Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho,
Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu
Other Cast:
Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’
girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)
Cameo:
Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo,
Lee Yeo Won
Genre:
Romance, School Life
Rating:
General
Author : Dian_mirotica
Kelas
XII-C, SMA Sungkyunkwan
Guru Lee
masuk dengan langkah tegap dan tatapan khasnya. Tidak ada seorangpun yang
menyangka bahwa dalam hati, guru matematika itu sedang bersiul. Ada kabar
gembira yang akan ia sampaikan hari ini.
“hasil tes
matematika minggu ini…” ia mengacungkan setumpuk kertas di tangan kirinya.
Semua siswa
mulai menahan nafas, terutama Jung Yunho.
“posisi
pertama, selamat Kim Jaejoong…” Guru Lee mengatakannya dengan tidak antusias,
itu sudah menjadi hal biasa, baginya, dan bagi teman-teman sekelasnya.
“posisi
terakhir... ia mengedarkan pandangannya lalu berhenti di Jung Yunho” suara
cekikikan mulai terdengar “selamat… Jung Yunho…”
Perut Yunho
mencelos, ia bisa merasakan kerja kerasnya selama ini sia-sia.
“animnida…”
lanjut Guru Lee diiringi senyuman manisnya. Kontan saja Shim Changmin dan Kim
Junsu menjadi pemicu riuh rendah tepuk tangan menyambut berita itu.
“tiga posisi
terakhir minggu ini, Shim Changmin, Kim Junsu, dan Cho Kyuhyun!!!”
Suara tepuk
tangan semakin riuh.
“sudah!
sudah!” guru Lee membenarkan letak kacamatanya “hm… ada berita mengejutkan
minggu ini, jadi… posisi terkahir minggu kemarin, Jung Yunho kali ini berhasil
masuk
limabelas besar”
Yunho
terperanjat.
“kau tidak
mencontek kan?” tanya Guru Lee yang
sebenarnya ia tahu itu tidak terjadi karena pengawasan ujian dilakukan olehnya
sendiri dengan sangat ketat. “chukahae…” lanjutnya.
Dan ucapan
selamat dari guru Lee itu terus meniang di telingan Yunho sampai akhir
pelajaran. Jika terus seperti ini, pada ujian semester dua minggu lagi ia
mungkin bisa meraih posisi sepuluh besar.
Kantin
SMA Sungkyunkwan, Sepulang Sekolah…
Yunho baru
sadar bahwa baru hari ini ia menunggu Kim Jaejoong. Biasanya yeoja itu sudah
duduk sambil membaca buku apa saja saat ia datang ke kantin sepulang sekolah.
Sebenarnya hari ini ia berencana ingin minta maaf pada Jaejoong, ia tidak
berani melakukannya di kelas atau jam istirahat, ia terlalu takut diejek oleh
teman-temannya.
Yunho
melirik arlojinya. Sudah lewat setengah jam.
“datang
tidak ya, dia?” gumamnya sambil melirik kea rah pintu masuk kantin. “mungkin
tidak datang ya…” ia lalu teringat ucapan Yoochun di Secret Garden.
Flashback
“apa-apaan
kau Park Yoochun??!!!” seru Jung Yunho murka, ia menahan tinjunya agar tidak
mengadakan serangan balik.
“kau…
hentikan permainan bodohmu itu sekarang juga!” wajah Yoochun memerah, nafasnya
terengah-engah. Pasti ia sangat marah saat ini.
Tapi kenapa?
Itu yang ada
di pikiran Yunho “jelaskan pelan-pelan, eoh? Aku tidak mengerti…”
Yoochun
tersenyum sinis “jelaskan? Oke, aku jelaskan pelan-pelan karena kau memang
lemot” ia menarik nafas lagi “jangan bermain-main lagi dengan Kim Jaejoong.
Dari awal ia sudah tahu kalau kau memanfaatkannya, tapi ia tetap mau
membantumu. Tadi siang, dia melihat dan mendengar semuanya yang kalian
bicarakan di belakang gedung olahraga, oke? Kau mengerti sekarang?” geramnya.
Flashback
end
Yunho
berdiri, ia rasa ia harus pergi ke tempat kerja Jaejoong atau mungkin mencari
rumahnya. Untuk apa? ia sendiri juga tidak tahu. Sejak ketahuan seperti itu ia
menjadi tidak leluasa menatap yeoja itu jadi ia selalu menghindar. Namun
semakin lama rasanya semakin menyesakkan, mungkin… ia harus memulainya dengan
kata maaf.
Namun ia
urung keluar dari kantin. Kim Jaejoong datang, yeoja itu berjalan ke arahnya.
“maaf, aku
terlambat” ucapnya, terdengar sangat menjaga jarak.
“emh, tak
apa” sahut Yunho pendek, ia mencoba menebak apakah Jaejoong sedang marah atau
berencana memukulnya, namun tidak ada tanda-tanda itu di wajahnya. Ia sangat
datar.
“pertama-tama,
selamat karena kau sudah masuk lima belas besar” mata itu menatap Yunho ragu,
jika tidak salah lihat, Yunho melihat genangan air mata di sana, namun beberapa
saat kemudian genangan itu sudah lenyap.
“itu semua
berkat kau”
Jaejoong
tidak merespon pujian itu “lalu… aku ingin bilang bahwa aku tidak bisa
membantumu lagi mulai sekarang”
Yunho nyaris
saja bertanya ‘kenapa’ namun diurungkannya “aku mengerti, semua orang akan
sibuk menyiapkan ujian semester kan?”
Jaejoong
juga tidak merespon pertanyaan itu, ia menunduk dalam, memandangi ujung
sepatunya. Sebenarnya bukan tidak ingin menjawab, namun tenggorokannya terasa
panas sekali, ia takut malah menangis saat mencoba bicara panjang lebar.
“Jung
Yunho…” kali ini Jaejoong berhasil menelan kuat-kuat keinginannya untuk
menangis, meski ia yakin itu hanya sementara waktu “aku ingin berterimakasih
padamu”
“atas?”
“kau pernah menolongku
dulu, mungkin kau tidak ingat. Aku baru saja pulang kerja dan beberapa orang
namja mengangguku”
Yunho
berusaha mengingat, ia bukan superhero yang sering melakukan tindakan heroik seperti
itu, jadi tentu saja ia ingat.
“jadi, itu
kau? Yeoja yang berjalan sendirian di jalan gelap?”
Jaejoong
mengangguk, tanpa senyuman “jadi alasanku membantumu belajar selama ini karena
aku ingin membalas kebaikanmu”
Yunho
mengangguk pelan, ia masih merasa terkejut pada ‘kebetulan’ yang ia alami. Lalu
otaknya terus mendesak ‘ayo… minta maaf!!!’
“jadi…”
lanjut Jaejoong “kau tidak perlu merasa bersalah”
“hm?” masih
saja ada bagian dirinya yang tidak ingin ketahuan.
“aku pulang
dulu” dan secepat kilat yeoja itu pergi meninggalkan kantin.
“tunggu!!”
ujar Yunho, namun ia tidak mengejar Jaejoong, ia membiarkan yeoja itu pergi.
Karena ia tidak akan berurusan lagi dengan Jaejoong, mungkin semua akan membaik
dengan sendirinya. Mungkin…
Tapi
ternyata tidak.
SMA
Sungkyunkwan, Satu hari setelah ujian semester selesai
Sejak
pertemuan terakhir di kantin siang itu, Yunho resmi masuk ke dalam blacklist
kehidupan Jaejoong. Yeoja itu berusaha melupakan perasaan yang sudah ia pendam
selama hampir tiga tahun dan bahkan sedang bermekaran belakangan ini. Ia tahu
ia bertindak bodoh karena mau saja dimanfaatkan oleh namja kurang ajar itu.
Tapi namanya cinta… bagaimana lagi? Sekarang fokusnya harus ia jaga. Ujian
semester telah usai dan ia harus mempersiapkan diri untuk masuk universitas agar
bisa mempertahankan beasiswa yang telah ia dapat.
Namun di
sisi lain, Jung Yunho kacau setengah mati. Setiap kali melihat soal-soal
matematika, pikirannya buyar. Ia tersisksa oleh rasa bersalah, ia ingin bertemu
dengan Kim Jaejoong namun gengsinya terlalu besar untuk melakukan hal itu. Ia
tidak tahu bagaimana nasib nilai matematikanya. Atau, lebih tepatnya ia tidak
peduli lagi… yang jelas ia harus menyelesaikan rasa bersalahnya ini sebelum
hari kelulusan tiba.
“Jung
Yunho!” panggil Guru Lee di ambang pintu kelas.
“ya Saem?”
yang dipanggil mendongak.
“ikut ke
ruanganku” katanya dengan wajah tidak bersahabat lalu pergi.
Yuno
menggeser tempat duduknya lalu sekilas melihat ke bangku Kim Jaejoong yang
sudah dua hari kosong, ia tidak ke sekolah sejak ujian semester berakhir. Ia
semakin sulit ditemui.
Ruang
Guru, SMA Sungkyunkwan
“ada apa
Saem?”
“nilai ujian
matematikamu memburuk lagi”
Yunho
menghela nafas, ia sudah tahu itu “maaf saem”
“tidak,
itu tidak penting lagi bagiku. Seseorang
tidak harus jago dalam semua hal” katanya.
Yunho cukup
senang dengan kata-kata itu “kau menghiburku Saem?”
Guru Lee
melirik di balik kacamatanya “anhi, hanya melakukan tugas sebagai wali kelas”
tukasnya “semoga kau siswa dengan matematika terburuk terakhir dalam sejarah
mengajarku”
Yunho
tersenyum “hanya itu, Saem?”
Guru Lee
menarik laci dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya, sebuah map “ini yang
sebenarnya ingin kusampaikan”
“apa ini?”
“buka saja”
katanya enggan repot menjelaskan.
Yunho
membaca sekilas lalu matanya melebar “beasiswa jurusan seni? Untukku Saem?”
Guru Lee mengangguk.
“aku tidak
pernah mengajukan beasiswa apapun”
“mungkin Kim
Jaejoong yang melakukannya”
“kenapa Kim
Jaejoong…?”
“dia yang
menitipkan itu padaku”
Yunho
terdiam, ia membaca kembali surat dalam berkas itu. Ia mendapat beasiswa
lantaran memiliki kemampuan khusus menari. Ia tidak tahu bagaimana Kim Jaejoong
melakukannya namun ia merasa itu hadiah yang luar biasa.
“Kim
Jaejoong bilang kau boleh membuangnya jika tidak mau?”
Sontak Yunho
memeluk berkas itu “tidak mungkin aku membuang kesempatan ini Saem”
“tapi, aku
tidak tahu kalau kalian berdua dekat…” selidik Guru Lee.
Yunho
tersenyum, “maaf Saem, aku rasa aku harus pergi” ujarnya kemudian mundur
perlahan meninggalkan ruang guru lalu berlari melesat melewati koridor.
TBC...