sabar ingin mengetahui kelanjutan cerita Yunho

“terus dia mengobatiku, lalu mengobrol denganku… Mukanya merah seperti udang rebus, aku yakin saat itu ia ingin segera pergi ke kelas, tapi masih ingin ngobrol denganku” cerita 
Yunho ditambah dengan bumbunya sendiri.

Changmin terus bertepuk tangan sambil tertawa, menurutnya itu kejadian yang sangat langka “dia benar-benar percaya pada aktingmu! Hahahah”

Yunho langsung menggebrak meja di depan Changmin “aku tidak sepenuhnya akting tahu! tinjumu benar-benar sakit, lihat, ini saja belum sembuh. Kalau sampai berbekas, aku akan menuntutmu Shim Changmin…!!!”

Entah kenapa malah tawa lagi yang terdengar dari kelompok itu.

“tapi kan usahamu berhasil Yunho-yah. Kim Jaejoong berpihak padamu sekarang, kau tinggal merayunya agar memberikan contekan pas ulangan, dan kau dapatkan nilaimu” sambung Junsu yang kemudian menyedot coffee Americano nya.

“lalu kehidupan normalku akan kembali… itu yang paling penting!” tegas Yunho lalu mengajak kedua sobatnya bercheers-ria dengan mengangkat mug kopi ke atas dan mendentingkannya bersama.

Seorang pelayan PurpleLine yang berdiri di balik tikungan mendengar semua pembicaraan anak SMA itu sambil menahan nafas. Setelah mencatat pesanan pelanggan yang ada di hadapannya ia segera pergi ke dapur.

“Jaejoong-ah? Mwohae?” kata Shin Hye, teman kerjanya.

“aku…” Jaejoong juga bingung menjelaskan keadaaanya, ia kaget karena baru saja mengetahui fakta bahwa Jung Yunho memanfaatkannya “aku mau izin saja hari ini Shin Hye-ah”

“wae? Kau sakit?” yeoja itu menempelkan punggung tangan ke kening Jaejoong.

“sedikit, kepalaku terasa pusing saat berjalan”

“ya sudah, kau pulang saja. Biar aku yang bicara pada manajer”

“geurae, gomawo…”

Rumah Kim Jaejoong, Seoul

Insomnianya kambuh, Jaejoong tidak bisa memejamkan mata sama sekali setelah pulang cepat dari kafe tempatnya bekerja. Ia terus memikirkan bagaimana bersikap di depan Yunho besok. Di satu sisi ia sangat marah mendengar soal permainan itu, di sisi lain ia bertekad tetap menolong Yunho, ia ingin melunasi hutang pada namja yang telah menolongnya itu. 

“aku akan menolongmu, dengan caraku sendiri…” gumamnya lalu melepaskan kacamata pantat botolnya dan mematikan lampu belajar. 

TBC...

~~~
Ahahaa, maaf ya, chapter ini pendek banget. Tapi mian, Author tetap ingin konsisten menerbitkan satu chapter tiap minggu, jadi meskipun chapter 5 sudah ada, mohon ditunggu sampai minggu depan ya. I love u readers setia <3

Dian_mirotica
~~~