Kamis, 09 Juli 2015

For You [episode 5]

Main Cast:
Kim Jaejoong, Jung Yunho, Shim Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun

Other Cast:
Cho Kyu Hyun

Cameo:

Genre: Romance


Satu 

Changmin telah sampai di jalan setapak yang akan mengantarkannya menuju rumah di tengah hutan itu. Mobil khusus yang dikendarainya melaju pelan menyusuri jalan tersebut. Ini adalah pertama kalinya ia datang ke pulau pribadi milik Yunho hyeong dan ia tidak bisa menyembunyikan ketakjubannya pada rumah yang terbilang mewah ini.

“siapa yang membuatnya?” gumam Changmin sambil melihat setiap jengkal rumah dengan tatapan kagum.

“Changmin ssi?” sapa Jaejoong di ambang pintu.

“annyeong haseyo…” ucap Changmin sambil membungkukkan badan.
Jaejoong membalas salam dari tamunya dan segera mempersilakan namja itu masuk.

“bagaimana perjalananmu?” tanya Jaejoong sambil sibuk menuangkan sesuatu ke gelas.

“mwo… seperti itulah, aku tidak begitu suka naik kapal laut”

“pasti kau lelah, kan?” Jaejoong menghampiri Changmin yang sudah duduk di kursi tamu.

“ne, tapi… pasti lebih lelah bagi Yunho hyeong”

Jaejoong tersenyum “dan semua itu karena aku kan?”

“aa… anhi… bukan begitu”

“memang benar itu karenaku, karena aku tidak bisa tidak meninggalkan dia” nada bicara Jaejoong menjadi semakin serius.

“Jaejoong-ssi, aku tidak bermaksud menyalahkanmu. Aku tahu, perasaan cinta semacam itu tidak bisa diatur seenaknya… Meskipun berat, tolong jangan sampai meninggalkan Yunho hyeong… melihat dirinya sekarang, entah bagaimana dia jika tidak bersamamu”

“Changmin-ssi sepertinya sangat memahami Yunho ya?”

“ya… karena aku sudah lama mengenalnya”

“apakah dia pernah jatuh cinta sebelumnya?”

“ne? hm… seingatku cinta pertamanya ketika kelas 1 SMA, pada seorang nuna kakak kelas”

“benarkah?”

“Yunho hyeong, jika sudah jatuh cinta sangat merepotkan”

“oh ya? Merepotkan bagaimana?”

“dia itu tipe orang yang sulit jatuh cinta, jadi sekalinya jatuh cinta dia hanya akan melihat gadis yang disukainya itu. Dia bisa melakukan apapun, bagaimanapun caranya, dan kapanpun waktunya” Changmin menjadi semakin antusias.

“aaah” Jaejoong menangguk-angguk “jadi, saat itu pun dia bertindak seperti itu?”

“ne?” Changmin bingung.

“waktu itu, waktu ia jatuh cinta untuk pertama kalinya. Apakah dia juga hanya melihat nuna kakak kelas itu?”

“tentu saja! Dia benar-benar seperti orang gila saat jatuh cinta!”

Ada sesuatu yang kemudian disadari oleh Jaejoong “lalu… apa yang terjadi setelah mereka berpisah?”

“hmm…” changmin mengingat-ingat kejadian bertahun-tahun silam itu “aah… saat itu dia banyak diam dan sering tiba-tiba hilang kontak, kurasa hyeong konsentrasi belajar atau semacamnya…”

“lalu?”

“lalu… dia kembali seperti semula”

Jaejoong mengangguk-anggukan kepalanya kembali, pertanyaan yang barus saja menabrak otaknya terjawab sudah.

“chogi…” Changmin membuyarkan lamunan pendek Jaejoong

“ye?” Jaejoong terperangah.

“ini boleh kuminum kan?” Changmin menunjuk pada gelas berisi sari lemon dingin di hadapannya.

“Ooh, tentu saja. Beristirahatlah dulu, aku akan menyiapkan peralatan mandi untukmu” setelah berkata demikian Jaejoong pun berlalu dan menghilang di ujung tangga lantai dua.

***

Dua 

Yoochun termangu di depan api unggun yang mereka buat. Pikirannya melayang tak karuan, gelisah memikirkan apa yang akan terjadi seandainya Jaejoong tidak muncul besok. Jauh di sudut hatinya ia merasa sangat bersalah karena memperlakukan Jaejoong seperti demikian, namun ia merasa tidak punya pilihan lain.

Ia bahkan pernah berbuat sesuatu yang lebih buruk dari mengancam. Ingatannya lalu memutar kembali kenangan empat tahun yang lalu, di tahun kedua setelah menghilangnya Jaejoong. Yoochun hadir di konser Jaejoong, ia menyamar sebagai staf dan berhasil menemui Jaejoong saat dirinya sendirian di ruang wardrobe.

Flashback

Krieeett… pintu ditutup dengan hati-hati.

Jaejoong tengah mematut dirinya di cermin, ia merasa ada yang tidak pas dengan kostumnya saat itu.

“eonni, menurutku gaun ini terlalu mewah untuk sesi lagu balladku. Bisakah kau mencarikan yang lebih simple?” tanya Jaejoong tanpa mengalihkan perhatian dari bayangannya di cermin, ia mengira bahwa sang koordi yang masuk ke dalam ruangan.

Tiba-tiba lampu ruangan mati dan ia mendengar langkah seseorang mendekatinya.

“eoren manida…” sapa laki-laki dengan balutan pakaian serba hitam itu.
Jaejoong terpaku di tempatnya berdiri, ia mengenali betul suara itu “Yoo… Yoochun-ah…”

“aah… syukurlah kau masih mengingatku” ujar Yoochun sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya, benda kecil pipih nan berkilau ditimpa cahaya meja rias yang menyala redup.

Jaejoong terbelalak, sekarang pisau itu mendekati lehernya “kau… apa yang akan kau lakukan?” suara Jaejoong bahkan terdengar seperti bisikan saking shocknya ia berada dalam posisi itu.

Tangan Yoochun yang satu kemudian mencengkram bahu Jaejoong, “mem…bunuhmu?” bisiknya di telinga Jejoong.

Yeoja itu merasakan seluruh tubuhnya gemetaran dan ia tidak bisa merasakan tenaganya sama sekali, ia begitu ketakutan.

“tapi tidak sekarang, kau boleh selesaikan dulu konsermu” Yoochun mulai berbicara dengan nada normal “setelah selesai… aku akan pikirkan kembali apakah aku benar-benar harus membunuhmu atau tidak” lanjutnya.

Satu-satunya hal yang disadari Jaejoong saat ini adalah benda berkilau itu semakin menempel di kulit bawah dagunya. Jika ia bergerak sedikit saja, maka pasti benda itu akan mengiris kulitnya.

“jika kau kembali ke Amerika, aku akan menjamin keselamatanmu. Tapi kalau tidak… kau akan tahu sendiri resikonya nona Kim” Yoochun mundur, ia memasukan kembali pisau ke dalam saku jaketnya dan segera pergi meninggalkan ruangan gelap itu bersama Kim Jaejoong yang menangis sesegukan karena kaget.

Flashback end

Namun tidak ada yang terjadi setelah itu. Dengan beraninya Kim Jaejoong meneruskan karir sebagai penyanyi dan tidak pernah menujukkan tanda-tanda untuk kembali ke Amerika seperti yang ia perintahkan.

“apa yang sedang kau pikirkan?” Junsu tiba-tiba sudah ada di sampingnya, duduk memandangi api unggun yang terus membesar.

“aniya…” Yoochun menyangkal “kau? Apa yang kau lakukan di sini?”

“menemanimu tenju saja”

“chh!!” Yoochun tertawa getir “menemaniku dari hongkong!” ejek Yoochun.

Junsu merapatkan jaketnya “Yoochun-ah… beberapa saat yang lalu, ada pertanyaan yang menggangguku”

“mwonde?”

“apakah semuanya akan kembali seperti semula?” Junsu menatap api unggun di hadapannya dengan kosong, seolah di sanalah semua kekhawatirannya terpantul.

Yoochun terperangah, kaget. Ia yakin benar bahwa pikiran Junsu yang seperti itu adalah awal dari kesembuhannya. Persis seperti yang dikatakan sang psikiater.

“TENTU SAJAAA!” teriak Yoochun bersemangat, membuat temannya si duck-butt itu kaget bukan main.

“YA!!! KAU MENGAGETKANKU TAHU!!!”

“MOLLAAA!!!” Yoochun malah bermain-main dengan tetap berteriak-teriak seperti orang gila.

Junsu hanya tertawa terpingkal-pingkal dan terlibat dalam adu teriak di tengah hutan tak berpenghuni ini.

***

Tiga

Suara es yang beradu dengan gelas terdengar sayup-sayup dari arah dapur. Changmin melangkah keluar dari kamarnya dengan langkah yang teramat pelan. Tadinya ia takut bisa membangunkan Jaejoong, namun setelah mendengar suara itu ia menjadi penasaran apa yang tengah dilakukan sang pemilik rumah tengah malam begini.

“tidak tidur?” tanya Changmin sambil menuruni tangga.

Jaejoong menoleh, nampaknya ia sedang melamun sambil menguk birnya sedikit demi sedikit.

“ah…” Jaejoong tersenyum tidak enak karena ketahuan sedang minum sendirian 

“ya… ada beberapa hal yang aku cemaskan”

“Yunho hyeong, bukan?” tebak Changmin yang langsung duduk di kursi samping Jaejoong.

Jaejoong menatap langit-langit ruangan “yah… hanya dia yang bisa ku cemaskan saat ini”

“bagaimana dengan karirmu? Apakah kau tidak mencemaskannya?”

Jaejoong berpikir sebentar “awalnya aku sempat merasa cemas, tapi… karena aku memiliki Yunho, karena aku percaya padanya, aku jadi sangat yakin bahwa aku bisa memulai lagi karirku dengan baik”

Changmin hanya menatap yeoja itu dari samping dengan tatapan heran “aku tidak tau perasaan seperti itu…” gumam Changmin pelan.

“ne? perasaan?”

“yah… perasaan sangat percaya pada orang lain, sampai dirimu tidak mencemaskan apapun, seperti itulah…”

“kau tidak pernah jatuh cinta rupanya…”

“anhi!” sangkal Changmin tidak terima “begini-begini aku punya banyak mantan pacar, nuna…” Changmin mulai bersikap cair.

“Huh! Kenapa kau bangga karena punya banyak mantan? Bukankah itu artinya kau sering ditinggalkan……?”

“a… aish… itu…” Changmin gagap, tidak bisa menjawab.

Sementara Jaejoong malah tertawa melihat tampang Changmin yang sedemikian serius menanggapi candaannya. Akhirnya, mereka berdua tertawa dan mencairkan sedikit kebekuan malam ini.

“kau mau juga?” Jaejoong mengangkat botol birnya.

Changmin mengangguk menyetujui tawaran Jaejoong.

“chogi… Changmin-ssi, bagaimana keadaan perusahaan?”

Changmin agak ragu untuk menjawab “hm… sedang tidak baik”

“seberapa buruk?”

Changmin kembali terlihat ragu, ia menggaruk ujung alisnya sebelum kembali bersuara “sangat buruk, sampai aku tidak bisa menangani dan sebagai gantinya Yunho hyeong yang harus pergi”

Jaejoong terlihat kesal dengan jawaban Changmin “aku tahu itu…”

“Yunho hyeong berpesan padaku agar tidak membicarakan masalah ini denganmu Jaejoong-ssi”

“kenapa?”

“ia tidak ingin kau cemas…”

“lagipula aku sudah cemas, sekalian saja ceritakan” Jaejoong mendesak 
Changmin “Ah! Kalau begitu aku punya penawaran!”

“bagaimana?” Changmin tertarik.

“kau ceritakan keadaan perusahaan yang sebenarnya, dan aku akan menjawab tiga pertanyaanmu dengan jujur”

Changmin berpikir sejenak “seperti jin dalam lampu ajaib?”

Jaejoong tertawa kecil mendengar perumpamaan itu, namun kemudian menangguk.

“baiklah!” sebenarnya jika tidak dilarang oleh Yunho ia juga ingin menceritakan keadaan perusahaan kepada Jaejoong, ia ingin yeoja itu paling tidak membujuk Yunho untuk kembali tinggal di Seoul. “ada rumor buruk yang beredar tentang perusahaan. Kau tahu mendiang ayahnya Yunho hyeong kan?”

Jaejoong mengangguk.

“dulu, waktu masih muda presdir Jung terlibat dalam sebuah kelompok gangster yang bekerja untuk perusahaan-perusahaan besar. Ayah Yunho hyeong sempat dipenjara dan diasingkan oleh keluarganya sendiri. Tapi setelah sekian lama akhirnya ia bertaubat dan merintis bisnis yang bersih. Selama beberapa tahun perusahaan itu berdiri dengan tatapan sinis dari orang-orang, tapi akhirnya berhasil bangkit dan menjadi besar.”

“aku baru mendengar cerita itu” aku Jaejoong.

“Yunho hyeong memang tidak ingin cerita ayahnya menjadi konsumsi publik” sahut Changmin singkat “setelah mendapat modal yang cukup akhirnya JYH berdiri dan terus berusaha untuk sukses. Tapi sebelum Jaejoong-ssi datang ke perusahaan kami dan membuat JYH terkenal seperti sekarang ini, ayah Yunho hyeong keburu meninggal”

Jaejoong ternganga, selama lima tahun bersama JYH, inilah pertama kalinya ia mendengar kisah tentang ayah Yunho. Ia bukan tidak pernah bertanya-tanya, tapi Jaejoong lebih memilih untuk membiarkan Yunho sendiri yang bercerita tentang kehidupan pribadinya.

“lantas?” Jaejoong menunggu kelanjutan cerita tentang perushaan.

“hilangnya Jaejoong-ssi disebut-sebut sebagai penculikan yang dilakukan oleh musuh JYH yang menggunakan jasa genster”

Jaejoong mengela nafas tak habis pikir “omong kosong macam apa itu!” keluhnya pendek.

Empat

Semua anggota pemegang saham telah berkumpul di ruang rapat. Mereka telah menunggu sekitar lima belas menit lamanya untuk menunggu presdir Jung Yunho yang katanya sedang berada dalam perjalanan.

Sekretaris Cho terpaksa harus mendengarkan semua omelan yang menuntut agar rapat dimulai secepatnya. Berkali-kali ia melihat jam dan berjalan mondar-mandir di depan pintu ruangan dengan resah, sampai akhirnya sosok itu datang.

“berapa lama aku terlambat?” ujar direktur Jung.

“lima belas menit, presdir” sahut sekretaris Cho yang langsung membukakan pintu untuk Yunho.

Yunho langsung menyapa semua anggota pemegang saham dan tidak lupa meminta maaf atas keterlambatannya. Yunho tidak membuang waktu lagi, ia langsung menuju podium untuk melakukan presentasi bulanannya. 

Sesi presentasi berlangsung sekitar lima belas menit, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Beberapa tangan langsung terangkat begitu presdir Jung meminta tanggapan para anggota pemegang saham tentang keadaan perusahaan akhir-akhir ini.

“Presdir Jung, rumor yang beredar di internet semakin memburuk. Hm… sepertinya kita harus segera membereskan hal ini sesegera mungkin. Apa kau sudah punya solusi?” tanya Choi Siwon yang terkenal perfeksionis.

“saya tahu benar tentang rumor itu, pertama-tama saya harap anda semua tidak panik. Rumor itu akan saya bereskan sesegera mungkin bersama para wartawan. Ayah saya tidak ada kaitannya dengan masalah ini, anda semua juga sempat mengenal beliau, kan? Presdir Jung sudah lama sekali meninggalkan masa kelamnya sebagai ganster. Jadi mohon bantuannya untuk mengklarifikasi masalah ini pada media…”

“umm… Presdir!” kali ini ibu Shin yang terkenal judes mengacungkan tangan, memotong pembicaraan Yunho “saya pikir masalah ini memang bukan sama sekali tentang mendiang presdir Jung. Masalah ini 100% adalah salah Kim Jae Joong, ia menghilang tanpa sebab namun kita jadi terkena imbasnya.  Menurut hemat saya, kita lepaskan saja Kim Jaejoong…”

“bukankah itu terlalu terburu-buru nyonya Shin?” sanggah Yunho.
Nyonya Shin terdiam sejenak, ia merasakan kebenaran dalam kata-kata Yunho.

“sekitar seminggu yang lalu Kim Jaejoong baru saja memperpanjang kontraknya bukan?” kali ini tuan Han yang usianya sudah sepuh ikut berdiskusi.

“benar, namun saat itu Kim Jaejoong belum menandatangani kontraknya” sahun Yunho pendek, ia menanti kelanjutan kata-kata tuan Han.

“kalau begitu kita sebarkan saja berita bahwa Kim Jaejoong menolak perpanjangan kontrak setelah berkonsultasi dengan kuasa hukumnya” mendengar pendapat tuan Han yang dikenal bijak itu, banyak orang yang mengangguk-anggukan kepalanya setuju.

Yunho semakin geram, tangannya mengepal kuat di atas meja podium. Di ruangan ini, selaini dirinya, tidak ada satu orang pun yang membela Jaejoong meski perusahaan ini melejit namanya karena penyanyi itu.

“apakah menurut tuan Han, itu yang terbaik?” Yunho memastikan kembali pendapat sesepuh itu.

Tuan Han membenarkan letak kacamatanya sebelum ia kembali berbicara “aku tahu nak, itu perbuatan yang kejam. Bagaimanapun puncak kesusksesan pernah di raih oleh perusahaan ini sejak bergabungnya Kim Jaejoong” tuan Han mengambil jeda sejenak “tapi jika tidak melakukan ini, perusahaan akan semakin dalam bahaya. Dengan sangat menyesal, Kim Jaejoong harus kita lepaskan…”

Yunho menelan ludah, tenggorokannya panas seperti terbakar. Ia tidak mampu lagi berkata-kata. Rapat hari ini berakhir dengan solusi memutuskan kerja sama dengan Kim Jaejoong dan membuat pres konferens esok hari. Perusahaan nampaknya akan segera membaik dalam hitungan minggu, namun entah bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Kim Jaejoong.

***

Lima

Setelah rapat itu berakhir Yunho mengurung diri di ruangannya. Meski rapat pemegang saham telah memutuskan kerja sama dengan Jaejoong ia masih berusaha untuk menemukan jalan agar karir Jaejoong bisa selamat. Semua pihak yang mungkin bisa membantu sudah ia hubungi, namun tidak ada titik terang sedikitpun.

Tok… tok…

Yunho yang masih bersandar di kursinya mempersilakan masuk orang yang mengetuk pintu. Orang itu tiada lain adalah sekretaris Cho, ia terlihat ragu-ragu saat meminta izin.

“ada apa sekretaris Cho?”

“begini Presdir, sebelum pergi wakil Presdir Shim memintaku untuk mencari 
tahu tentang orang ini…” ia kemudian menyodorkan sehelai foto.

“siapa orang ini?” tanya Yunho bingung.

“orang itu adalah Park Yoochun”

Yunho merasakan desiran aneh dalam dadanya saat mendengar nama itu 
“Changmin sudah menemukannya?”

“Ah… saya pikir beliau sudah memberi tahu anda…”

Yunho menggeleng “tidak, dia pasti lupa karena waktu kami bertemu di pelabuhan waktunya sangat mendesak”

Kyuhun melanjutkan laporannya “beberapa hari yang lalu wakil presdir tidak sengaja bertemu dengan orang ini di kedai soju. Saya kemudian diminta untuk mencari data tentang orang-orang yang bekerja di kepolisian bagian kriminal distrik Seoul. Wakil presdir Shim mengenali orang ini dan menyuruh saya untuk mencari tahu tentang kehidupannya”

“lalu? Kau menemukan sesuatu?”

“ne…” Kyuhyun tidak langsung menjelaskan, wajah ragu itu kembali terlihat.

“bisa kau menceritakannya sekarang?”

“apakah anda mengenal Mr. Kim Xia?”

“Ya, pengusaha dari Amerika yang berinvestasi di perusahaan kita tahun lalu kan?”

“sudah berapa lama anda mengenal orang itu?”

Yunho semakin bingung dengan arah pembicaraan Kyuhyun “hmm…ya... sejak sekitar satu tahun yang lalu itu...” ia memperkirakan.

“belum lama ini wakil presdir Shim bertemu dengan Mr. Xia, dan dari yang saya lihat mereka sudah saling dengan akrab sebelumnya”

“tunggu, apa hubungannya dengan Park Yoochun?”

“data yang saya dapat hari ini, ternyata Park Yoochun memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Kim Xia atau nama koreanya, Kim Junsu”

Pikiran Yunho masih mengawang-awang, ia tidak mengerti bagaimana hubungan perusahaan dengan si pembunuh bayaran itu menjadi dekat sekali. 
“kau memiliki dugaan sementara sekretaris Cho?” Yunho meminta pendapat.

“hm… saya tidak tahu ada apa sebenarnya dengan dua orang itu, tapi jika Park Yoochun benar-benar orang jahat seperti yang dikatakan wakil presdir Shim, aku rasa perusahaan ini bisa jadi dalam bahaya”

Yunho menegakan punggungnya “maksudmu?”

“Park Yoochun memiliki akses tidak langsung untuk mengorek informasi dari perusahaan melalui Kim Junsu”

“maksudmu mereka memanfaatkan Changmin?”

“benar”

Yunho memejamkan matanya, ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Saat ini yang lebih penting dari perusahaan mungkin sedang benar-benar terancam. Kim Jaejoong dan pernikahannya.

***

Enam

Jaejoong percaya bahwa data-data aliran dana kotor perusahaan JYH Entertaiment itu hanya karangan belaka. Namun jika data ini sampai ke tangan wartawan dan menjadi pembicaraan publik, tentu akan menjadi masalah besar bagi JYH. Jaejoong tidak ingin Yunho berada dalam masalah gara-gara dirinya.

Tangan Jaejoong kemudian berhenti melipat pakaian miliknya yang sebagian besar telah tertata rapi dalam koper. Wajah sendunya terpantul di cermin rias dan hal itu membuatnya kembali gamang mengambil keputusan.

“bukankah jika aku pergi Yunho tetap akan tertimpa masalah berat?” gumam batinnya

“atau… aku tetap di sisinya untuk membereskan rumor ini?”

“tidak Kim Jaejoong, sejauh ini keberadaanmu hanya menimbulkan masalah baru untuk JYH. Bagaimana jika selanjutnya akan ada hal yang lebih buruk dari ini?”

“aah… tenanglah… Junsu tidak akan bertindak sejauh itu”

“apa maksudmu dengan tidak bertindak jauh? Dia bahkan bisa membunuhmu tanpa menggunakan tangannya?? Kau pikir bagaimana dengan nyawa Yunho? 

Apakah dia aman?”

Perang batin terus berlangsung, Jaejoong tidak tahu pihak mana yang benar. Ia sama sekali tidak ingin pergi, namun keinginannya untuk melindungi Yunho jauh lebih besar dari itu.

Jaejoong sudah membereskan barang-barang yang diperlukannya dalam satu buah koper dan satu tas kecil. Ia berdiri cukup lama di depan pintu kamar, bimbang mengambil keputusan yang dibuatnya beberapa saat lalu. Ia akan pergi dari sini, dari hidup Yunho. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya nanti, namun satu hal yang bisa ia pastikan: Yunho akan selamat.

Detak jarum jam dinding yang terdengar kencang kemudian menyadarkannya bahwa hari masih buta, baru pukul 04.00. Masih banyak waktu yang tersisa dari batas yang diberikan oleh Junsu. Namun ia memilih untuk segera mengakhiri ini. Setelah menarik nafas panjang, ia pun siap untuk pergi.

Drrrrrrttt… drrrrttt…

Tiba-tiba saja ponselnya bergetar, nama Yunho dengan tanda love muncul di layar ponselnya. Kim Jaejoong tiba-tiba saja ingin menangis, jarinya langsung mengarah ke tombol reject namun ia putuskan untuk mendengar suara Yunho untuk yang terakhir kalinya.

“…”

“wae…?”

“kau tidak tidur?” tanya Yunho

“hm… aku tidak bisa tidur”

“memikirkanku?”

Jaejoong tersenyum “aku kan tidak mungkin memikirkan namja lain!”

“hati-hati…”

“hm? Pada apa?”

“Changmin, dia itu playboy, kau tahu?”

“tahu, tentu saja. Tadi kami sudah banyak mengobrol”

“Ohh??” Yunho terdengar kaget “sudah sedekat itu? Yaaah… Changmin benar-benar tahu cara mendekati yeoja!”

“kau bagaimana?” tanya Jaejoong

“apa?”

“bagaimana rapat tadi?”

“seperti biasa, membosankan!” ada kepahitan yang tiba-tiba dirasakan Yunho saat mengatakannya, ia teringat lagi bahwa tujuan awal ia menelpon adalah untuk memberi tahukan kabar buruk itu pada Jaejoong. Bahwa perusahaan akan memutuskan kerja sama dengannya.

“kau baik-baik saja?”

“tidak… aku sangat kesepian di sini”

Jaejoong menatap kopernya dengan sedih “makanya kau harus punya banyak teman Jung Yunho! Apa kau pikir buku-buku itu bisa kau ajak bicara?”

“aku hanya perlu kau, aku tidak butuh teman…”

“ch! Aku tidak suka namja penyendiri”

“mwoya?? Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?”

“tidak, hanya saja… kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya kan. Kau harus mulai mencari banyak teman, jangan sibuk terus di ruanganmu. 
Perhatikan orang-orang di sekitarmu…”

“kau benar-benar cerewet nyonya Jung!”

“Yunho-yah…”

“Jaejoong-ah…”

Ucap keduanya bersamaan.

“apa? Ada hal yang ingin kau bicarakan?” tanya Yunho

“ya, kau juga ada? Kalau begitu kau duluan” sahut Jaejoong.

Yunho mengambil jeda sejenak “sebenarnya ada kabar buruk yang ingin kusampaikan padamu”

“apa itu?”

“apa kau ingin mendengarnya sekarang?” Yunho berharap Jaejoong menolaknya. Ia sendiri tidak siap, namun ia takut Jaejoong mendengar rumor itu dari orang lain.

“kalau kau tidak ingin mengatakannya sekarang, aku bisa menunggumu”
Yunho tersenyum, ia merasa Jaejoong sangat mengerti perasaannya 

“begitukah? Kalau begitu aku akan mengatakannya saat kita bertemu nanti”
Jaejoong menelan ludah, “aku tidak tahu kapan kita bertemu lagi…”

“sekarang giliranmu!” pinta Yunho

“aku hanya ingin bertanya”

“apa?”

“kau percaya takdir?”

“tentu saja!” sahut Yunho cepat

“baguslah”

“apa maksudmu?”

“kau akan tahu…”

“hmm em? Kau aneh sekali boojae”

“jam berapa di sana?” Jaejoong mengalihkan pembicaraan saat air mata sudah terasa menggenang di pelupuk matanya.

“sudah pagi”

“kalau begitu, cepat mandi lalu sarapan. Oh ya, jangan makan sendirian, ajak siapa saja makan bersamamu, araseo??”

“kau mau tidur lagi?”

“aku tidak bisa tidur semalaman, tapi setelah mendengar suaramu aku jadi mengantuk”

“hehehe, geurae, tidurlah yang nyenyak. Bangun nanti siang saja. Tidak udah cemaskan sarapan untuk Changmin, dia bisa memakan apa saja!”

Waktu itu, Jaejoong menyadari bahwa percakapan mereka akan segera berakhir.

“aku tutup ya…” kata Yunho

“Yunho-yah…”

Yunho menahan gerakannya untuk mengakhiri sambungan telpon.

“saranghae”

“aku duluan yang mematikan telepon…” ujar Jaejoong lalu menekan tombol di ponselnya untuk mengakhiri sambungan.

Yunho tersenyum, sedetik kemudian terdengar suara nada sambungan terputus. “dasar! nado saranghae...” gumamnya pelan.

Yunho masih menatap layar ponselnya, lalu ia teringat pesan Jaejoong. Tak lama kemudian ia mencari sebuah kontak di ponselnya dan memanggil orang tersebut.

“yeoboseyo?”

“ne, direktur?”

“kau sudah bangun”

“ne… ne… ada apa direktur?”

“kau bisa ke tempatku sekarang?”

“bisa direktur, apa terjadi sesuatu?”

“tidak aku hanya ingin sarapan dengamu”

“ye?” suara di seberang sana terdengar kaget

“kalau begitu aku tunggu kedatanganmu, sekretaris Cho”

Tut… tut… tuuuut

Kyuhyun terpaku sejenak setelah menerima panggilan itu “wmoya?” bengongnya.

Tujuh

Jaejoong melangkah pelan menyusuri jalan setapak meninggalkan rumahnya. Ia menyeret koper sambil menangis, akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Demi orang yang telah menjaga mimpinya bertahun-tahun dan melindunginya dari masa lalu yang tidak ingin ditemuinya lagi. Kali ini ia mengumpulkan keberanian untuk kembali lagi ke masa lalu dan melindungi orang yang berharga baginya.

Setelah cukup jauh berjalan, ia berhenti sejenak. Sekarang ia berada di jalan yang paling gelap. Dulu ia tidak akan berani melangkah sejauh ini tanpa Yunho, namun sekarang ia harus melakukannya, demi Yunho. Tanpa sengaja Jaejoong menengadahkan kepalanya ke langit dan mengenali seuatu di atas sana, rasi bintang Cassiopeia. Entah kenapa, setelah melihatnya Jaejoong seperti memiliki kekuatan lagi untuk menempuh jalan yang kini dipilihnya. Ia meraba bandul kalung di lehernya lalu kembali berjalan.

***

Perkemahan kecil itu terlihat sepi, sebuah tenda kecil berdiri di depan sisa api unggun semalam. Asap putihnya membumbung rendah dimainkan udara pagi yang menggigit. Jaejoong merapatkan sweater hitamnya yang terlihat kebesaran, ia duduk di atas potongan kayu di dekat sisa api unggun tadi. Matanya tiba-tiba terpaku sebuah kotak, ia tahu di dalamnya ada beberapa 
makanan.

Junsu terbangun lagi oleh gigitan nyamuk di permukaan pipinya. Ia sangat kesal karena sepanjang malam terus terbangun untuk memukuli serangga kecil yang haus darah itu. Kali ini ia sadar bahwa hari mulai terang, ia bisa melihat sinar matahari mulai menembus jendela tenda.

Di sampingnya Yoochun masih tidur pulas mengenakan kupluk jaket yang sengaja dikerutkan hingga matanya tidak terlihat. Dengkuran halus yang terdengar dari sobatnya itu menandakan bahwa masih butuh beberapa jam lagi baginya untuk terbangun. Tiba-tiba Yoochun menggeliat tidak sadar dan tangannya menimpuk wajah Junsu. Junsu menyeringai kesal, ia pun memutuskan keluar tenda, untuk menikmati udara segar di hutan asing ini.

Tepat saat ia selesai menggunakan sepatunya, Junsu tersadar bahwa ada seorang yeoja yang tengah memperhatikan dirinya.

“Jaejoong ah” Junsu terperangah.

Jaejoong tersenyum sambil mengangkat mug di tangannya “aku menyeduh sereal yang ada di kotak makananmu, aku lapar sekali…”

Junsu berjalan mendekat dengan tatapan tak percaya “sejak kapan kau di sini?”

“tepat sebelum matahari terbit” Jaejoong menunjuk matahari dengan isyarat dagunya.

“kau… sudah membuat keputusan?”

Jaejoong meneguk serealnya untuk mengalihkan tatapan mata dari namja itu. Ia kemudian mengeluarkan tab yang kemarin diberikan Yoochun lalu menyodorkannya pada Junsu “kau harus menyelesaikan masalah JYH hari ini juga, setelah itu aku akan benar-benar pergi ke Amerika dengamu”

Junsu masih menatap tak percaya, ia jongkok di depan Jaejoong dan meraih tangan yeoja itu. “kau… benar-benar akan kembali?” tanyanya dengan tatapan berbinar.

Jaejoong menagguk pelan, meyakinkan. Dalam hatinya ia tahu ia begitu terluka, namun tidak ada waktu untuk mengurusi luka itu, ia hanya akan berjalan lurus dan menyelesaikan semuanya dengan baik. Ia akan menunggu sampai takdir baik datang kepadanya.

Junsu tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menarik Jaejoong ke dalam pelukannya. “gomawo Jaejoong ah…” lalu setitik air mata jatuh ke pipinya “kau membuat keputusan yang tepat…” ia memeluk Jaejoong semakin erat.

Jaejoong tidak bereaksi, ia hanya menepuk-nepuk pundak Junsu sebagai teman lama yang sudah lama berpisah.

Sampai berjumpa lagi Jung Yunho…

***

Gomawo sudah membaca FF ini, silahkan beri komenter ya... ^ ^
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar