Kamis, 01 Oktober 2015

Pabo [Chapter 9]



Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho, Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu

Other Cast:
Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’ girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)

Cameo:
Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo, Lee Yeo Won

Genre:
Romance, School Life

Rating:
General

Author : Dian_mirotica


Kelas XII-C, SMA Sungkyunkwan

Guru Lee masuk dengan langkah tegap dan tatapan khasnya. Tidak ada seorangpun yang menyangka bahwa dalam hati, guru matematika itu sedang bersiul. Ada kabar gembira yang akan ia sampaikan hari ini.

“hasil tes matematika minggu ini…” ia mengacungkan setumpuk kertas di tangan kirinya.
Semua siswa mulai menahan nafas, terutama Jung Yunho.

“posisi pertama, selamat Kim Jaejoong…” Guru Lee mengatakannya dengan tidak antusias, itu sudah menjadi hal biasa, baginya, dan bagi teman-teman sekelasnya.

“posisi terakhir... ia mengedarkan pandangannya lalu berhenti di Jung Yunho” suara cekikikan mulai terdengar “selamat… Jung Yunho…”

Perut Yunho mencelos, ia bisa merasakan kerja kerasnya selama ini sia-sia.

“animnida…” lanjut Guru Lee diiringi senyuman manisnya. Kontan saja Shim Changmin dan Kim Junsu menjadi pemicu riuh rendah tepuk tangan menyambut berita itu.

“tiga posisi terakhir minggu ini, Shim Changmin, Kim Junsu, dan Cho Kyuhyun!!!”

Suara tepuk tangan semakin riuh.

“sudah! sudah!” guru Lee membenarkan letak kacamatanya “hm… ada berita mengejutkan minggu ini, jadi… posisi terkahir minggu kemarin, Jung Yunho kali ini berhasil masuk 
limabelas besar”

Yunho terperanjat.

“kau tidak mencontek kan?” tanya Guru  Lee yang sebenarnya ia tahu itu tidak terjadi karena pengawasan ujian dilakukan olehnya sendiri dengan sangat ketat. “chukahae…” lanjutnya.

Dan ucapan selamat dari guru Lee itu terus meniang di telingan Yunho sampai akhir pelajaran. Jika terus seperti ini, pada ujian semester dua minggu lagi ia mungkin bisa meraih posisi sepuluh besar.

Kantin SMA Sungkyunkwan, Sepulang Sekolah…

Yunho baru sadar bahwa baru hari ini ia menunggu Kim Jaejoong. Biasanya yeoja itu sudah duduk sambil membaca buku apa saja saat ia datang ke kantin sepulang sekolah. Sebenarnya hari ini ia berencana ingin minta maaf pada Jaejoong, ia tidak berani melakukannya di kelas atau jam istirahat, ia terlalu takut diejek oleh teman-temannya.

Yunho melirik arlojinya. Sudah lewat setengah jam.

“datang tidak ya, dia?” gumamnya sambil melirik kea rah pintu masuk kantin. “mungkin tidak datang ya…” ia lalu teringat ucapan Yoochun di Secret Garden.

Flashback

“apa-apaan kau Park Yoochun??!!!” seru Jung Yunho murka, ia menahan tinjunya agar tidak mengadakan serangan balik.

“kau… hentikan permainan bodohmu itu sekarang juga!” wajah Yoochun memerah, nafasnya terengah-engah. Pasti ia sangat marah saat ini.

Tapi kenapa?

Itu yang ada di pikiran Yunho “jelaskan pelan-pelan, eoh? Aku tidak mengerti…”

Yoochun tersenyum sinis “jelaskan? Oke, aku jelaskan pelan-pelan karena kau memang lemot” ia menarik nafas lagi “jangan bermain-main lagi dengan Kim Jaejoong. Dari awal ia sudah tahu kalau kau memanfaatkannya, tapi ia tetap mau membantumu. Tadi siang, dia melihat dan mendengar semuanya yang kalian bicarakan di belakang gedung olahraga, oke? Kau mengerti sekarang?” geramnya.

Flashback end

Yunho berdiri, ia rasa ia harus pergi ke tempat kerja Jaejoong atau mungkin mencari rumahnya. Untuk apa? ia sendiri juga tidak tahu. Sejak ketahuan seperti itu ia menjadi tidak leluasa menatap yeoja itu jadi ia selalu menghindar. Namun semakin lama rasanya semakin menyesakkan, mungkin… ia harus memulainya dengan kata maaf.

Namun ia urung keluar dari kantin. Kim Jaejoong datang, yeoja itu berjalan ke arahnya.
“maaf, aku terlambat” ucapnya, terdengar sangat menjaga jarak.

“emh, tak apa” sahut Yunho pendek, ia mencoba menebak apakah Jaejoong sedang marah atau berencana memukulnya, namun tidak ada tanda-tanda itu di wajahnya. Ia sangat datar.

“pertama-tama, selamat karena kau sudah masuk lima belas besar” mata itu menatap Yunho ragu, jika tidak salah lihat, Yunho melihat genangan air mata di sana, namun beberapa saat kemudian genangan itu sudah lenyap.

“itu semua berkat kau”

Jaejoong tidak merespon pujian itu “lalu… aku ingin bilang bahwa aku tidak bisa membantumu lagi mulai sekarang”

Yunho nyaris saja bertanya ‘kenapa’ namun diurungkannya “aku mengerti, semua orang akan sibuk menyiapkan ujian semester kan?”

Jaejoong juga tidak merespon pertanyaan itu, ia menunduk dalam, memandangi ujung sepatunya. Sebenarnya bukan tidak ingin menjawab, namun tenggorokannya terasa panas sekali, ia takut malah menangis saat mencoba bicara panjang lebar.

“Jung Yunho…” kali ini Jaejoong berhasil menelan kuat-kuat keinginannya untuk menangis, meski ia yakin itu hanya sementara waktu “aku ingin berterimakasih padamu”

“atas?”

“kau pernah menolongku dulu, mungkin kau tidak ingat. Aku baru saja pulang kerja dan beberapa orang namja mengangguku”

Yunho berusaha mengingat, ia bukan superhero yang sering melakukan tindakan heroik seperti itu, jadi tentu saja ia ingat.

“jadi, itu kau? Yeoja yang berjalan sendirian di jalan gelap?”

Jaejoong mengangguk, tanpa senyuman “jadi alasanku membantumu belajar selama ini karena aku ingin membalas kebaikanmu”

Yunho mengangguk pelan, ia masih merasa terkejut pada ‘kebetulan’ yang ia alami. Lalu otaknya terus mendesak ‘ayo… minta maaf!!!’

“jadi…” lanjut Jaejoong “kau tidak perlu merasa bersalah”

“hm?” masih saja ada bagian dirinya yang tidak ingin ketahuan.

“aku pulang dulu” dan secepat kilat yeoja itu pergi meninggalkan kantin.

“tunggu!!” ujar Yunho, namun ia tidak mengejar Jaejoong, ia membiarkan yeoja itu pergi. 
Karena ia tidak akan berurusan lagi dengan Jaejoong, mungkin semua akan membaik 
dengan sendirinya. Mungkin…

Tapi ternyata tidak.

SMA Sungkyunkwan, Satu hari setelah ujian semester selesai

Sejak pertemuan terakhir di kantin siang itu, Yunho resmi masuk ke dalam blacklist kehidupan Jaejoong. Yeoja itu berusaha melupakan perasaan yang sudah ia pendam selama hampir tiga tahun dan bahkan sedang bermekaran belakangan ini. Ia tahu ia bertindak bodoh karena mau saja dimanfaatkan oleh namja kurang ajar itu. Tapi namanya cinta… bagaimana lagi? Sekarang fokusnya harus ia jaga. Ujian semester telah usai dan ia harus mempersiapkan diri untuk masuk universitas agar bisa mempertahankan beasiswa yang telah ia dapat.

Namun di sisi lain, Jung Yunho kacau setengah mati. Setiap kali melihat soal-soal matematika, pikirannya buyar. Ia tersisksa oleh rasa bersalah, ia ingin bertemu dengan Kim Jaejoong namun gengsinya terlalu besar untuk melakukan hal itu. Ia tidak tahu bagaimana nasib nilai matematikanya. Atau, lebih tepatnya ia tidak peduli lagi… yang jelas ia harus menyelesaikan rasa bersalahnya ini sebelum hari kelulusan tiba.

“Jung Yunho!” panggil Guru Lee di ambang pintu kelas.

“ya Saem?” yang dipanggil mendongak.

“ikut ke ruanganku” katanya dengan wajah tidak bersahabat lalu pergi.

Yuno menggeser tempat duduknya lalu sekilas melihat ke bangku Kim Jaejoong yang sudah dua hari kosong, ia tidak ke sekolah sejak ujian semester berakhir. Ia semakin sulit ditemui.

Ruang Guru, SMA Sungkyunkwan

“ada apa Saem?”

“nilai ujian matematikamu memburuk lagi”

Yunho menghela nafas, ia sudah tahu itu “maaf saem”

“tidak, itu  tidak penting lagi bagiku. Seseorang tidak harus jago dalam semua hal” katanya.

Yunho cukup senang dengan kata-kata itu “kau menghiburku Saem?”

Guru Lee melirik di balik kacamatanya “anhi, hanya melakukan tugas sebagai wali kelas” tukasnya “semoga kau siswa dengan matematika terburuk terakhir dalam sejarah mengajarku”

Yunho tersenyum “hanya itu, Saem?”

Guru Lee menarik laci dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya, sebuah map “ini yang sebenarnya ingin kusampaikan”

“apa ini?”

“buka saja” katanya enggan repot menjelaskan.

Yunho membaca sekilas lalu matanya melebar “beasiswa jurusan seni? Untukku Saem?”

Guru Lee mengangguk.

“aku tidak pernah mengajukan beasiswa apapun”

“mungkin Kim Jaejoong yang melakukannya”

“kenapa Kim Jaejoong…?”

“dia yang menitipkan itu padaku”

Yunho terdiam, ia membaca kembali surat dalam berkas itu. Ia mendapat beasiswa lantaran memiliki kemampuan khusus menari. Ia tidak tahu bagaimana Kim Jaejoong melakukannya namun ia merasa itu hadiah yang luar biasa.

“Kim Jaejoong bilang kau boleh membuangnya jika tidak mau?”

Sontak Yunho memeluk berkas itu “tidak mungkin aku membuang kesempatan ini Saem”

“tapi, aku tidak tahu kalau kalian berdua dekat…” selidik Guru Lee.



Yunho tersenyum, “maaf Saem, aku rasa aku harus pergi” ujarnya kemudian mundur perlahan meninggalkan ruang guru lalu berlari melesat melewati koridor.

TBC...




Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar