Kamis, 03 September 2015

Pabo (Chapter 4)



Main Cast:

Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho, Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu


Other Cast:

Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’ girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)


Cameo:

Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo, Lee Yeo Won


Genre:

Romance, School Life


Rating:

General


Author : Dian_mirotica

 
Kantin SMA Sungkyunkwan, Sepulang sekolah…

Jaejoong telah menunggu hampir lima belas menit lamanya, namun sosok yang ditunggu tidak kunjung datang. Ia malah melihat Yoochun melambaikan tangan di kejauhan dan berjalan ke arahnya.

“kau sedang apa?” tanyanya.

Jaejoong tidak langsung menjawab, soal keputusannya membantu Yunho memang belum ia bicarakan dengan Yoochun “menunggu teman”

Yoochun duduk di depan Jaejoong dan meminum soda milik temannya itu “teman? Temanmu kan hanya aku? Ada apa?”

Jaejoong manyun, perhatiannya lalu beralih pada buku sketsa yang beberapa hari terakhir tidak pernah lepas dari tangan Yoochun “kau sudah menyelesaikan sketsamu?”

Yoochun mengangguk “hari ini akan kuserahkan pada tukang jahit langganan eommaku”

“waaaah… kau hebat Park Yoochun!” puji Jaejoong antusias “boleh aku melihatnya?”

Yoochun langsung mendekap buku sketsanya erat “tidak boleh! Ini kejutan”

“chhh” Jaejoong mendengus namun beberpa saat kemudian tersenyum “arasseo! Yang jelas kau harus jadi juara dalam kompetisi itu”

“hai!” sebuah suara mengejutkan keduanya, suara itu milik Jung Yunho.

Yoochun kelihatan tidak senang.

“maaf membuatmu menunggu, tapi… apakah Yoochun juga akan belajar bersama kita?”

“apa? Belajar bersama apa?” Yoochun tidak mengerti, ia menatap Jaejoong meminta penjelasan.

“aku… akan membantu Yunho belajar Yoochun-ah”

Yoochun ternganga “kau? Mengajar dia?” telunjuknya terang-terangan teracung pada wajah Yunho. Sebenarnya masih banyak kata-kata protes yang ingin ia sampaikan namun nanti sajalah kalau tidak ada Yunho. “lantas bagaimana kerja sambilanmu?”

“aku kan bekerja dari jam 7 malam…”

“jadi kau tidak beristirahat?”

“aku bisa istirahat di sini…”

Drrrrrt…drrrrttt. Panggilan di ponsel Yoochun memutus pembicaraan keduanya. “ne, ahjuma? Oke, sekarang juga aku ke rumah ahjuma… nee…”

Yoochun menatap Jaejoong cemas “aku harus menemui penjahit rancanganku sekarang”

“arasseo, pergilah. Aku tidak apa-apa Yoochun-ah” kata Jaejoong seolah mengerti bahwa Yoochun sangat tidak suka ia berduaan dengan Yunho.

Yunho yang sejak tadi diam kini menggerak-gerakan kedua tangannya seperti mengusir ayam “pergilah… kau pikir aku penjahat, apa?”

Tanpa berkata apa-apa lagi Yoochun pun meninggalakan kantin yang mulai sepi itu.

“kau bekerja sampingan?” tanya Yunho sebagai obrolan pembuka.

Jaejoong mengangguk “aku sudah terbiasa bekerja sejak SMP”

“hah?” Yunho benar-benar kaget, diam-diam rasa kagum muncul dalam hatinya, ia pikir Jaejoong hanya siswa penerima beasiswa yang hidupnya bergelut dengan buku terus. “kau kan dapat beasiswa…”

“beasiswa itu untuk kebutuhan sekolahku, keluargaku juga kan butuh biaya hidup”

Yunho hanya bisa mengangguk-angguk pelan “oh ya! Jaejoong-ah, mian, tapi sebenarnya aku ada keperluan mendadak, jadi aku tidak bisa belajar dulu hari ini” Yunho mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya “tapi besok kan peer matematika dikumpulkan, aku tidak bisa mengerjakannya secepat dirimu. Bisakah kau mengerjakannya untukku?”

Jaejoong terdiam sejenak “aku… tidak…”

“sekali iniiiii saja. Aku janji. Hm?” Yunho memelas “bibiku sakit parah, ia tidak punya anak dan hanya ingin aku yang menemaninya…” kilah Yunho.

Dengan terpaksa, akhirnya Jaejoong mengangguk “arasseo, kali ini saja ya!”

“gomawo Jaejoong-ah, saranghandaa. Bye… aku duluan ya” katanya datar. Lalu dengan gerakan terburu-buru, ia segera meninggalkan Jaejoong sendirian.

Jaejoong meletakkan telapak tangan di atas dada, dan saat itu pula ia tahu bahwa jangtungnya berdetak dengan kecepatan tidak normal.

PurpleLine Coffee Shop, 19.03

Di salahsatu meja yang menempel dengan dinding bangunan, sekelompok anak-anak SMA tengah mengobrol, suara mereka berisik sekali sampai beberapa pelanggan berbisik-bisik mengeluh, terganggu oleh kehadiran mereka.

“terus-terus?” desak Junsu tidak sabar ingin mengetahui kelanjutan cerita Yunho

“terus dia mengobatiku, lalu mengobrol denganku… Mukanya merah seperti udang rebus, aku yakin saat itu ia ingin segera pergi ke kelas, tapi masih ingin ngobrol denganku” cerita 
Yunho ditambah dengan bumbunya sendiri.

Changmin terus bertepuk tangan sambil tertawa, menurutnya itu kejadian yang sangat langka “dia benar-benar percaya pada aktingmu! Hahahah”

Yunho langsung menggebrak meja di depan Changmin “aku tidak sepenuhnya akting tahu! tinjumu benar-benar sakit, lihat, ini saja belum sembuh. Kalau sampai berbekas, aku akan menuntutmu Shim Changmin…!!!”

Entah kenapa malah tawa lagi yang terdengar dari kelompok itu.

“tapi kan usahamu berhasil Yunho-yah. Kim Jaejoong berpihak padamu sekarang, kau tinggal merayunya agar memberikan contekan pas ulangan, dan kau dapatkan nilaimu” sambung Junsu yang kemudian menyedot coffee Americano nya.

“lalu kehidupan normalku akan kembali… itu yang paling penting!” tegas Yunho lalu mengajak kedua sobatnya bercheers-ria dengan mengangkat mug kopi ke atas dan mendentingkannya bersama.

Seorang pelayan PurpleLine yang berdiri di balik tikungan mendengar semua pembicaraan anak SMA itu sambil menahan nafas. Setelah mencatat pesanan pelanggan yang ada di hadapannya ia segera pergi ke dapur.

“Jaejoong-ah? Mwohae?” kata Shin Hye, teman kerjanya.

“aku…” Jaejoong juga bingung menjelaskan keadaaanya, ia kaget karena baru saja mengetahui fakta bahwa Jung Yunho memanfaatkannya “aku mau izin saja hari ini Shin Hye-ah”

“wae? Kau sakit?” yeoja itu menempelkan punggung tangan ke kening Jaejoong.

“sedikit, kepalaku terasa pusing saat berjalan”

“ya sudah, kau pulang saja. Biar aku yang bicara pada manajer”

“geurae, gomawo…”

Rumah Kim Jaejoong, Seoul

Insomnianya kambuh, Jaejoong tidak bisa memejamkan mata sama sekali setelah pulang cepat dari kafe tempatnya bekerja. Ia terus memikirkan bagaimana bersikap di depan Yunho besok. Di satu sisi ia sangat marah mendengar soal permainan itu, di sisi lain ia bertekad tetap menolong Yunho, ia ingin melunasi hutang pada namja yang telah menolongnya itu. 

“aku akan menolongmu, dengan caraku sendiri…” gumamnya lalu melepaskan kacamata pantat botolnya dan mematikan lampu belajar. 

TBC...

~~~
Ahahaa, maaf ya, chapter ini pendek banget. Tapi mian, Author tetap ingin konsisten menerbitkan satu chapter tiap minggu, jadi meskipun chapter 5 sudah ada, mohon ditunggu sampai minggu depan ya. I love u readers setia <3

Dian_mirotica
~~~

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar