Casts :
Kim Jaejoong, Jung Yunho, Park Yoochun, Kang In, Shim Changmin, Kim Junsu
Genre :
Sad, Romance, General
Chapter: 2
Author :
Dian_mirotica
***
Author
Annyeooong! i'm
back with a new strory guys... Tadinya cerita ini mau aku bikin oneshoot
tapi sepertinya terlalu panjang, jadi aku bagi dua. Ide cerita ini
mendadak muncul waktu aku nulis the next project yang insya Allah rilis
minggu depan. Oh ya, buat fanvid Stand By You sebenarnya udah ada sampai
3 episode di laptopku, tapi entah kenapa mood buat nerusin projek ini
agak tersendat, nggak tau endingnya mau kayak gimana. Jadi buat yang
nuggun Stand By You, maafin daku ya?! Happy Reading guys..!! Jangan lupa
comment ya.
***
Jaejoong menangis sambil berjalan terhuyung,
pelipis kanannya mengucurkan darah segar, wajahnya pucat, banyak luka lebam
bekas pukulan di wajahnya. Jelas ia baru saja dipukuli oleh seseorang.
Tubuh letih itu lalu bersandar pada tiang
jembatan, luruh ke tanah pelan-pelan. Ia tidak peduli lagi pakaiannya yang robek
dan acak-acakan, rambutnya yang kusut, bahkan kakinya yang penuh luka lecet
tanpa alas kaki.
Tiba-tiba kejadian itu berulang kembali
dalam ingatannya dan saat itu juga tangisnya kembali meledak, ia menjerit putus
asa sambil menjambak rambutnya sendiri. Tidak ada yang mendengar, karena
jembatan itu jarang dilalui pejalan kaki. Hanya mobil-mobil berkecepatan tinggi
saja yang tetap lewat dan tidak mempedulikan dirinya. Jaejoong menumpahkan
kesedihan dan kemarahannya pada langit, ia seperti orang gila yang baru saja
dicabut kewarasannya.
Tanpa pikir panjang, ia menaiki tembok
penghalang jembatan. Kedua kakinya menapak sempurna di atas tembok setinggi
dada itu, lalu, tanpa aba-aba ia mendorong tubuhnya sendiri menuju aliran
sungai di bawahnya.
ByyyyuuuRRRRR!!!!
“selamat tinggal, dunia…”
Samar-samar ia mendengar seseong berteriak
ke arahnya.
Jaejoong sudah masuk ke dalam air, ia
tersenyum pedih “itu hanya khayalanmu” gumamnya dalam batin.
Miracle Hospital
Ia tahu istilah yang tepat untuk
menggambarkan keadaannya saat ini: jatuh cinta pada pandangan pertama.
Jantungnya berdetak cepat saat pertama kali memandang wajah itu. Bahkan luka
lebam dan darah yang menodainya tidak bisa menutupi kecantikan yeoja ini.
Jung Yunho menempatkan telapak tangannya di
atas dada, sebuah perasaan hangat mengalir di sana. Tangannya bergerak meraih
jemari berwarna pucat itu dan meremasnya pelan, seakan gerakan itu bisa membuat
energinya berpindah.
“bangunlah…” bisiknya pelan.
Entah karena bisikan Jung Yunho atau bukan,
namun sesaat setelahnya Kim Jaejoong benar-benar bangun. Ia memandang sekitar
dengan tatapan bingung, tentu saja ia bertanya-tanya dalam hati tentang tempat
ia berada sekarang.
“kau sudah bangun?” Yunho mengucap syukur
berkali-kali “tunggulah, akan kupanggilkan dokter”
Jaejoong tidak menyahut, ia kembali
mengedarkan pandangan. Mengamati semua benda yang berada di ruangan ini.
Kepalanya terasa berdenyut-denyut nyeri, ia kembali memejamkan mata dan
berusaha mengingat sesuatu.
“siapa… aku?”
Apartemen Jung Yunho
Dokter memvonis Kim Jaejoong menderita
hilang ingatan. Karena beberapa hal, dikhawatirkan hilang ingatan itu akan
terjadi dalam waktu yang sangat lama, atau mungkin tidak akan pernah kembali.
“aku punya satu kamar kosong di apartemenku,
jadi kubawa kau ke sini. Jangan berpikiran yang aneh-aneh ya!” kata Yunho,
takut dikira orang mesum yang menculik gadis-gadis.
Jaejoong mengangguk asal “ada kuncinya kan?”
“eh? Ng… tentu saja. tentu saja ada, kau
boleh mengunci ruangannya rapat-rapat” Yunho agak tersinggung sebenarnya “dia
kira mau kuapakan dia??” dumelnya dalam hati.
“maaf, tapi aku
bahkan lupa namaku”
“namamu… hm… aku sudah memikirkannya selama
perjalanan tadi” kata Yunho “Cheon Sa”
“Cheon Sa?” Jaejoong terlihat tidak suka.
Artinya, bidadari.
“bagus bukan?”
Wajah Jaejoong mengerut “agak narsis…”
komentarnya pendek.
“kau mau makan apa?
Biar kubelikan”
Jaejoong terdiam sesaat, sejak tadi matanya
memperhatikan bungkusan plastik di meja dapur apartemen itu yang terlihat dari
sini “tidak bisakah aku makan itu saja?” mintanya sambil menunjuk.
“ramen?”
“hm… aku ingin ramen” katanya sambil
mengangguk.
Pagi harinya, di
Aparteman Yunho
Yunho, namja lajang yang kesepian. Ia
bekerja keras setiap hari sampai lupa bahwa umurnya sudah 27 tahun. Teman-teman
sekolahnya sudah banyak yang menikah dan beberapa sudah punya anak. Dia?
Boro-boro… yeoja yang mendekatinya pun tidak ada, ah… ya, tentu saja bukan
karena Yunho tidak tampan. Tapi ia terlalu dingin pada makhluk bernama
perempuan.
Namun tidak pada
perempuan yang satu ini…
Bau semerbak masakan tercium oleh hidungnya
begitu keluar dari kamar tidur. Ia mengenakan celana training dan kaos singlet,
rambutnya acak-acakan dan masih ada bekas air liur di sudut bibirnya. Yunho
menggeliat sesaat, menyesuaikan pandangannya dengan cahaya matahari yang masuk
melalui jendela ruang tengah.
“kau memasak?” tanya Yunho basa-basi.
Jaejoong menoleh sekilas sambil mengangguk
“kau mau ku masakkan juga?”
“masak ap—“ Yunho melongok ke dalam panci
dan langsung kehilangan selera makan “ramen lagi? Kau ini maniak ramen atau
apa?” cibirnya.
Jaejoong terus mengaduk-aduk mie nya yang
hampir matang “entahlah, aku juga tidak tahu mengapa sangat tertarik pada
ramen”
Yunho mengambil segelas air putih dan duduk
di kursi ruang tengah yang sebenarnya difungsikan juga sebagai ruang tamu dan
ruang makan. “hari ini aku masih libur kerja, kau mau ikut denganku?”
“ke mana?” Jaejoong menuangkan ramennya ke dalam
mangkuk.
“taman hiburan” ucapnya ragu, diam-diam ia
menelan ludahnya, gugup.
“kau mengajakku kencan?” kata Jaejoong tanpa
thedeng aling-aling, membuat kegugupan
Yunho semakin mejadi-jadi.
“err… ya… mwo… kalo kau menganggapnya begitu
boleh saja!”
Jaejoong selesai, ia membawa mangkuk
ramennya ke meja “tapi… bajuku” Jaejoong melihat pakaian Yunho yang menempel di
badannya sejak pulang dari rumah sakit kemarin.
“itu… kita bisa beli
di jalan”
Jaejoong tersenyum, agak sedikit tertahan
karena luka-kuka itu pasti membuatnya perih saat menggerakan wajah. “oh ya, aku
boleh bertanya satu hal?”
“apa?”
“kenapa kau baik padaku?”
“aku baik pada semua orang” sahut Yunho.
“pada semua yeoja?”
“…” Yunho menatap Jaejoong, matanya
bergerak-gerak gelisah “aniyo…”
Jaejoong tersenyum penuh arti dan mulai
melahap sarapannya: semangkuk ramen!
Di Taman Hiburan
Ini adalah date pertama dalam hidupnya.
Yunho merasa bahagia bukan main, sepanjang hari ini ia berteriak, tertawa,
berlari, berlari lagi, tertawa lagi, berpegangan tangan, lalu tersenyum. Momen
ini sangat langka, ia berharap bisa mengabadikan momen ini selamanya.
“kenapa tersenyum seperti itu?” tanya
Jaejoong heran, rambut hitam panjangnya bergerak-gerak ditiup angin, membuat
jemari jenjang miliknya bergerak, menyingkirkan beberapa helai rambut yang
menempel di wajah.
“seperti apa?”
“seperti… sedang gila” ceplos Jaejoong
dengan ekspresi datar.
“bodoh” Yunho memukul kepala Jaejoong
menggunakan balon yang ada di tangannya “ini ekspresi senang, enak saja di
bilang gila!”
“kau pertama kalinya datang ke sini?”
Yunho mengangguk, taman bermain selalu
memenuhi otakknya tiap kali ia ingin pergi berlibur. Namun karena sejak kecil
ia tinggal sendiri ia selalu mengurungkan niatnya.
Baginya pergi ke taman
bermain harus bersama seseorang.
“kau?” tanya Yunho balik.
Jaejoong terdiam. Lalu Yunho segera sadar
bahwa Jaejoong tidak ingat apapun.
“Chon Sa-yah…” Jaejoong menatap ujung
sepatunya “soal ingatanmu, kau tidak perlu berusaha terlalu keras mengingatnya.
Pelan-pelan saja…”
Jaejoong hanya mengangguk, seolah pikiran
itu juga berada dalam kepalanya sejak awal “aku rasa juga begitu. Melihat
kondisiku yang seperti ini aku mungkin perempuan jahat” ia menunjuk wajahnya
“jadi aku tidak mau terburu-buru tahu siapa diriku”
Entah apa yang merasukinya, tangan Yunho
tiba-tiba terulur, meraih tangan satu Jaejoong. Sambil menahan gugup, ia
berkata “kau juga tidak usah cemas, kau bisa tinggal denganku, selama yang kau
mau…”
Jaejoong tercengang, matanya nyaris tidak
berkedip saat menatap namja itu. Ia bisa merasakan ketulusan sekaligus
keberanian dalam kata-kata itu, membuatnya merasa tenang dan dilindungi.
Pagi Hari, Di Apartemen
Yunho
Begitulah kehidupan Yunho berubah drastis.
Jika dulu setiap pagi ia biasa membeli sarapan kimbab di seberang jalan, kini
ada Cheon Sa yang selalu bangun lebih awal darinya. Ia akan membereskan
perabotan, mencuci piring, mengepel, dan memasak. Awalnya ia hanya bisa masak
ramen, namun Yunho selalu menceramahinya dengan artikel-artikel dari internet
tentang bahaya mengkonsumsi mie instan rutin. Dan setelah hampir sebulan, yeoja
itu mulai terbiasa masak nasi dan lauk pauk.
“pagi…” sapa Yunho, sekarang ia juga
membiasakan diri mencuci muka dulu begitu bangun tidur “tidurmu nyenyak?”
tanyanya sambil menuangkan kopi instan ke cangkir.
Jaejoong sedang berkonsentrasi pada
omeletnya agar tidak gosong seperti kemarin “eoh, aku bahkan tidak bermimpi
tadi malam”
Yunho mengangguk asal. “kau membuatku tidak
enak, lain kali kita bagi tugas saja. Jangan semua pekerjaan kau yang
mengerjakan, ya!” Yunho menatap sekeliling apartemen sederhananya yang sangat
rapi.
“memang kau bisa apa?”
“hmm…” Yunho berpikir “membersihkan debu…
mungkin?” jawabnya ragu.
Omelet sudah matang, Jaejoong mengangkatnya
dengan hati-hati lalu meletakannya di atas piring “membersihkan debu apa? Dulu
saja, saat pertama kali aku datang, debu di ruangan tebalnya segini” ia
mengisyaratkan kketebalan yang berlebihan dengan jari telunjuk dan jempol.
Yunho tersenyum, ia bahagia bisa mendengar
candaan Cheon Sa.
“sarapan tuan Jung” katanya sambil
meletakkan hasil masakan di meja.
Ia juga bahagia saat mencium aroma omelet
matang dan tersaji di hadapannya. Apalagi wajah jelita itu selalu hadir, setiap
ia bangun tidur, saat ia pulang kerja, sampai menjelang tidur lagi.
“Cheon Sa-yah…”
“hm?” wajahnya terangkat dalam satu gerakan.
“kau cantik!” katanya
dalam hati.
“apa? apaa???” desaknya melihat Yunho malah
terdiam.
“hari ini aku mungkin lembur”
Ia mengangguk-angguk sambil mengerucutkan
bibirnya, seperti kecewa mendengar berita itu “jangan menungguku, tidur saja
duluan, aku bawa kunci cadangan”
Keesokan harinya, Masih
di Apartemen Yunho
Jaejoong terpaksa mengetuk pintu kamar
Yunho, sudah pukul 10 siang, namun namja itu belum juga keluar, tidak seperti
biasanya.
“Jung Yunho!!! Kau di dalam?”
Terdengar suara gerakan bangkit dari tempat
tidur “ya… aku, aku sedang tidak nafsu makan, kau saja duluan” kata Yunho dari
dalam.
Jaejoong mendecak sebal “apa terjadi
sesuatu?” tanyanya tanpa curiga “kenapa tidak buka dulu pintumu, heh?”
“aku belum mandi!”
Alasan itu membuat Jaejoong semakin heran
“biasanya juga kau tidak pernah mandi pagi-pagi” gumamnya pelan, namun cukup
jelas terdengar oleh Yunho “ayolah keluar duluu” Jaejoong memutar-mutar handle
pintu yang terkunci.
Yunho mengalah, ia akhirnya membukakan pintu
dengan gerakan yang teramat pelan.
“OMO!!!” seru Jaejoong kaget “apa yang
terjadii???” wajah paniknya sangat kentara, membuat Yunho merasa bersalah
sekaligus senang di saat bersamaan.
Wajah Yunho penuh luka, keningnya
memar-memar, di pipi kirinya seperti ada bekas sayatan benda tajam namun untung
luka itu tidak terlalu parah. Yunho nyengir “tidak apa-apa, sudah kuolesi
salep”
Jaejoong langsung menarik lengan Yunho dan
menghempaskan sosok itu di atas sofa “kau bahkan tidak bisa merawat lukamu
sendiri. Yang seperti ini harus dibersihkan dulu Jung Yunho!!! Lihat itu, masih
ada bekas tanahnya” omel Jaejoong seraya menunjuk salah satu luka.
Yunho hanya bisa diam dan mengamati gerakan
Jaejoong mengikat rambut panjangnya ke belakang menjadi satu, lalu berjalan
mengambil kotak P3K di samping televisi, lalu ia duduk di sofa, tepat di
harapannya, menghadap dirinya, menggulungkan lengan baju lalu mulai beraksi.
“ceritakan padaku sebelum pekerjaanku
selesai” pintanya tanpa terlihat ‘meminta’. Ia menumpahkan alcohol pada kapas
lalu siap mengusapkannya ke luka Yunho.
“ini memang resiko
pekerjaanku”
“baik, sekarang katakan padaku dengan jelas,
sebenarnya kau ini karyawan di perusahaan mana?” tanyanya setelah melirik
sekilas lalu sibuk lagi membersihkan luka-luka itu.
Yunho mengernyit,
pedih. “perusahaan Go Bok Tae”
“perusahaan apa itu?” kali ini Jaejoong
tidak mengalihkan perhatiannya sama sekali.
Yunho menelan ludah, mungkin memang
sebaiknya ia tahu “debt collector” sahutnya singkat, agak tersendat, dan pelan.
Jaejoong menurunkan tangannya, mendengus
sambil memejamkan mata sekilas “debt collector?” ulangnya “kau tukang pukul?”
“tidak!! profesi itu berbeda dengan tukang
pukul… aku… tugasku…” Yunho bingung bagaimana menjelaskannya agar Jaejoong
tidak marah lagi.
Jaejoong tidak peduli, ia mempercepat
gerakannya: membersihkan, meniup-niup luka, mengoleskan salep, meniup-niup, mengoleskan
salep yang satunya lagi, lalu menutupnya dengan plester. Gerakan yang tidak
lembut itu membuat Yunho meringis berkali-kali.
“kenapa kau menyembunyikannya dariku?” kata
Jaejoong sambil membereskan kotak P3K.
“aku takut, kau berpikir… aku penjahat dan
tidak mau tinggal bersamaku” aku Yunho dengan ragu-ragu.
Jaejoong menatap namja itu tajam “kalau
sekarang aku berpikir begitu bagaimana? Aku memang sudah menganggapmu penjahat!
Lihat dirimu, sekarang hanya luka-luka di wajah besok-besok bagaimana kalau
semua tulangmu remuk? Kalau ada yang menusukmu? Kau punya cadangan nyawaa???”
Yunho melongo, tak mampu bersuara. Hanya
tatapan matanya yang setia mengikuti setiap langkah Jaejoong, yeoja itu masuk
kamar lalu membanting pintu dengan kasar. Cklek. Terdengar suara pintu dikunci
dari dalam.
Yunho menghela nafas, ia tidak sadar sedari
tadi menahan pasokan oksigen untuk paru-parunya. “mwoyaa? Dia… mencemaskanku?”
gumamnya heran, sekaligus bahagia.
Tiga hari kemudian, di Saebyok Market
pasar tradisional
Yoochun, seorang supir mobil colt bak yang
setiap pagi mengangkut aneka sayur mayur ke kios para pedagang. Ia memakai
celana kain gombrang berwarna biru dongker yang tulisannya sudah tidak
terlihat, atasannya selalu memakai kaus yang dirangkap dengan rompi kulit
imitasi warna cokelat muda yang sudah kusam. Ia sedang menghitung pendapatannya
pagi itu sambil bersender di mobil biru metalik kreditannya.
“sepuluh, sebelas, lima belas…” ia
memisahkan beberapa lembar uang lalu menyodorkan pada parternya “nih!”
Yunho menerima upahnya itu, memang tidak
besar tapi menjadi kuli angkut di pasar sayur membuatnya tidak malu lagi pada
Jaejoong “gomawo…” Yunho tersenyum kemudian menepuk pundak hubae-nya itu pelan.
“Oh ya, ini juga, ambillah” Yoochun
mengeluarkan sebuah keresek berukuran sedang dari jok mobil. Keresek itu berisi
mecam-macam sayuran yang sudah disisihkannya tadi “untuk istrimu”
Yunho tersenyum sampai kedua tulang pipinya
menonjol “istri apa… dia bukan istriku”
“aigooo… masih mengelak lagi. Kalau begitu
kenapa sampai sebulan lebih kalian tinggal bersama heh?” goda Yoochun “kalau
belum jadi istri, segera nikahi saja dia, kau suka padanya kan?”
Pipi Yunho rasanya terbakar, ia tidak tahu
kalau perasaannya pada Jaejoong terlihat sejelas itu.
Apartemen Yunho
“aku pulang…”
Jaejoong yang tengah membaca koran paginya
itu langsung menoleh “kau habis dari mana?”
Yunho tersenyum misterius, alih-alih langsung
menjawab, ia malah mengacungkan keresek berisi sayur mayur dan bahan masakan
lainnya “habis bekerja tentu saja”
“…” Jaejoong menatap heran, Yunho hanya
memakain celana dan jaket training abu-abu yang biasa dipakainya untuk tidur.
Yunho mengerti maksud tatapan itu, ia
kemudian duduk di depan Jaejoong “aku sudah berhenti menjadi debt collector!
Pekerjaanku sekarang memang hanya kuli angkut di pasar, tapi setelah uang
tabunganku cukup, aku pasti akan mencari pekerjaan yang lebih baik!”
Refleks tangan Jaejoong meraih kedua tangan
Yunho yang lebar dan kasar dan menggenggamnya erat “jal haesso Yunho-yah…
bagus… aku bangga padamu” Jaejoong hampir saja menangis.
Sementara di dalam sana, di sudut hati
Yunho, bunga-bunga bermekaran indah, ia belum pernah sebahagia ini sebelumnya.
“whaaa, uri Cheon Sa sudah berani menggenggam tanganku ya, sekarang…” godanya
meski ia sendiri gugup bukan main. Jaejoong menjadi canggung, dengan gerakan
perlahan ia melepaskan tangan itu, dan wajahnya merona.
“mandi dulu sana! Aku akan masak sarapan”
Jaejoong beralih ke dapur.
Yunho sendiri masuk ke kamarnya, setelah
menutup pintu dengan rapat, ia mulai menari-nari seperti orang gila. Diciumnya
kedua tangan yang tadi digenggam Jaejoong lalu ia berhenti di depan cermin.
Sebuah kotak dikeluarkan dari laci meja riasnya yang sederhana, kotak berisi
cincin. Yunho tersenyum sambil mengamati cincin emas itu untuk kesekian
kalinya. Hari ini ia akan melamar Jaejoong.
Namun kemudian senyumnya pudar saat sebuah
benda lain ikut terlihat berada di laci itu. Sebuah dompet wanita. Ia buka
dompet itu dan mengeluarkan kartu identitas di dalamnya: Kim Jaejoong, umur 25
tahun. Di kartu itu juga tertera alamat rumah lengkap. Yunho memutuskan untuk
kembali menyimpan dompet tersebut ke dalam lagi.
***
How?? bagaimana? bagaimanaa??? Geje kah?
Thanks for read. Bagi yang mau lanjut part 2 nya silahkan kirim komentar lewat email ya, sama seperti FF sebelumnya yaitu ke dcassiopeia93@gmail.com.
Gomawoo
Dian_mirotica