Rabu, 05 Agustus 2015

Before U Go [Chapter 1]




Casts   : Kim Jaejoong, Jung Yunho, Park Yoochun, Kang In, Shim Changmin, Kim Junsu
Genre  : Sad, Romance, General
Chapter: 2
Author : Dian_mirotica


***
Author
Annyeooong! i'm back with a new strory guys... Tadinya cerita ini mau aku bikin oneshoot tapi sepertinya terlalu panjang, jadi aku bagi dua. Ide cerita ini mendadak muncul waktu aku nulis the next project yang insya Allah rilis minggu depan. Oh ya, buat fanvid Stand By You sebenarnya udah ada sampai 3 episode di laptopku, tapi entah kenapa mood buat nerusin projek ini agak tersendat, nggak tau endingnya mau kayak gimana. Jadi buat yang nuggun Stand By You, maafin daku ya?! Happy Reading guys..!! Jangan lupa comment ya.

***
Jaejoong menangis sambil berjalan terhuyung, pelipis kanannya mengucurkan darah segar, wajahnya pucat, banyak luka lebam bekas pukulan di wajahnya. Jelas ia baru saja dipukuli oleh seseorang.

Tubuh letih itu lalu bersandar pada tiang jembatan, luruh ke tanah pelan-pelan. Ia tidak peduli lagi pakaiannya yang robek dan acak-acakan, rambutnya yang kusut, bahkan kakinya yang penuh luka lecet tanpa alas kaki.

Tiba-tiba kejadian itu berulang kembali dalam ingatannya dan saat itu juga tangisnya kembali meledak, ia menjerit putus asa sambil menjambak rambutnya sendiri. Tidak ada yang mendengar, karena jembatan itu jarang dilalui pejalan kaki. Hanya mobil-mobil berkecepatan tinggi saja yang tetap lewat dan tidak mempedulikan dirinya. Jaejoong menumpahkan kesedihan dan kemarahannya pada langit, ia seperti orang gila yang baru saja dicabut kewarasannya.

Tanpa pikir panjang, ia menaiki tembok penghalang jembatan. Kedua kakinya menapak sempurna di atas tembok setinggi dada itu, lalu, tanpa aba-aba ia mendorong tubuhnya sendiri menuju aliran sungai di bawahnya.

ByyyyuuuRRRRR!!!!

“selamat tinggal, dunia…”

Samar-samar ia mendengar seseong berteriak ke arahnya.

Jaejoong sudah masuk ke dalam air, ia tersenyum pedih “itu hanya khayalanmu” gumamnya dalam batin.

Miracle Hospital

Ia tahu istilah yang tepat untuk menggambarkan keadaannya saat ini: jatuh cinta pada pandangan pertama. Jantungnya berdetak cepat saat pertama kali memandang wajah itu. Bahkan luka lebam dan darah yang menodainya tidak bisa menutupi kecantikan yeoja ini.
Jung Yunho menempatkan telapak tangannya di atas dada, sebuah perasaan hangat mengalir di sana. Tangannya bergerak meraih jemari berwarna pucat itu dan meremasnya pelan, seakan gerakan itu bisa membuat energinya berpindah.

“bangunlah…” bisiknya pelan.

Entah karena bisikan Jung Yunho atau bukan, namun sesaat setelahnya Kim Jaejoong benar-benar bangun. Ia memandang sekitar dengan tatapan bingung, tentu saja ia bertanya-tanya dalam hati tentang tempat ia berada sekarang.

“kau sudah bangun?” Yunho mengucap syukur berkali-kali “tunggulah, akan kupanggilkan dokter”

Jaejoong tidak menyahut, ia kembali mengedarkan pandangan. Mengamati semua benda yang berada di ruangan ini. Kepalanya terasa berdenyut-denyut nyeri, ia kembali memejamkan mata dan berusaha mengingat sesuatu.

“siapa… aku?”

Apartemen Jung Yunho
Dokter memvonis Kim Jaejoong menderita hilang ingatan. Karena beberapa hal, dikhawatirkan hilang ingatan itu akan terjadi dalam waktu yang sangat lama, atau mungkin tidak akan pernah kembali.

“aku punya satu kamar kosong di apartemenku, jadi kubawa kau ke sini. Jangan berpikiran yang aneh-aneh ya!” kata Yunho, takut dikira orang mesum yang menculik gadis-gadis.
Jaejoong mengangguk asal “ada kuncinya kan?”

“eh? Ng… tentu saja. tentu saja ada, kau boleh mengunci ruangannya rapat-rapat” Yunho agak tersinggung sebenarnya “dia kira mau kuapakan dia??” dumelnya dalam hati.

“maaf, tapi aku bahkan lupa namaku”

“namamu… hm… aku sudah memikirkannya selama perjalanan tadi” kata Yunho “Cheon Sa”

“Cheon Sa?” Jaejoong terlihat tidak suka. Artinya, bidadari.

“bagus bukan?”

Wajah Jaejoong mengerut “agak narsis…” komentarnya pendek.

“kau mau makan apa? Biar kubelikan”

Jaejoong terdiam sesaat, sejak tadi matanya memperhatikan bungkusan plastik di meja dapur apartemen itu yang terlihat dari sini “tidak bisakah aku makan itu saja?” mintanya sambil menunjuk.

“ramen?”

“hm… aku ingin ramen” katanya sambil mengangguk.

Pagi harinya, di Aparteman Yunho

Yunho, namja lajang yang kesepian. Ia bekerja keras setiap hari sampai lupa bahwa umurnya sudah 27 tahun. Teman-teman sekolahnya sudah banyak yang menikah dan beberapa sudah punya anak. Dia? Boro-boro… yeoja yang mendekatinya pun tidak ada, ah… ya, tentu saja bukan karena Yunho tidak tampan. Tapi ia terlalu dingin pada makhluk bernama perempuan.

Namun tidak pada perempuan yang satu ini…

Bau semerbak masakan tercium oleh hidungnya begitu keluar dari kamar tidur. Ia mengenakan celana training dan kaos singlet, rambutnya acak-acakan dan masih ada bekas air liur di sudut bibirnya. Yunho menggeliat sesaat, menyesuaikan pandangannya dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela ruang tengah.

“kau memasak?” tanya Yunho basa-basi.

Jaejoong menoleh sekilas sambil mengangguk “kau mau ku masakkan juga?”

“masak ap—“ Yunho melongok ke dalam panci dan langsung kehilangan selera makan “ramen lagi? Kau ini maniak ramen atau apa?” cibirnya.

Jaejoong terus mengaduk-aduk mie nya yang hampir matang “entahlah, aku juga tidak tahu mengapa sangat tertarik pada ramen”

Yunho mengambil segelas air putih dan duduk di kursi ruang tengah yang sebenarnya difungsikan juga sebagai ruang tamu dan ruang makan. “hari ini aku masih libur kerja, kau mau ikut denganku?”

“ke mana?” Jaejoong menuangkan ramennya ke dalam mangkuk.

“taman hiburan” ucapnya ragu, diam-diam ia menelan ludahnya, gugup.

“kau mengajakku kencan?” kata Jaejoong tanpa thedeng aling-aling, membuat kegugupan 
Yunho semakin mejadi-jadi.

“err… ya… mwo… kalo kau menganggapnya begitu boleh saja!”

Jaejoong selesai, ia membawa mangkuk ramennya ke meja “tapi… bajuku” Jaejoong melihat pakaian Yunho yang menempel di badannya sejak pulang dari rumah sakit kemarin.

“itu… kita bisa beli di jalan”

Jaejoong tersenyum, agak sedikit tertahan karena luka-kuka itu pasti membuatnya perih saat menggerakan wajah. “oh ya, aku boleh bertanya satu hal?”

“apa?”

“kenapa kau baik padaku?”

“aku baik pada semua orang” sahut Yunho.

“pada semua yeoja?”

“…” Yunho menatap Jaejoong, matanya bergerak-gerak gelisah “aniyo…”

Jaejoong tersenyum penuh arti dan mulai melahap sarapannya: semangkuk ramen!

Di Taman Hiburan

Ini adalah date pertama dalam hidupnya. Yunho merasa bahagia bukan main, sepanjang hari ini ia berteriak, tertawa, berlari, berlari lagi, tertawa lagi, berpegangan tangan, lalu tersenyum. Momen ini sangat langka, ia berharap bisa mengabadikan momen ini selamanya.

“kenapa tersenyum seperti itu?” tanya Jaejoong heran, rambut hitam panjangnya bergerak-gerak ditiup angin, membuat jemari jenjang miliknya bergerak, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menempel di wajah.

“seperti apa?”

“seperti… sedang gila” ceplos Jaejoong dengan ekspresi datar.

“bodoh” Yunho memukul kepala Jaejoong menggunakan balon yang ada di tangannya “ini ekspresi senang, enak saja di bilang gila!”

“kau pertama kalinya datang ke sini?”

Yunho mengangguk, taman bermain selalu memenuhi otakknya tiap kali ia ingin pergi berlibur. Namun karena sejak kecil ia tinggal sendiri ia selalu mengurungkan niatnya. 
Baginya pergi ke taman bermain harus bersama seseorang.

“kau?” tanya Yunho balik.

Jaejoong terdiam. Lalu Yunho segera sadar bahwa Jaejoong tidak ingat apapun.

“Chon Sa-yah…” Jaejoong menatap ujung sepatunya “soal ingatanmu, kau tidak perlu berusaha terlalu keras mengingatnya. Pelan-pelan saja…”

Jaejoong hanya mengangguk, seolah pikiran itu juga berada dalam kepalanya sejak awal “aku rasa juga begitu. Melihat kondisiku yang seperti ini aku mungkin perempuan jahat” ia menunjuk wajahnya “jadi aku tidak mau terburu-buru tahu siapa diriku”

Entah apa yang merasukinya, tangan Yunho tiba-tiba terulur, meraih tangan satu Jaejoong. Sambil menahan gugup, ia berkata “kau juga tidak usah cemas, kau bisa tinggal denganku, selama yang kau mau…”

Jaejoong tercengang, matanya nyaris tidak berkedip saat menatap namja itu. Ia bisa merasakan ketulusan sekaligus keberanian dalam kata-kata itu, membuatnya merasa tenang dan dilindungi.

Pagi Hari, Di Apartemen Yunho

Begitulah kehidupan Yunho berubah drastis. Jika dulu setiap pagi ia biasa membeli sarapan kimbab di seberang jalan, kini ada Cheon Sa yang selalu bangun lebih awal darinya. Ia akan membereskan perabotan, mencuci piring, mengepel, dan memasak. Awalnya ia hanya bisa masak ramen, namun Yunho selalu menceramahinya dengan artikel-artikel dari internet tentang bahaya mengkonsumsi mie instan rutin. Dan setelah hampir sebulan, yeoja itu mulai terbiasa masak nasi dan lauk pauk.

“pagi…” sapa Yunho, sekarang ia juga membiasakan diri mencuci muka dulu begitu bangun tidur “tidurmu nyenyak?” tanyanya sambil menuangkan kopi instan ke cangkir.

Jaejoong sedang berkonsentrasi pada omeletnya agar tidak gosong seperti kemarin “eoh, aku bahkan tidak bermimpi tadi malam”

Yunho mengangguk asal. “kau membuatku tidak enak, lain kali kita bagi tugas saja. Jangan semua pekerjaan kau yang mengerjakan, ya!” Yunho menatap sekeliling apartemen sederhananya yang sangat rapi.

“memang kau bisa apa?”

“hmm…” Yunho berpikir “membersihkan debu… mungkin?” jawabnya ragu.

Omelet sudah matang, Jaejoong mengangkatnya dengan hati-hati lalu meletakannya di atas piring “membersihkan debu apa? Dulu saja, saat pertama kali aku datang, debu di ruangan tebalnya segini” ia mengisyaratkan kketebalan yang berlebihan dengan jari telunjuk dan jempol.

Yunho tersenyum, ia bahagia bisa mendengar candaan Cheon Sa.

“sarapan tuan Jung” katanya sambil meletakkan hasil masakan di meja.

Ia juga bahagia saat mencium aroma omelet matang dan tersaji di hadapannya. Apalagi wajah jelita itu selalu hadir, setiap ia bangun tidur, saat ia pulang kerja, sampai menjelang tidur lagi.

“Cheon Sa-yah…”

“hm?” wajahnya terangkat dalam satu gerakan.

“kau cantik!” katanya dalam hati.

“apa? apaa???” desaknya melihat Yunho malah terdiam.

“hari ini aku mungkin lembur”

Ia mengangguk-angguk sambil mengerucutkan bibirnya, seperti kecewa mendengar berita itu “jangan menungguku, tidur saja duluan, aku bawa kunci cadangan”

Keesokan harinya, Masih di Apartemen Yunho

Jaejoong terpaksa mengetuk pintu kamar Yunho, sudah pukul 10 siang, namun namja itu belum juga keluar, tidak seperti biasanya.

“Jung Yunho!!! Kau di dalam?”

Terdengar suara gerakan bangkit dari tempat tidur “ya… aku, aku sedang tidak nafsu makan, kau saja duluan” kata Yunho dari dalam.

Jaejoong mendecak sebal “apa terjadi sesuatu?” tanyanya tanpa curiga “kenapa tidak buka dulu pintumu, heh?”

“aku belum mandi!”

Alasan itu membuat Jaejoong semakin heran “biasanya juga kau tidak pernah mandi pagi-pagi” gumamnya pelan, namun cukup jelas terdengar oleh Yunho “ayolah keluar duluu” Jaejoong memutar-mutar handle pintu yang terkunci.

Yunho mengalah, ia akhirnya membukakan pintu dengan gerakan yang teramat pelan.
“OMO!!!” seru Jaejoong kaget “apa yang terjadii???” wajah paniknya sangat kentara, membuat Yunho merasa bersalah sekaligus senang di saat bersamaan.

Wajah Yunho penuh luka, keningnya memar-memar, di pipi kirinya seperti ada bekas sayatan benda tajam namun untung luka itu tidak terlalu parah. Yunho nyengir “tidak apa-apa, sudah kuolesi salep”

Jaejoong langsung menarik lengan Yunho dan menghempaskan sosok itu di atas sofa “kau bahkan tidak bisa merawat lukamu sendiri. Yang seperti ini harus dibersihkan dulu Jung Yunho!!! Lihat itu, masih ada bekas tanahnya” omel Jaejoong seraya menunjuk salah satu luka.

Yunho hanya bisa diam dan mengamati gerakan Jaejoong mengikat rambut panjangnya ke belakang menjadi satu, lalu berjalan mengambil kotak P3K di samping televisi, lalu ia duduk di sofa, tepat di harapannya, menghadap dirinya, menggulungkan lengan baju lalu mulai beraksi.

“ceritakan padaku sebelum pekerjaanku selesai” pintanya tanpa terlihat ‘meminta’. Ia menumpahkan alcohol pada kapas lalu siap mengusapkannya ke luka Yunho.
“ini memang resiko pekerjaanku”

“baik, sekarang katakan padaku dengan jelas, sebenarnya kau ini karyawan di perusahaan mana?” tanyanya setelah melirik sekilas lalu sibuk lagi membersihkan luka-luka itu.

Yunho mengernyit, pedih. “perusahaan Go Bok Tae”

“perusahaan apa itu?” kali ini Jaejoong tidak mengalihkan perhatiannya sama sekali.

Yunho menelan ludah, mungkin memang sebaiknya ia tahu “debt collector” sahutnya singkat, agak tersendat, dan pelan.

Jaejoong menurunkan tangannya, mendengus sambil memejamkan mata sekilas “debt collector?” ulangnya “kau tukang pukul?”

“tidak!! profesi itu berbeda dengan tukang pukul… aku… tugasku…” Yunho bingung bagaimana menjelaskannya agar Jaejoong tidak marah lagi.

Jaejoong tidak peduli, ia mempercepat gerakannya: membersihkan, meniup-niup luka, mengoleskan salep, meniup-niup, mengoleskan salep yang satunya lagi, lalu menutupnya dengan plester. Gerakan yang tidak lembut itu membuat Yunho meringis berkali-kali.

“kenapa kau menyembunyikannya dariku?” kata Jaejoong sambil membereskan kotak P3K.

“aku takut, kau berpikir… aku penjahat dan tidak mau tinggal bersamaku” aku Yunho dengan ragu-ragu.

Jaejoong menatap namja itu tajam “kalau sekarang aku berpikir begitu bagaimana? Aku memang sudah menganggapmu penjahat! Lihat dirimu, sekarang hanya luka-luka di wajah besok-besok bagaimana kalau semua tulangmu remuk? Kalau ada yang menusukmu? Kau punya cadangan nyawaa???”

Yunho melongo, tak mampu bersuara. Hanya tatapan matanya yang setia mengikuti setiap langkah Jaejoong, yeoja itu masuk kamar lalu membanting pintu dengan kasar. Cklek. Terdengar suara pintu dikunci dari dalam.

Yunho menghela nafas, ia tidak sadar sedari tadi menahan pasokan oksigen untuk paru-parunya. “mwoyaa? Dia… mencemaskanku?” gumamnya heran, sekaligus bahagia.

Tiga hari kemudian, di Saebyok Market pasar tradisional

Yoochun, seorang supir mobil colt bak yang setiap pagi mengangkut aneka sayur mayur ke kios para pedagang. Ia memakai celana kain gombrang berwarna biru dongker yang tulisannya sudah tidak terlihat, atasannya selalu memakai kaus yang dirangkap dengan rompi kulit imitasi warna cokelat muda yang sudah kusam. Ia sedang menghitung pendapatannya pagi itu sambil bersender di mobil biru metalik kreditannya.

“sepuluh, sebelas, lima belas…” ia memisahkan beberapa lembar uang lalu menyodorkan pada parternya “nih!”

Yunho menerima upahnya itu, memang tidak besar tapi menjadi kuli angkut di pasar sayur membuatnya tidak malu lagi pada Jaejoong “gomawo…” Yunho tersenyum kemudian menepuk pundak hubae-nya itu pelan.

“Oh ya, ini juga, ambillah” Yoochun mengeluarkan sebuah keresek berukuran sedang dari jok mobil. Keresek itu berisi mecam-macam sayuran yang sudah disisihkannya tadi “untuk istrimu”

Yunho tersenyum sampai kedua tulang pipinya menonjol “istri apa… dia bukan istriku”

“aigooo… masih mengelak lagi. Kalau begitu kenapa sampai sebulan lebih kalian tinggal bersama heh?” goda Yoochun “kalau belum jadi istri, segera nikahi saja dia, kau suka padanya kan?”

Pipi Yunho rasanya terbakar, ia tidak tahu kalau perasaannya pada Jaejoong terlihat sejelas itu.

Apartemen Yunho

“aku pulang…”

Jaejoong yang tengah membaca koran paginya itu langsung menoleh “kau habis dari mana?”

Yunho tersenyum misterius, alih-alih langsung menjawab, ia malah mengacungkan keresek berisi sayur mayur dan bahan masakan lainnya “habis bekerja tentu saja”

“…” Jaejoong menatap heran, Yunho hanya memakain celana dan jaket training abu-abu yang biasa dipakainya untuk tidur.

Yunho mengerti maksud tatapan itu, ia kemudian duduk di depan Jaejoong “aku sudah berhenti menjadi debt collector! Pekerjaanku sekarang memang hanya kuli angkut di pasar, tapi setelah uang tabunganku cukup, aku pasti akan mencari pekerjaan yang lebih baik!”

Refleks tangan Jaejoong meraih kedua tangan Yunho yang lebar dan kasar dan menggenggamnya erat “jal haesso Yunho-yah… bagus… aku bangga padamu” Jaejoong hampir saja menangis.

Sementara di dalam sana, di sudut hati Yunho, bunga-bunga bermekaran indah, ia belum pernah sebahagia ini sebelumnya. “whaaa, uri Cheon Sa sudah berani menggenggam tanganku ya, sekarang…” godanya meski ia sendiri gugup bukan main. Jaejoong menjadi canggung, dengan gerakan perlahan ia melepaskan tangan itu, dan wajahnya merona.

“mandi dulu sana! Aku akan masak sarapan” Jaejoong beralih ke dapur.

Yunho sendiri masuk ke kamarnya, setelah menutup pintu dengan rapat, ia mulai menari-nari seperti orang gila. Diciumnya kedua tangan yang tadi digenggam Jaejoong lalu ia berhenti di depan cermin. Sebuah kotak dikeluarkan dari laci meja riasnya yang sederhana, kotak berisi cincin. Yunho tersenyum sambil mengamati cincin emas itu untuk kesekian kalinya. Hari ini ia akan melamar Jaejoong.

Namun kemudian senyumnya pudar saat sebuah benda lain ikut terlihat berada di laci itu. Sebuah dompet wanita. Ia buka dompet itu dan mengeluarkan kartu identitas di dalamnya: Kim Jaejoong, umur 25 tahun. Di kartu itu juga tertera alamat rumah lengkap. Yunho memutuskan untuk kembali menyimpan dompet tersebut ke dalam lagi.

***

How?? bagaimana? bagaimanaa??? Geje kah? 
Thanks for read. Bagi yang mau lanjut part 2 nya silahkan kirim komentar lewat email ya, sama seperti FF sebelumnya yaitu ke dcassiopeia93@gmail.com.

Gomawoo
Dian_mirotica
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar