Main Cast:
Kim Jaejoong, Jung Yunho, Shim Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun
Cameo:
Lee Yoo Bi, Lee Jong Suk, Park Shin Hye, Im Si Wan, Healer (Ji Chang Wook)
Genre: Romance
Satu
Pagi hari di sebuah rumah
dengan halaman yang luas, cuaca nampaknya tidak begitu cerah pagi ini. Jendela
rumah tersebut telah menyala di bagian
dapur, sayup-sayup terdengar suara perabotan masak yang saling beradu.
Jaejoong memakai celemek
berwarna pearl merah kesayangannya sementara kedua tangannya memotong bawang.
Sesekali ia menengadahkan kepalanya karena tidak kuat menahan perih di mata.
Tak lama kemudian terdengar suara dari panci dan dengan cekatan ia langsung berpindah
ke depan kompor, membuka tutup panci dan mengambil sampel kuah untuk dicicipi.
Matanya bergerak-gerak,
memperkirakan bumbu apa yang kurang mantap dari masakannya. Sejurus kemudian ia
menaburkan lagi garam di atas sayur kimchinya, mengaduk, lalu menyicipi
kembali. Kali ini ia tersenyum puas dan siap mematikan kompor.
Sebelum tangannya menyentuh
tombol untuk mematikan kompor, sepasang lengan terlebih dahulu telah melingkar
di pinggangnya. Bersamaan dengan itu dagu sang pemilik tangan mendarat di bahu
Jaejoong.
“kau sedang masak apa, hm?”
tanya Yunho manja, meski terlihat jelas makanan apa yang tengah direbus oleh
istrinya itu Yunho tetap bertanya.
“sayur kimchi, kali ini aku
memakai resep bumbu terbaru lho!” sahut Jaejoong yang kemudian mematikan
kompor. Ia mengelus kepala Yunho tanpa membalikan posisi badannya, meminta
laki-laki itu melepaskan pelukannya karena ia sulit bergerak.
“kenapa kau bangun pagi
sekali boojae?” masih dengan bibir manyunnya Yunho bertanya.
“sekarang ini kan aku
seorang istri, jadi wajar saja aku bangun pagi dan menyiapkan semua
keperluanmu” kata Jaejoong sambil tersenyum saat mendengar kata ‘seorang istri’
dari mulutnya sendiri. Itu, adalah mimpi besarnya sejak mengenal Yunho. “yeobo,
bisa kau lepaskan ini dulu, aku harus menyelesaikan pekerjaanku…” Jaejoong
memegang tangan Yunho yang malah semakin erat melingkar di pinggangnya.
“jadi masakanmu lebih
penting dari suamimu ya?” Yunho pura-pura kecewa.
Jaejoong merasa tidak habis
pikir dengan kelakuan manja Yunho, ia refleks membalikan badan sambil
menjelaskan “anhi, bukan begitu yeob…”
Cup.
Sebuah kecupan tiba-tiba
mendarat di bibir Jaejoong. Yunho menarik kepalanya dan tersenyum lebar,
perlahan ia pun melepaskan pelukannya.
Jaejoong yang masih
setengah kaget refleks memukul bahu Yunho dengan lembut, ia juga tidak dapat
menyembunyikan kebahagiaannya pagi itu, meski berpura-pura hendak melayangkan
tinju kembali.
“araseo, aku mandi
dulu, setelah itu kita sarapan bersama, oke?” Yunho mundur perlahan dan
berjalan menuju kamar mandi.
“ishh…” gumam Jaejoong
sambil tetap tersenyum.
***
Dua
JYH Entertaimen adalah sebuah
perusahaan agen hiburan cukup ternama di Korea Selatan. Namanya mulai dikenal
saat penyanyi solo pertama mereka melakukan debut lima tahun yang lalu. Artis
solo itu pula yang belakangan ini membuat kekacauan di JYH-E karena sosoknya yang tiba-tiba
menghilang entah kemana.
Shim Changmin meletakkan
cangkir teh ke tempatnya semula. Ia kemudian bersandar di sofa dan siap
menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan di hadapannya.
“Jadi, apakah sebenarnya
anda tahu di mana Kim Jaejoong berada?” tanya seorang wartawan laki-laki, nama
di tanda pengenalnya adalah: Lee Jong Suk.
“seperti yang sudah saya
katakan secara tidak resmi di akun twitter perusahaan kami, saya sama sekali
tidak mengetahui keberadaan Kim Jaejoong. Jadi semua tuduhan para netter yang
mengatakan bahwa Kami menculik Kim Jaejoong itu tidak benar”
“kapan terakhir kali Anda
berbicara dengannya?” kali ini wartawan perempuan yang bertanya, namanya: Lee
Yoo Bi, sepertinya ia berasal dari kantor berita yang sama dengan Lee Jong Suk.
“tiga hari yang lalu kami
bertemu di kantor ini, hm… aku sama sekali tidak melihat hal aneh apapun dari
dirinya” tanggap Shim Changmin masih dengan gaya bossy nya.
“untuk keperluan…?” Yoo Bi
memberikan pertanyaan susulan.
“aah… perpanjangan kontrak”
Changmin mengerti dan langsung memotong pertanyaan si wartawan.
“apakah ia setuju
menandatangani kontrak?” Wartawan perempuan yang lain ikut bicara, nama
wartawan itu: Park Shin Hye.
Changmin menggeleng “ia
tidak pernah mau menandatangani kontrak sendirian, ia selalu minta ditemani
oleh kuasa hukumnya. Hari itu kuasa
hukumnya tidak jadi datang, jadi kami urung membahas perpanjangan kontrak lebih
jauh”
Melihat semua wartawan di
depannya sibuk mencatat sesuatu, Changmin beramah hati menawarkan suguhan
makanan kecil kepada para tamunya.
Namun di balik senyum ramahnya, ia
benar-benar tersiksa setengah mati. Hari itu merupakan hari terberatnya selama
menjadi wakil presiden direktur JYH-E dan semua itu gara-gara hyeong sepupunya
Jung Yunho, ya! Si pemilik perusahaan ini.
“apakah Presdir Jung sudah
mengetahui detail peristiwa ini?” wartawan Jong Suk kembali bertanya.
“Sudah, tentu saja sudah.
Setiap hari saya melaporkan perkembangan kasus ini kepada beliau. Beliau juga
sangat ingin kembali ke Korea, namun karena urusannya di Paris belum selesai,
ia baru bisa kembali satu bulan lagi”
Tok! Tok! Tok!
Seorang laki-laki
berpenampilan rapi masuk ke ruangan, ia berjalan mendekati Wakil Direktur Shim
dan membisikan sesuatu dengan sopan. Laki-laki itu tiada lain adalah Cho Kyuhyun, ia
sekretaris Presdir Jung yang juga membantu pekerjaan Changmin belakangan ini.
“bagaimana ini ya,
sepertinya obrolan kita harus berhenti sejenak. Saya kedatangan klien penting
dari luar negeri. Kalau begitu, sampai bertemu lagi di konferensi pers resmi
perusahaan” ia kemudian berdiri dan mengancingkan jasnya. Setelah membungkuk
sopan dan dibalas oleh wartawan-wartawan pilihan yang datang ke kantornya
langsung, ia pun segera pergi meninggalkan ruangan.
***
Tiga
“hufft…” Changmin
melonggarkan dasinya saat keluar dari ruangan yang membuat nafasnya sesak itu.
“anda baik-baik saja wakil
presdir Shim?” tanya Kyuhyun sopan.
“engh…? Ya… aku… aku harap
aku baik-baik saja” jawabnya lebih kepada diri sendiri “sebenarnya kapan ini
berakhir! Issh…” keluh Changmin, dengan ekspresi kesal yang tidak bisa
disembunyikan lagi.
“apakah kita akan langsung
menemui Kim Xia?” tanya Kyuhyun lagi.
“tidak, aku lapar! Pesan
makanan enak di suatu tempat!”
“hm… tapi, kita juga akan makan siang dengan Mr. Kim”
Changmin mengerling,
menahan geram, rupanya Kyuhyun belum tahu kebiasaannya “urusan makan dengan Mr.
Kim, aku juga yang bertanggung jawab”
“ne?” Kyuhyun masih
terlihat bingung.
***
Empat
Rumah makan khas eropa itu
cukup terkenal di kalangan para pengusaha. Tempatnya yang luas namun eksklusif
menjadikan restaurant yang bertempat di wilayah Gangnam itu selalu full
booking. Setiap tempat makan berada di ruangan yang tertutup jadi pelanggan
bisa dengan bebas membicarakan hal-hal penting terkait bisnis mereka.
Kebingungan Kyuhyun
akhirnya terjawab saat hidangan utama makan siang bosnya dengan Mr. Kim Xia
dihidangkan beberapa saat yang lalu. Shim Changmin, lelaki muda yang kurus itu
ternyata memiliki beberapa perut cadangan. Sekitar empat puluh lima menit yang
lalu, sebelum mereka tiba di tempat ini, bosnya itu telah menghabiskan empat
porsi nasi dengan lauk pauknnya, semuanya ludes tanpa sisa. Dan sekarang ia
tengah menyantap satu porsi steak ukuran raksasa.
Mr. Kim Xia yang ternyata
sudah mengenal Shim Changmin sengaja memesankan makanan itu untuknya. Keduanya
langsung larut dalam pembicaraan santai saat menyantap makanan, terkadang
mengenai mengenai bisnis industri hiburan yang sama-sama mereka jalani.
“bagaimana perkembangan
kasus penyanyi itu?” tanya Mr. Kim saat desertnya tiba.
“ng… masih belum ada titik
terang, tapi kuasa hukum kami akan segera bertindak untuk menyelesaikan kasus
ini segera”
“maksud Anda JYH akan
membuangnya?”
“anhiyo, kami hanya ingin
bertindak profesional. Jika sampai akhir bulan ini ia tidak juga muncul,
terpaksa kami…”
“tetap saja… bukankah itu
terlalu kejam untuk Kim Jaejoong yang telah membesarkan nama JYH?” Mr. Kim
menyuapkan pudding pertamanya ke mulut.
“tapi kami berpikir
sebaliknya Mr. Kim” Shim Changmin berusaha mengatakan ini dengan nada sesopan
mungkin.
Mr. Kim menunggu kata-kata
wakil presdir selanjutnya.
“bagaimana jika ternyata
Kim Jaejoong yang meninggalkan JYH?” kata-kata itu begitu penuh dengan dugaan
namun bisa diterima akal sehat.
“kenapa… Anda berpikiran
seperti itu?” tanya Mr. Kim heran.
***
Lima
Sebuah rumah yang cukup megah
berdiri kokoh di belantara hutan pohon pinus, bukan seperti vila orang-orang
kaya yang sering ditinggalkan pemiliknya. Rumah ini terlihat sangat bersih dan
terawat, menandakan bahwa sang pemilik rumah adalah orang yang ramah dan sangat
mencintai rumah itu.
Seperti di dalam dongeng,
halaman belakang rumah itu langsung berbatasan dengan danau berwarna hijau tua
yang luas. Sang pemilik rumah yang merupakan sepasang pengantin baru tengah
menikmati segarnya pemandangan danau dengan merebahkan diri mereka di hamparan
rumput.
Jung Yunho dan Kim Jaejoong
adalah sepasang pengantin baru itu. Baru dua hari mereka tinggal di hutan yang
jauh dari keramaian kota Seoul ini dan keduanya tidak yakin berapa lama lagi
mereka harus bersembunyi dari dunia.
Yunho memiringkan posisi
badannya, menghadap Kim Jaejoong yang asyik dengan lamunannya sendiri. “apa
yang sedang kau pikirkan?” Yunho menopang kepala dengan tangan kirinya.
“uri” Jaejoong tidak
bergeming dari posisinya semula.
“uri?” Yunho mengerucutkan
bibirnya. “ada apa dengan kita?”
“Jung Yunho… lihat aku”
Jaejoong ikut memiringkan tubuhnya, sekarang posisi mereka saling berhadapan.
“aku memang sedang
melihatmu” sahut Yunho manis.
“kita tidak bisa selamanya
begini bukan? Kita bukan tarzan atau apa, lagipula ini masalahku. Aku tidak mau
kau ikut terlibat dan menjadi repot…”
Yunho tidak mengatakan
apapun, matanya lurus menatap wajah sang istri yang jika mulai bicara terlihat
sangat cerewet.
“hm?” Jaejoong minta
tanggapan.
“mwo?” Yunho pura-pura
bego.
Jaejoong membalikan
badannya sehingga membelakangi Yunho. Ia tahu suaminya itu tidak mau membahas
soal ini jadi ia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa pada mereka.
Yunho mencolek lengan
Jaejoong dari belakang “Chagi… jangan marah… hei, ayolah… nanti kubuatkan es
krim stroberi kesukaanmu. Eo?” rajuk Yunho.
Jaejoong tidak juga
membalikan badannya, ia keukeuh ngambek sampai suaminya berbicara
tentang masalah mereka.
“Chagi…” Yunho kini duduk
dan mencoba menggelitik pinggang ramping Jaejoong.
Jaejoong sebal namun
bersikeras tidak mau membalikan badannya.
“aku kangen wajah manismu,
ayolah berbalik… Jaejoongie…” Yunho mulai mengeluarkan aegyo namun itu juga
tidak ampuh untuk membujuk sang isteri.
“arasseo…” suara Yunho
mulai merendah, sepertinya ia menyerah untuk membujuk Jajoong.
Jaejoong menggigit bibir
bawahnya, sebenarnya ia juga tidak tega memaksa Yunho untuk membahas ini. Ia
tahu benar bagaimana suaminya itu berjuang untuk sampai ke mari dan lari dari
segala hingar bingar kota Seoul, membicarakan “sampai-kapan-kita-di-sini” memang
termasuk pembahasan yang menyakitkan untuk laki-laki itu. Dengan telinganya,
Jaejoong mendengar Yunho bangkit dan berjalan menjauh, sepertinya perang dingin
akan berlangsung cukup lama.
Jaejoong segera berbalik
setelah mendengar langkah suaminya hilang. Namun…
Duk!
Keningnya menabrak benda
keras, dan benda itu adalah jidat Jung Yunho. Ternyata ia tertipu! Yunho
pura-pura pergi lalu kembali berbaring tepat di belakang Jaejoong sehingga
ketika Jaejoong berbalik, kening mereka beradu cukup keras.
“aww… appaa…” Jaejoong
menggosok-gosok keningnya yang berdenyut-denyut. Yunho juga melakukan hal yang
sama, namun sambil tersenyum menggoda. Kali ini ia menang telak atas Kim
Jaejoong yang sekarang terkunci erat oleh lengannya.
“neo!!!” Jaejoong berusaha
mendorong Yunho namun tenaga namja itu berkali-kali lipat lebih besar darinya.
“Kaman isseo…” Yunho menghentikan
perlawanan Jaejoong dengan satu tangannya.
Jaejoong menurut, ia
sekarang tidak tahu harus bersikap bagaimana lagi.
“dengarkan baik-baik ya honey,
kita akan mencoba tinggal di sini selama tiga puluh hari, dan selama itu kau
tidak boleh memikirkan tentang Seoul atau masa lalumu. Oke?! Di sini kau hanya
istri Jung Yunho, ratu dari hutan ini…” Yunho berbicara dengan lembut namun
tegas.
“tiga puluh hari?”
“hm” Yunho mengangguk.
Jaejoong merasa itu
penjelasan yang cukup. Setidaknya ia tahu kapan harus melepaskan kebahagiaan
ini. Meski dalam benaknya sama sekali tidak ada pikiran ingin berpisah dengan
Yunho, namun ia rasa ia harus berjaga-jaga dan mempersiapkan hatinya.
“kau bersedia, kan?” Yunho
bertanya kembali.
Jaejoong mengangguk di
depan dada Yunho yang bidang.
“aku ingin mendengar
suaramu” rajuk Yunho.
“iya, baik, araseoyo… aku
akan menjadi satu-satunya istrimu Jung Yunho-nim…”
dan…
Bibir Yunho seketika
mengecup bibir Jaejoong. “aku sudah menguncinya, jadi kau tidak boleh ingkar!”
ia tersenyum. Jaejoong juga tersenyum.
***
Enam
Berita itu menjadi headline di
berbagai media cetak maupun elektronik. Semua wartawan berita berlomba-loma
mendapatkan berita ekslusif tentang menghilangnya penyanyi solo terkenal Kim
Jaejoong lalu mengemasnya semenarik mungkin dengan bumbu cerita di sana-sini.
Pihak kepolisian distrik
Gangnam baru saja usai mengadakan pres konferensi tentang kasus menghilangnya
penyanyi Kim Jaejoong yang menggemparkan penduduk Korea hingga lingkup kawasan
Asia lainnya. Ia memang penyanyi berbakat yang telah menaklukan panggung-panggung
Asia. Bahkan rencananya, tahun depan ia akan merilis mini album di Eropa.
“Junsu-yah, eodi?” Park
Yoochun berlari menembus kerumunan wartawan yang masih berkumpul di depan
tempat preskon. Ia menerima telpon beberapa menit yang lalu dari temannya, Kim
Junsu. Namun karena ruangan terlalu berisik, maka ia terpaksa harus keluar
ruangan.
“aku sudah di Seoul, kau
akan mampir kan?” tanya Junsu yang di Amerika juga dikenal dengan nama Xia.
“hmm…” Yoochun
mengusap-usap dagunya ragu “aku ada rapat lagi dengan stafku hari ini, entah
sampai jam berapa. Jika tidak terlalu malam aku pasti mampir…” ujarnya dengan
sedikit menyesal.
“baiklah, jangan terlalu
memaksakan diri Yoochun-ah, kasus itu sepertinya akan bertambah rumit jika kita
tidak berhati-hati” saran Junsu bijak.
“tetap saja aku harus
melakukan ini untukmu kan?” Yoochun tersenyum “aah… wanita ini membuatku repot
saja!” gumamnya kesal, lebih kepada diri sendiri.
***
Tujuh
Gedung berlantai lima itu
sebagian besar telah ditinggalkan oleh para pegawainya sejak lima jam yang
lalu. Gelap malam telah lama menyelimuti kota Seoul yang dipadati kesibukan
yang melelahkan, apalagi di hari senin seperti ini. Jarum jam berdetak ritmis
dan akhirnya menunjuk angka tiga.
Diantara semua ruangan yang
ada, tinggal satu ruangan lagi yang belum mematikan lampunya sejak jam kantor
usai. Di sana Shim Changmin duduk di
kursi presiden direktur dengan resah, matanya tidak juga mau terpejam akibat
memikirkan kekacauan yang terjadi beberapa hari belakangan ini, dua cup ramen
ukuran jumbo tidak pula membantu kantuk itu cepat datang. Telpon yang ia tunggu
selama tiga hari ini juga tidak ada, posisinya begitu membingungkan saat ini.
Tiba-tiba…
Lagu Magic Castle mengalun
pelan di volume 2, sebuah panggilan telpon telah masuk. Changmin sontak meraih
ponselnya dan berdiri menuju jendela yang mengarah ke pemandangan kota Seoul
malam hari yang terlihat tenang dari atas sini.
“Yoboseyo?” Changmin
menunggu dengan cemas pemilik nomor tak dikenal itu.
“ini aku, Yunho”
Changmin memejamkan matanya,
lega. “hyeong, apa yang sebenarnya terjadi?”
Terdengar suara kekehan
pelan dari ujung sana “aku sudah tahu kau akan bertanya seperti itu”
“hyeong, ini bukan waktunya
untuk tertawa. Nasibku sedang di ujung tanduk!” Changmin tidak bisa
menyembunyikan kekesalannya.
“ara… ara… mianhe” Yunho
kembali ke suara normalnya “seperti yang kubilang sejak awal aku baru bisa
kembali setelah satu bulan. Selama itu, aku minta tolong padamu untuk menjaga
perusahaan. Sekarang ini aku sedang berada di tempat yang jauh dari Seoul”
“jauh dari Seoul? Di mana?
Busan? Jepang? Indonesia?? Sukabumi?”
“tidak, tempat ini sangat
terpencil, kami bahkan tidak punya tetangga di sini”
“kami?” tanya Changmin
sesaat namun buru-buru melanjutkan “ah… tentu saja kau bersama perempuan itu.
Kau serius dengannya?”
“Jangan panggil dia
‘perempuan itu’ bodoh! Dia nunamu sekarang. Kami sudah menikah”
Dheg! Sekian voltase
listrik seolah mengalir ke jantung Changmin mendengar berita itu “kau… tidak
gila kan Hyeong?” otot-otot wajahnya lemas seketika dan tidak bisa lagi
mengekspresikan apapun selain rasa kaget. Yunho bukan orang yang mudah menikahi
wanita.
“dia oksigenku sekarang,
tidak ada pilihan lain”
“Oh… god!” Changmin mencari
sandaran kini, ia tidak mau tubuhnya roboh di lantai.
“bagaimana keadaan di
sana?”
“sangat kacau! Sebaiknya
kau percepat waktu kepulanganmu atau akan kubakar gedung ini agar wartawan
tidak datang lagi” Changmin menopang keningnya yang terasa berdenyut-denyut
kencang.
Yunho tertawa lagi
menanggapi candaan kejam ala Changmin itu “maaf membuatmu repot… tapi aku tidak
bisa menjanjikan kembali dalam waktu cepat”
Changmin tiba-tiba tersadar
sesuatu “Hyeong, katakan padaku, kenapa kau harus sampai membawa dia kabur
seperti ini? Bukankah artis yang memiliki hubungan spesial sudah biasa saat
ini, lihat saja Lee Min Ho dan Suzy! Bukankah lebih tenang jika kalian terbuka
pada publik?”
“masalahnya bukan itu
Changmin-ah…” suara Yunho mendadak serius.
“lantas apa???” Changmin
menuntut penjelasan rinci jika nada suaranya sudah melengking seperti itu.
Yunho terdiam sejenak,
“baiklah, dengarkan aku baik-baik ya” Yunho menarik nafas agak lama “ini
mengenai keselamatan Kim Jaejoong, ada seorang pembunuh bayaran yang saat ini
tengah mengincar nyawanya”
“mwo? Jinjja hyeong?”
Changmin kembali menegakkan punggungnya.
“ku dengar ia bekerja di
kepolisian Seoul distrik Gangnam…” suara itu melemah.
Changmin mulai bisa
mengurai kerumitan yang menumpuk di otaknya, alasan untuk pergi tiba-tiba
seperti itu sekarang terasa sangat masuk akal. Jika pembunuh bayaran
profesional itu bahkan bisa masuk ke organisasi penting seperti kepolisian,
maka tentu tidak akan mudah mengatasinya. Jika Yunho nekad mengajukan gugatan
atau laporan, maka JYH yang sedang berkembang ini bisa saja hancur. Changmin tahu benar arti
perusahaan yang dirintis oleh ayah Yunho bagi sepupunya ini.
“jadi, kau sudah tahu siapa
orangnya?” tebak Changmin.
“hm” Yunho mengiyakan “aku
juga ingin minta bantuanmu soal ini, tolong awasi orang bernama Park Yoochun,
ia ketua tim bagian kriminal”
Changmin langsung
menundukan kepalanya lemas, masalah yang ia kira akan berakhir dalam tempo
sebulan, mempunyai kemungkinan akan berakhir lebih lama dari itu, atau mungkin…
tidak akan pernah selesai
tbc...
***
Annyeong!!! Ini FF pertama Admin yang dipublish, semoga kalian suka ya, Jangan Lupa TINGGALKAN KOMENT oke, KOMENT kalian adalah energi buat Admin.
Gomawo ^ ^