Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho, Shim Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun
Other Cast:
Cho Kyuhyun
Cameo:
Go Ara, Han Ji Min, Song Ji Hyo, Choi Jin Hyuk
Genre: Romance
~~~
Akhirnya sampai juga di episode 9, meskipun entah ada yang baca atau enggak, author masih tetap semangat menulis kelanjutan ceritanya. Soalnya mimpi author memang jadi penulis sih ^ ^. Untuk episode 10 sebagai ending dari FF ini tidak akan author publish di blog, jadi bagi yang mau baca silakan kirim email ke dcassiopeia93@gmail.com syaratnya kamu cuma perlu tulis komentar lewat email saja, tentang FF pertama author yang masih sangat abal-abal ini, oke ^ ^.
Oke, happy reading
~~~
Satu
Yunho mematut dirinya di cermin, kemeja putih yang
dipadukan dengan jas hitam model terbaru itu membuat penampilannya kian
kharismatik. Yunho akhirnya bisa memasangkan dasinya setelah berkali-kali
gagal. Ia memang tidak terampil dalam hal ini. Lalu, sebelum keluar dari kamar
tidur, sekali lagi ia merapikan tata rambutnya dengan jemari tangan kanan.
Selesai, ia pun siap untuk kembali ke kantor.
“apakah orang-orang di kantor tahu apa yang terjadi
padaku?” tanya Yunho begitu bertemu dengan sekretaris Cho.
“orang-orang tahu anda masuk rumah sakit karena
kelelahan, presdir” sahut Kyuhyun.
Yunho menangguk paham dan segera memasuki mobil. Diliriknya
pergelangan tangan kiri yang masih menyisakan rasa perih itu, dan sekali lagi
sesal itu datang menghampirinya. Mungkin setelah lukanya kerin nanti ia harus
operasi untuk menghilangkan bekas luka.
“presdir, apakah anda baik-baik saja jika pergi ke
kantor hari ini?”
“aku sudah bisa berdiri tegak, sekretaris Cho” jawab
Yunho menegaskan kondisi tubuhnya.
“maksudku, karena hari ini ada pengambilan gambar untuk
Kim Jaejoong…”
Yunho menarik nafas, tiba-tiba saja ia teringat
ekspresi wajah Jaejoong yang begitu terluka saat ia abaikan di rumah sakit “aku
sudah tahu, Changmin mengabariku soal itu, kemarin. Tidak masalah, aku bisa
mengatasinya”
Flashback
“besok kau tidak usah ke kantor dulu…” kata
Changmin sambil ‘merampok’ sosis dari lemari es Yunho.
“dokter bilang aku sudah boleh
beraktivitas” jawab Yunho.
“bukan itu masalahnya hyeong, nuna itu ada
di perusahaan, besok ia ada jadwal pengambilan gambar di studio kita”
Yunho sibuk dengan ponselnya “geurae?”
Changmin melirik curiga ke arah Yunho
karena reaksinya yang terlalu biasa itu
“apa maksudmu ‘geurae’?”
“aku tidak peduli ada dia atau tidak, itu
perusahaanku. Aku berhak datang ke sana kapan pun aku suka”
Changmin melongo, ada rasa syukur bercampur
cemas meliputi hatinya.
Flashback end
***
Dua
Studio V sedang sibuk mempersiapkan acara pengambilan
gambar untuk MV duet Kim Junsu dan Kim Jaejoong. Para staff berlalu-lalang
menyiapkan ini dan itu. Di antara keramaian itu nampak Kim Jaejoong tengah
dirias sesuai dengan konsep MV. Kim Jaejoong berperan sebagai puteri dalam
dongeng yang jatuh cinta pada manusia nyata yang diperankan oleh Kim Junsu. Ia
memakai gaun putih yang anggun. Kecantikannya bertambah menjadi dua kali lipat
jika dirias begitu.
Jaejoong POV
Dia datang! Ia datang ke lokasi syuting dan
bercakap-cakap dengan beberapa staf yang tengah bekerja. Meski aku adalah aktris utama dalam MV ini, namun
ia seperti tidak melihatku. Ia bahkan menyapa Kim Junsu, orang yang hampir dan
mengancam akan menghancurkan JYH, namun mengabaikanku, orang yang menyelamatkan
mimpinya.
“Apa yang kau mau Kim Jaejoong…?” tanya diriku sendiri
bingung.
Aku hanya bisa menghela nafas dan pasrah untuk kembali
di rias.
Junsu POV
Dia menyapaku seolah tidak tahu apa-apa. Dia bertanya
beberapa hal ringan seperti ‘bagaimana Korea’ dan ‘apa ada keluhan tentang staf
kami’. Selebihnya ia bersikap seperti layaknya presdir perusahaan. Aku tidak
melihat luka sedikitpun padanya. Ia mungkin bukan laki-laki baik seperti yang
dipikirkan Jaejoong selama ini. Cih! Tapi entah kenapa sikap seperti itu malah
menggangguku.
Yoochun POV
Entah apa yang harus kulakukan dengan syuting pertama
yang dijadwalkan hari ini. Sampai kemarin, Junsu dan Jaejoong belum juga saling
bicara, mereka masih mempertahankan ego masing-masing dan memilih untuk
melanjutkan perang dingin mereka. Aku jadi bingung, sebenarnya siapa sih yang
ingin punya album duet dan MV? Kenapa aku jadi repot sendiri begini…???
~~~
Yoochun memutuskan untuk membriefing para model MV
terlebih dahulu beberapa menit sebelum syuting di mulai.
“YAA!!! Kalian berdua, berdamailah dulu untuk saat ini.
Eoh?” bujuk Yoochun putus asa.
“kau tenang saja Yoochun-ah, aku penyanyi profesional,
saat aku bekerja aku tidak melibatkan perasaan pribadiku”
“bagaimana aku tidak khawatir, hah? Saat ini saja
tampang kalian seperti orang yang ingin saling membunuh, tahu?”
“aku bisa mengatasinya Yoochun-ah” hanya itu yang Junsu
katakan saat melihat sobatnya stress.
“kalian kan tahu, di sini banyak adegan romantis…
bagaimana mungkin kalian bisa melakukannya dengan baik kalau begini?”
“musik akan membantu Yoochun-ah. Saat syuting nanti
musik akan diputar bukan? Aku akan berusaha mengikuti feeling dalam musik itu”
Junsu mengangguk setuju “ya, begitu saja!” sahutnya
pendek.
Yoochun mengusap jidat lebarnya, ia belum tenang benar,
tapi untuk berdebat kembali dengan dua orang di hadapannya ia juga tidak mau
“baguslah, setidaknya kalian sudah kompak dalam memberiku saran!”
Syuting pun dimulai
***
Ara berjalan mendekati Yunho yang sepertinya tengah
fokus memperhatikan jalannya proses syuting.
“coffee?” tawarnya sambil mengulurkan segelas kopi yang
masih panas dan menguarkan aroma legit khas yang menggoda.
Yunho tersenyum menerima minuman itu “sebenarnya untuk
keperluan apa kau ke sini?” goda Yunho.
“mwo? Tentu saja untuk bekerja…” jawab Ara bingung.
“tapi aku tidak pernah melihatmu bekerja” Yunho
memiringkan kepalanya sambil menyipitkan mata, sangsi “kau hanya berkeliaran di
sekitarku… apa kau masih menyukaiku, huh?”
Ditanya begitu Ara tentu saja langsung gelagapan, tanpa
sadar ia meneguk cepat kopi panasnya membuat tenggorokan serasa terbakar “kau
tahu, kan… keahlianku” Ara membuat gerakan dengan jemari tanganya “aku seorang
editor video, aku baru bisa bekerja setelah syuting ini selesai!”
Yunho mengerucutkan bibirnya “benarkah?” ia ikut
meneguk kopi dengan gerakan yang lebih pelan.
“soal aku yang masih menyukaimu… apa kau keberatan jika
memang iya?” Ara memberanikan diri.
Sekarang giliran Yunho yang gelagapan, ia tidak
menyangka Ara akan menanggapi serius candaannya “yaaa…!” ia tersenyum hambar
“kau tidak takut ditolak lagi olehku?”
Ara memasang tampang sedih “jadi kau sudah berpikir
akan menolakku rupanya…” bahunya merosot.
Yunho tertawa tulus kali ini, ia teringat tingkah
kekanakan Ara dulu saat mengejarnya dengan gigih sampai mereka bisa berteman
sampai saat ini
“berhentilah memikirkanku, aku tidak suka wanita!” kata Yunho
setengah berbisik.
Ara terperanjat sungguhan “OPPPAA!!” matanya melotot
“jangan menggunakan alasan itu untuk menolak yeoja. Menjijikkan tahu!!!”
Yunho tertawa lebih keras, ia mengacak-acak rambut Ara
dengan gemas “habis aku tidak tahu bagaimana membuatmu menyerah”
Ara menepis tangan Yunho dari kepalanya lalu merapikan
rambutnya yang sekarang seperi rambut singa “ara, ara, aku tahu, aku sangat
mengerti. Aku bukan tipemu, aku tidak modis dan terkadang bersikap seperti anak
SMP, begitu kan alasan sebenarnya!” sungutnya.
“anak pintar!” Yunho masih tetap tersenyum menggoda
yeoja itu.
Ara menggeser posisisnya selangkah lebih dekat dengan
Yunho “kau pikir aku percaya dengan kebohongan itu?” sekarang Ara meraih pundah
Yunho, sok akrab “semakin ditolak aku akan semakin menempel seperti permen
karet”
“aku tidak bohong!” elak Yunho.
“lalu kenapa kau masih menungguku sampai sekarang?”
“siapa yang menunggumu?” Yunho menarik dagunya ke
dalam.
“lantas kenapa kau masih sendiri?”
Yunho membeku, namun ia berusaha terlihat santai “aku
tidak sendiri”
“kau punya pacar?” Ara nyaris berteriak.
“YAAA! ssssstt” geram Yunho “kau mau membuat pengumuman
atau apa?” ia melirik ke sekitarnya, beberapa orang memperhatikan mereka karena
suara Ara barusan.
Ara membekap mulutnya sendiri.
Yunho menggangkat gelas kopinya “terimakasih, akan
kutraktir lain kali” ia lantas bergegas pergi meninggalkan lokasi syuting.
Tanpa disadari siapapun, ada sepasang mata sedih di
sana. Hatinya tercabik pelan, ia ingin menangis lagi tapi akan sangat aneh jika
itu terjadi. Kim Jaejoong mendongakan kepalanya, berharap air mata itu tidak benar-benar
menjadi gerimis di pipinya.
Tiga
Proses syuting telah berakhir satu jam yang lalu,
Jaejoong merasa tubuhnya sangat lelah, namun ia masih enggan untuk pulang ke
apartemen. Ia memutuskan untuk menenangkan diri ke lantai atas, dulu ia juga
sering melakukan ini. Duduk-duduk sambil melihat pemandangan kota Seoul dari
atas, diterpa angin, sambil meminum cokelat hangat, bersama Yunho…
Jaejoong mengedarkan pandangannya lurus ke depan, ia
melihat langit tidak berbintang, angin juga bertiup lumayan kencang, mungkin ia
harus waspada akan turun hujan nanti. Diteguknya cairan cokelat hangat yang
menjadi salahsatu minuman kesukaannya itu lalu ia melamun lagi. Ia teringat
Yunho kali ini, bahkan sejak dari tadi, saat di lokasi syuting.
“kau melupakanku dengan baik Yun” gumamnya pelan. Ia
tidak bisa menangis karena setidaknya dulu, itulah yang ia inginkan, Yunho
melupakannya dan bahagia dengan mimpi terbesarnya, JYH Entertaiment. Akhirnya
Jaejoong hanya tersenyum pedih, baru menyadari bahwa harapan itu sangat bodoh.
Harapan itu melukai dan menghancurkan dirinya sendiri, pelan-pelan.
“Kim Jaejoong-ssi!” panggil seseorang di belakangnya.
Jaejoong menoleh, itu Go Ara.
“kau di sini rupanya!” ia nampak kelelahan setelah naik
tangga “Park Yoochun sunbaenim mencarimu”
“ada apa?” tanya Jaejoong datar.
“entahlah, sebentar, biar aku hubungi dia” ia lalu
mengetik sesuatu di ponselnya lalu berjalan mendekat, ke samping Jaejoong yang
berdiri di dekat tembok “kau sedang apa di sini?”
“hanya, menenangkan diri” jawab Jaejoong asal.
“kau sedang mencemaskan sesuatu?”
Jaejoong terlihat ragu menjawab “anhi, bukan itu. Aku
hanya kelelahan setelah syuting, untuk memulihkan tenangaku aku biasa
menyendiri”
“hmm…” Ara mengangguk-angguk.
“Ara-ssi…” Jaejoong terpikir untuk menanyakan sesuatu
“apa kau dekat dengan presdir Jung?”
“ah, anhi, tidak, tidak” ia mengibas-ngibas tangannya
di depan wajah “kami hanya teman lama yang bertemu lagi”
“teman lama?”
“ya… dulu dia seniorku di kampus”
“kalian terlihat… serasi” sedetik kemudian Jaejoong
langsung menyesali ucapan itu. “Bodoh! Bodoh! Bodoh! Untuk apa kau bilang
begitu Jae!!”
Mendengar komentar Jaejoong, Ara malah tertawa
kegirangan “sebenarnya, aku mengejar-ngejar dia dari dulu. Kau ingat namja yang
kubicarakan di pesawat? Itu adalah Yunho oppa. Aku senang sekali mendengarnya
Jaejoong ssi,
gomawo…”
“jadi, kalian berpacaran?” tanya Jaejoong penasaran.
“hummm” Ara mengerucutkan bibirnya sambil berpikir “aku
rasa, itu akan segera terjadi” senyumnya mengembang lebar.
Sreeeetttt
Luka itu bertambah dalam dan semakin parah. Jaejoong
merasakan sakit yang diam-diam bisa melumpuhkan semua anggota badannya.
“Jaejoong-ah!” Yoochun datang. Ia lalu meminta Ara
pergi dengan alasan ada hal pribadi yang ingin ia bicarakan dengan Jaejoong.
“setelah urusan album kalian selesai, aku akan mengajak
Junsu menemui psikiater, kau mau pergi bersama?”
“kau pikir Junsu akan mau?”
Yoochun menggeleng “untuk itulah kau perlu membujuknya
dari sekarang”
“aku tidak pandai membujuk” jawab Jaejoong
“lakukan saja seperti sebelumnya”
“maksudmu?”
“seperti saat di rumah sakit”
Jaejoong berpikir sejenak “maksudmu, mendorongnya
menjauh dariku?”
Yoochun mengangguk pelan “aku belum yakin, tapi kau
penyebab Junsu sakit seperti ini. Jika kau menolak ia terus menerus, Junsu akan
sadar bahwa tindakanya terobsesi padamu adalah sia-sia”
“itu… terdengar berbahaya” komentar Jaejoong.
“kita harus mencobanya, bukan?”
Jaejoong mengangguk setuju “Yoochun-ah…”
“hm?”
“kenapa tidak kau sendiri yang melakukan itu dari
dulu?”
“apa?” Yoochun tidak mengerti.
“bukankah kau bisa meyadarkan Junsu sejak dulu? Kau
tahu kan, ia sakit, kenapa kau berpura-pura berada di pihak yang sama dengan
Junsu?”
Tatapan Yoochun menerawang, Jaejoong benar, jika mau,
ia bisa membawa Junsu ke psikiater dari dulu, memarahinya, menyadarkannya bahwa
obsesinya tidak berguna “kau tahu kan, Junsu tidak mudah percaya pada orang
lain”
Yoochun mengela nafas sejenak “sejak dulu hanya kau dan aku teman
dekatnya. Kau memang pantas pergi, karena Junsu telah menyakitimu, karena itu
aku tidak bisa ikut pergi. Apa jadinya anak itu jika kedua sahabat yang paling
dipercayainya sama-sama berhianat”
Jaejoong terdiam, baru kali ini ia bisa memahami dengan
jelas semua tindakan Yoochun “mianhae…” ucapan itu meluncur tanpa ragu.
Yoochun tersenyum, persahabatan lama yang nyaris hancur
itu mulai disinari harapan untuk kembali terbangun. “gwaenchana” sahutnya
pendek.
Empat
Syuting hari kedua dimulai kembali, masih tersisa
beberapa adegan yang harus dilakukan oleh kedua bintang utama yaitu Junsu dan
Jaejoong.
Yoochun memberi beberapa pengarahan sebelum adegan
pertama dimulai. Junsu dan Jaejoong akan berdansa diiringi musik klasik yang
romantis, kameraman diminta untuk mencoba mengambail gambar, setelah OK. Yoochun
memberi aba-aba agar adegan dimulai.
Junsu memimpin gerakan dansa dengan lembut. Tangan
kirinya yang kokoh berada di pinggang Jaejoong yang ramping, sementara tangan
kanannya mengenggam jemari yeoja itu tidak terlalu erat. Junsu bisa merasakan
musik membimingnya untuk melakukan semua gerakan dengan penuh penjiwaan.
Ditatapnya mata yeoja itu dengan perasaan tulus seperti yang ia rasakan selama
ini. Mereka berdua berputar-putar indah mengikuti alunan musik, berhenti dengan
gerakan yang anggun, saling menjauh, lalu melepaskan tautan jemari, lalu
kembali lagi dengan berpelukan.
Yoochun baru puas dengan hasil take ke-3. Ia kemudian
mengarahkan lagi para staf untuk bersiap mengambil adegan selanjutnya. Kiss
scene.
Jaejoong akan diangkat ke udara menggunakan tali
sedangkan Junsu berada di tanah, melepas kepergian kekasihnya yang tinggal di
negeri dongeng dengan segala kesedihan karena tidak mampu menggapainya.
“Junsu-yah, bagaimana kita akan melakukannya?” Jaejoong
mengajak Junsu untuk berlatih adegan itu.
Junsu malah gelagapan “apa maksudmu?”
“adegan kita selanjutnya, tentu saja! Kau tidak mau
latihan?”
“eoh, tentu saja. Bagaimana sebaiknya menurutmu?”
“karena ini kelanjutan dari gerakan dansa tadi, sebaiknya
kita membuat gerakan mundur seperti ini dulu…” Jaejoong memperagakan sebuah
gerakan
“lalu tubuhku akan diangkat seperti ini, lalu, kau mengejarku, ah…
menahan lenganku seperti ini” Jaejoong mengangkat tangan Junsu dan meletakan di lengannya
“tarik saja, seolah kau tidak ingin melepaskanku”
Junsu melakukan semua yang dikatakan Jaejoong “seperti
ini?”
“tarik lebih kuat lagi, jadi aku akan tertarik dan
lebih dekat dengan mu”
Junsu melakukannya dan menahan kepala Jaejoong tepat di
hadapan wajahnya sampai mereka bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain
“begini?” Junsu semakin berani, ia sengaja menggoda Jaejoong.
Jaejoong tertegun, ia merasa risih diperlakukan seperti
itu oleh Junsu “geurae, seperti ini” ia berusaha melepaskan diri. Namun Junsu
menahannya lebih kuat, mereka semakin dekat dan bibir mereka nyaris
bersentuhan.
Saat itu Jaejoong mendorong Junsu dengan lebih keras
sehingga mereka terlepas satu sama lain.
“kita hanya latihan, tidak usah benar-benar
melakukannya sekarang” Jaejoong menjauhkan diri.
“aku tahu, kau saja yang terlalu parno” sahut Junsu.
Tepat saat itu, Jung Yunho masuk ke dalam studio. Ia
langsung menghampiri Yoochun dan mengobrol beberapa hal.
“sepertinya yang tidak ada kerjaan bukan hanya aku,
tapi presdir JYH juga!” sindir Ara begitu keduanya selesai mengobrol.
“ini pekerjaanku!”
Ara mencibir “apa kau hanya pengawas di sini? Presdir
itu biasanya mengadakan rapat ke sana kemari, bertemu dengan orang penting,
bla… bla… bla…”
“itu sudah diurus Changmin, kau tidak usah cerewet.
Ambilkan aku kursi”
“kau akan menonton proses syuting?”
“eoh!” Yunho mengangguk.
***
“CUT!!!” Yoochun meneguk air mineralnya lagi dan ia
semakin frustasi. Ini sudah adegan ke enam belas dan ia kedua artis itu masih
belum melakukan adegan kiss yang menjadi adegan utama kali ini.
Yoochun sebenarnya mengerti, ini pasti karena Yunho.
Setiap kali Jaejoong mendekatkan bibirnya ke bibir Yunho, ekspresinya selalu
berubah tidak fokus dan hal itu membuat gambar menjadi tidak bagus.
Ia memanggil Jaejoong sebentar ke arahnya.
“kita lakukan ini dalam satu take lagi, oke!” Yoochun
berusaha memberi semangat.
Jaejoong terlihat tidak yakin, ia meminta waktu
sebentar dan memilih duduk di sudut ruangan sambil meminum air mineralnya.
Namun saat itu, sosok Jung Yunho malah berjalan mendekatinya.
“eoteohkae?” gumamnya dalam hati.
“kau tidak bisa melakukannya, hm?”
Jaejoong membeku, kedua matanya menatap sosok itu
dengan takut-takut.
“apa karena aku? Karena aku ada di sini?” Yunho
mendesak Jaejoong untuk menjawab.
“oppa, anhi, presdir, apa yang sedang kalian
bicarakan?” ternyata Ara yang ada di
dekat sana, tanpa curiga.
Yunho melirik Ara sekilas, “sebaiknya kalian memilih
penyanyi yang lebih kompeten dalam berakting!” Yunho mengatakan itu sambil
menatap Ara, lalu pergi meninggalkan kedua yeoja itu dan kembali ke kursinya.
“kau habis dimarahi presdir?” tanya Ara cemas dengan
ekspresi wajah Jaejoong.
Jaejoong tidak menjawab, ia hanya tahu bahwa ia terluka
lagi. Yunho bukan hanya berhasil melupakannya, namun sekarang telah belajar
membencinya.
“aiisshh! Akan kumarahi dia untukmu Jaejoong-ssi”
kata Ara yang lantas bergegas memburu
Yunho.
Setitik air mata menetes di sudut mata Jaejoong, ia
segera pergi ke toilet sebelum ada yang melihatnya.
***
Lima
Malam ini akan diadakan warp up party bagi seluruh
staff yang telah bekerja keras dalam pembuatan MV. Jaejoong sang bintang utama
tidak terlihat di sekitar tempat pesta yang di adakan di restoran yang tak jauh
dari kantor JYH. Tadi Yoochun melihat Jaejoong pergi ke ruang istirahat dan
setelah disms ternyata Jaejoong ingin tidur sebentar.
“apa dia masih tidur?” tanya Yoochun sambil kembali
berusaha menghubungi nomor ponsel Jaejoong.
Yunho juga ada dalam keramaian itu, diam-diam ia
mencari sosok Jaejoong. Namun sama seperti Yoochun, ia juga tidak menemukan
yeoja itu. Hatinya mulai gelisah.
“apa mungkin…” Yunho berusaha menepis prasangkanya
“semoga tidak” ia bergumam pelan.
Di sisi lain, panggilan Yoochun akhirnya diangkat.
“Jaejoong-ah, eodi?” tanya Yoochun.
“aku dalam perjalanan pulang ke apartemen, maaf aku
tidak bisa ikut pestanya”
“mwoya??! kau kan bintang utamanya di sini, kenapa
tidak ikut? Apa terjadi sesuatu?”
“nggh, aku tidak enak badan, kepalaku pusing, aku ingin
istirahat Yoochun-ah”
Yoochun terlihat kecewa, ia melirik Junsu yang sejak
tadi mengawasinya dari samping “araseo, akan kusampaikan pesanmu”
Tut… tut… tuuuut.
“apa katanya?” tanya Junsu.
“dia sakit, tidak bisa ikut pesta”
“sakit apa? Parah tidak? Tunggu, dia menyetir sendiri
dalam kondisi seperti itu. Andwae, bagaimana kalau sampai kecelakaan. Aku harus
menyusulnya Yoochun-ah…” Junsu meraih jaketnya dan bersiap pergi.
Yoochun dengan sigap menahan tangan Junsu “sudah
kuduga. Duduklah dulu” Yoochun menarik tangan temannya itu “Jaejoong barusan
bilang begini padaku ‘sampaikan pada Junsu kalau aku pulang naik taksi dan
ingin istirahat sendirian saja. Jadi, jangan susul atau meneleponku’ kau
mengerti sekarang?”
Junsu terlihat lebih tenang “harusnya aku tidak terlalu
kasar padanya” ia terlihat sangat menyesal.
“sudahlah, kau tidak perlu bersikap seperti itu.
Jaejoong adalah yeoja yang kuat, dia bukan sakit karena kelakuanmu” komentar
Yoochun.
“sekarang bagaimana?”
“bagaimana apanya? Tentu saja kau harus jadi tuan rumah
dari pesta ini. Penyanyi sekaligus Presdir XIATIC House”
Acara makan malam pun dimulai tanpa kehadiran Jaejoong.
***
“selain memasak, kau juga pintar berbohong ya?” canda
Shim Changmin yang kini tengah menyetir di samping Kim Jaejoong.
Jaejoong tidak menanggapi ocehan itu, sebenarnya ia
tidak sepenuhnya bohong. Kepalanya memang terasa pusing, namun masih bisa ia
tahan, setidaknya sampai pertemuan dengan Changmin usai.
Flashback
Jaejoong berjalan di parkiran mobil,
beberapa menit yang lalu ia memutuskan
untuk pulang saja ke apartemen
dibandingkan dengan ikut pesta penutupan. Selain kepalanya yang terasa sakit,
ia juga ingin memikirkan sebuah keputusan yang beberapa hari ini mengusik
pikirannya.
Tepat beberapa langkah lagi ia sampai ke
mobil, sosok jangkung itu berdiri di hadapannya dengan wajah datar “kita
bertemu lagi, nona Kim Jaejoong”
Jaejoong membungkuk hormat “ne, wakil
presdir Shim”
“kudengar sedang ada pesta di perusahaan,
kau tidak ikut?”
“tidak, aku harus pulang presdir. Kalau
begitu… aku permisi” Jaejoong memutuskan untuk menghindari Changmin segera.
Changmin terlihat tidak nyaman dengan sikap
Jaejoong yang dingin itu, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Saat ia hendak
melangkah pergi, entah kenapa yeoja itu mengubah pikirannya.
“apakah Anda akan ikut pesta?”
“tentu saja, dua minggu penuh aku bekerja
keras demi projek ini. Setidaknya aku harus ikut makan daging, bukan?”
“bagaimana jika aku saja yang mentraktirmu?”
Changmin mengerutkan dahi “kau mengajakku
berkencan?”
Jaejoong terdiam sebentar “daripada istilah
‘date’ anggap saja ini sebagai pelunasan hutangku. Aku sudah memberitahumu kan,
bahwa aku akan menjawab satu pertanyaan terakhirmu dengan jujur”
Changmin menimbang, tak lama kemudian ia
mengangguk setuju.
Flashback end
“kau ingin pesan apa?”
“sama denganmu” jawab Jaejoong tidak antusias, sekarang
ini pikirannya seperti tengah melayang ke antah berantah.
“minuman?”
“sama saja dengamu” sahutnya lagi.
Changmin mendecak sebal “baiklah, masing-masing dua
porsi ya” ia berpesan pada pelayan restaurant.
“sebenarnya ada yang ingin kusampaikan padamu”
“aku sudah menduganya, makannya aku ikut denganmu. Ada
apa?” tanya
Changmin langsung.
“bagaimana kondisi Yunho?”
Changmin berdehem kecil sebelum bicara “dia baik-baik
saja. Kau pasti sudah melihatnya di kantor kan?”
Jaejoong mengangguk, matanya tidak lepas memandangi
ujung taplak meja “di mataku dia terlihat lebih baik dari yang kupikir”
“kau kecewa karena Yunho hyeong seperti itu?”
“aku tidak ingin kecewa” sahut Jaejoong cepat, ia lalu
mengalihkan tatapannya pada Changmin, tanda bahwa apa yang akan diucapkannya
cukup serius
“makanya aku bertanya padamu, apakah itu hanya pura-pura atau
bukan?”
Changmin berpikir sebentar, sejak sadar di rumah sakit
Yunho hyeong mengatakan bahwa ia menyesal telah melakukan tindakan nekat
itu, beberapa hari kemudian ia juga terlihat lebih ceria, apalagi ada yeoja
aneh itu, tunggu… siapa namanya? “kurasa… dia benar-benar baik-baik saja” agak
tidak enak ia mengucapkannya pada Jaejoong.
“ia dekat dengan Go Ara, bukan begitu?”
Nah itu dia namanya! Go Ara!
“aku rasa begitu, beberapa kali aku lihat ia mampir ke
apartemen Yunho hyeong”
Jaejoong menelan ludah yang terasa panas membakar “aku
juga kenal dengan Go Ara di Amerika, meski belum terlalu lama, tapi aku tahu ia
orang yang baik”
“lantas?”
“jika dia bisa menyembuhkan luka yang kutinggalkan
untuk Yunho, bantu mereka untuk lebih dekat” sebuah belati tanpa wujud baru
saja menikam dada Jaejoong.
“kau… serius?”
Jaejoong mengangguk dan menampilkan senyum tabah “aku
yang memulai semua ini, aku juga yang harus menanggung resikonya sendiri”
“tadinya kupikir kau berniat kembali pada Yunho hyeong”
Jaejoong tertawa hambar “tebakanmu benar, awalnya aku
sempat ragu, tapi sekarang tidak lagi. Aku akan bertanggung jawab penuh atas
semuanya”
“jadi, itu saja yang ingin kau sampaikan padaku?
Menyuruhku untuk menjadi mak comblang antara Yunho hyeong dengan Go
Ara?”
“ada satu hal lagi yang lebih penting…” Jaejoong
tertahan, ia bingung bagaimana menjelaskannya “Kim Junsu… dia, sebenarnya orang
baik. Dia tidak berniat menghancurkan JYH untuk kepentingan bisnisnya”
“Setelah yang dia lakukan selama ini?”
“dia hanya ingin aku menyerah pada Yunho”
Changmin terdiam, mencoba mencerna setiap maksud
Jaejoong yang terdengar rumit “kau tahu Park Yoochun kan?”
“ya”
“hubungi dia sebelum rombongan XIATIC pulang ke Amerika
besok, lalu minta bantuannya untuk melepaskan kerjasama XIATIC House dengan JYH
Entertaiment”
“mwo?”
“dengan begitu JYH akan aman Changmin-ssi”
“aku tahu, tapi bagaimana mungkin orang dalam XIATIC
yang akan membantunya”
“percaya saja padaku. Kau harus menggunakan kesempatan
ini sebelum semuanya terlambat. Eoh?”
Changmin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal
“kenapa kau selalu menimpakan masalah padaku
Jaejoong-ssi?” keluhnya.
Jaejoong merasa tidak enak, “mianhaeyo…”
Setelah itu makanan mereka datang. Makan malam itu pun
berlangsung dengan sangat canggung, sejujurnya Changmin juga menganggap itu
sebagai keputusan yang bagus, tapi kenapa dirinya yang harus melakukan itu? Ia
benci terlibat dalam hal-hal rumit!!!
Setelah beberapa saat menyantap makanan penutup,
Changmin akhirnya membuka obrolan kembali.
“baiklah Jaejoong-ssi, akan aku coba”
Jaejoong terlihat lega “terimakasih”
“tidak perlu, sekarang JYH kan bukan lagi agensimu”
sahut Changmin cuek
“omong-omong, sebelum kita pulang aku akan mengajukan
pertanyaan terakhirku…”
***
Enam
Junsu memandangi langit-langit kamarnya dengan gelisah.
Ia seperti mendapat firasat bahwa esok akan ada berita besar yang
mengejutkannya. Ia meraih ponsel, menyentuh beberapa tombol di layar, lalu
kembali lagi ke ‘home’ ia tidak tahu pasti apa yang tengah ia lakukan.
Di saat seperti itu, tiba-tiba saja posnelnya
berdering. Sebuah panggilan masuk, dari Kim Jaejoong.
“yeoboseyo?”
“na… Kim Jaejoong”
“ara, kau tidak apa-apa?”
“aku? Aku baik-baik saja!”
“tadi Yoochun bilang kau sakit”
“oh, itu. Aku sudah tidur cukup lama dan sakit kepalaku
sudah hilang”
“ada apa?”
“apa aku membangunkanmu?”
“anhi, aku sedang tidak bisa tidur”
“hm…” Jaejoong bergumam pendek sambil manggut-manggut
“kau sendiri? Apa yang kau pikirkan sampai menelponku
jam 2 subuh begini?”
Jaejoong refleks melirik jam dinding kamarnya, ia
sendiri juga baru sadar bahwa hari sudah subuh “aku baru bangun dan langsung
ingat sesuatu” katanya berbohong, sebenarnya setelah kembali dari makan malam
dengan Changmin ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Rencana itu terus
berputar-putar dalam otaknya.
“ingat aku?” tebak Junsu narsis
Jaejoong tersenyum “andai semuanya bisa kembali
seperti dulu…” batinnya pedih “aku ingin mengajakmu ke luar besok”
“ke mana?”
“rahasia, kau siap-siap saja dari pagi. Nanti aku
jemput”
Junsu tertawa senang.
“kenapa?” Jaejoong heran.
“aku senang kau bersikap seperti ini” sahut Junsu
jujur.
Namun mendengar itu Jaejoong langsung terlihat muram,
air wajahnya menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak bahagia. “ingin kuceritakan
sesuatu agar kau cepat tidur?”
“mwondae?” Junsu memeluk kedua lututnya sambil duduk di
atas tempat tidur.
“hari ini…” Jaejoong sengaja menahan kalimatnya “aku
resmi melepaskan Jung Yunho”
Dheg!
Mendengar berita itu, degup jantung Kim Junsu langsung
menaikan kecepatannya dua kali lipat “kau… benar-benar melakukannya?”
Jaejoong mengangguk “ya, dia sudah bertemu dengan
wanita lain” senyum di wajahnya terlihat begitu pahit.
“kau tidak apa-apa?” entah kenapa, rasanya tidak
sebahagia yang ia pikirkan saat Jaejoong bilang seperti itu.
“tidak. Aku terluka, sama seperti kau dulu, saat aku
meninggalkanmu mendadak”
Junsu diam, ia tahu betul perasaan menyiksa seperti
itu.
“tapi apa boleh buat! Aku harus tetap hidup, kan?”
Jaejoong menyeka air di sudut matanya.
“tidurlah, jangan pikirkan apapun malam ini. Sampai
jumpa besok!” Junsu semakin tidak tega karena isakan kecil mulai terdengar dari
ujung sana.
“eoh. Kalau begitu berjanjilah padaku untuk tidak
mengungkit masalah ini setelah sambungan telepon kita berakhir”
“kenapa? Kau tidak ingin menceritakan detilnya padaku?”
“tidak. Aku tidak akan membicarakan masalah ini dengan
siapapun Su. Bantu aku menguburnya, oke?” suaranya terdengar lebih ringan.
Junsu menghela nafas dan akhirnya menyetujui
kesepakatan itu. Ia tidak tahu perasaan macam apa yang berkecamuk dalam hatinya
saat ini. Ia senang karena Kim Jaejoong akhirnya dengan sukarela melupakan Jung
Yunho, tapi di satu sisi ia merasa kasihan. Anehnya lagi, ia merasa marah saat
mendengar Yunho sudah bertemu dengan wanita lain.
***
Saat pagi menjelang Yoochun membaca pesan yang masuk di
ponselnya “Yoochun-ah, aku sudah menghubungi Psikiater yang kau ceritakan
beberapa hari yang lalu, sepertinya aku berubah pikiran. Biar aku saja yang
membawa Junsu pergi. Kau tetap di ‘pos’mu” pesan Jaejoong
***
Keesokan harinya…
Mobil itu terparkir di depan sebuah klinik yang
bangunannya terlihat klasik. Junsu turun dari mobil dengan terheran-heran, ia
tidak tahu maksud Jaejoong membawanya ke tempat ini.
“kajja” Jaejoong memimpin langkah untuk masuk ke dalam
bangunan itu.
“Jaejoong-ah, kau sakit?” Junsu berusaha menjajari
langkah Jaejoong, namun mendadak terhenti saat ia melihat sebuah papan di dekat
meja resepsionis
“piskiater???” namun sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut,
Jaejoong telah jauh meninggalkannya.
“katakan padaku sekarang, apa sebenarnya yang kita
lakukan di sini?” tanya Junsu penasaran setengan mati.
“menemui kenalanku” sahut Jaejoong polos, kini mereka
telah berhenti di depan pintu sebuah ruangan.
Junsu yang tanpa sadar menarik lengan Jaejoong hanya
ber-oh-ria sambil melepaskan genggamannya “kukira ada apa…” katanya tanpa
curiga.
Tok! Tok! Tok!!!
Setelah diberi isyarat untuk masuk, keduanya pun masuk
ke ruangan. Di sana nampak seorang wanita berusia awal 30 tahunan dalam balutan
busana modis yang sopan. Ia tersenyum ramah dan mempersilakan kedua tamunya
untuk duduk.
“tempat ini masih baru, apakah sulit menemukannya?”
tanyanya basa-basi sambil menghidangkan dua cangkir teh panas di depan dua
tamunya.
“tidak, justru lebih dekat dari yang kupikirkan”
“ini… pasti Kim Junsu-ssi?” wanita itu menatap namja di
sebelah Jaejoong yang terlihat gelagapan saat namanya disebut.
“ne” sahutnya pendek.
“aku Song Ji Hyo, psikiater” ia mengulurkan tangannya
untuk bersalaman.
Junsu menyambut uluran tangan itu “senang bertemu
dengan anda” tambahnya sopan.
“jadi… apa yang bisa kubantu?” tatapannya beralih ke
Jaejoong.
“seperti yang kubilang kemarin dok, aku punya kenalan
di Amerika yang sepertinya mengalami penyakit mental, ia terobsesi dengan
yeojachingunya” kata Jaejoong hati-hati, meski tidak disebutkan siapa
‘temannya’ itu namun
Junsu merasa
tersindir.
“itu kasus yang lumayan rumit, pasien harus bertemu
langsung dengan dokternya”
“bagaimana dengan kenalan dokter di Amerika sana? Apa
dia bisa membantu?”
“oh, dokter Jin Hyuk menelponku tadi pagi. Katanya
seperti biasa, ia sangat senang membantu pasien. Akan kutuliskan alamat dan
nomor kontaknya untukmu” Song Ji Hyo lalu menulis di atas secarik kertas.
“oh ya, nama yang kau berikan kemarin juga sudah ku
daftarkan dalam antrian pasien beliau” tambah Song Ji Hyo “beliau dokter yang
cukup sibuk, jadi kalau tidak daftar
segera mungkin pelayanannya tidak bisa segera”
Jaejoong mengangguk paham, berbanding terbalik dengan
raut wajah Junsu yang pusing setengah mati, ia sama sekali tidak mengerti apa yang
tengah dibahas oleh kedua yeoja ini.
“atas nama Kim Xia, benar?” tanya Song Ji Hyo.
Junsu terperanjat.
“benar, aku harap dia segera menemui Dr. Jin Hyuk dan
segera sembuh” ucap Jaejoong sambil melirik diam-diam ke arah Junsu.
***
“tunggu! Maksudmu tadi, aku pasien yang kalian
bicarakan?” tanya Junsu begitu keduanya meninggalkan ruangan Song Ji Hyo.
“jangan ge-er! Memangnya nama Kim Xia hanya kau?” elak
Jaejoong.
Junsu menahan lengan Jaejoong dengan sedikit kesal
“ayolah! Aku tidak bisa dibodohi seperti itu”
Jaejoong memasang tampang serius, berkali-kali ia
menarik dan menghembuskan nafas dalam-dalam seperti tengah bersiap melakukan
sesuatu “baiklah. Aku akan membicarakannya denganmu sekarang”
Di kantin klinik.
“kau sakit Junsu-yah”
Junsu diam, ia menyangkal pernyataan Jaejoong barusan
dalam hati.
“kau terlalu terobsesi padaku”
“tidak Jaejoong-ah, aku melakukannya karena aku men-“
“sudah kubilang bukan itu alasannya!” tukas Jaejoong
cepat “kau tidak mencintaiku seperti yang kau bilang selama ini. Kau terobsesi,
kau harus disembuhkan!”
“cukup Jae, hentikan” Junsu mulai terlihat marah “apa
kau pikir kau bisa mendorongku dengan cara seperti ini? Tidak Jae, ingat, aku
berhasil membawamu kembali setelah lima tahun”
Jaejoong menatap putus asa “lalu apa yang kau dapatkan?”
tanyanya pelan, namun dengan nada yang tajam.
“aku mendapatkanmu” kata itu terdengar hampa, bahkan
dalam pendengaran Junsu sendiri.
Jaejoong tertawa sinis “tidak Su, aku tidak pernah bisa
kembali menjadi Jaejoong yang dulu, menjadi yeojachingumu”
“lalu, apa yang kau bilang kemarin soal melepaskan
Yunho hanya isapan jembol belaka?”
Jaejoong menggeleng kuat “aku serius soal itu. Aku akan
tetap melupakannya, dan aku tetap tidak bisa kau miliki. Aku hanya milikku
seorang” tegas Jaejoong
“pikirkanlah orang yang ada di sekitarmu Su, kau
berubah total sejak saat itu.
Kau punya kehidupan yang sangat baik, kau punya
sahabat dan kau punya musik yang sangat kau cintai. Lepaskan aku… dan sembuhkan
dirimu, kumohon…” Jaejoong berkata dengan lirih.
Junsu masih menyimpan kemarahan di matanya. “aku tidak
percaya kau mengatakan semua itu padaku”
“kau boleh membenciku sebanyak yang kau mau. Tapi aku
mohon, sadarlah dan jangan menjadi monster lagi. Jika terus seperti ini kau
bukan hanya bisa mencelakakan dirimu sendiri, tapi kau juga akan melukai
Yoochun”
Junsu baru hendak menanggapi perkataan Jaejoong, namun
yeoja itu terlanjur berdiri dan bersiap untuk pergi. “habiskan saja dulu
makananmu, aku pergi duluan. Sampai jumpa besok siang di bandara…” ucapnya
sebelum bergegas pergi meninggalkan bangunan klinik tersebut.
Junsu tidak tahu bahwa besok siang, Kim Jaejoong tidak
pernah datang ke bandara.
***
Tujuh
Changmin mengetuk pintu ruangan Yunho meski terbuka
lebar. Ia menatap heran hyeongnya yang tengah melamun sambil memijit-mijit
pelipis.
“ada yang sedang kau pikirkan?” tanya Changmin yang
langsung duduk di kursi sofa.
“hm, biasa. Hanya masalah kecil” Yunho langsung melirik
berkas yang dibawa masuk oleh Changmin “apa itu?”
Changmin mengikuti pandangan Yunho, “ini… permintaan
maafku” ia lalu bergerak mendekati meja dan menyerahkan berkas itu ke depan
Yunho.
Yunho membuka map di hadapannya dan membaca inti dari
surat di dalamnya “pemutusan kerjasama dengan XIATIC?” ia terlihat kaget bukan
main.
Changmin mengangguk sambil menutup mulutnya
rapat-rapat.
“bagaimana bisa?” herannya.
“agak rumit untuk diceritakan hyeong. Aku minta
maaf karena sempat berbuat hal bodoh dengan menerima kontrak dengan mereka”
“aniya, ini bukan salahmu Chang!” tukas Yunho.
“kau tidak terlihat senang” Changmin mengamati ekspresi
wajah Yunho.
“apa aku harus senang?”
Changmin jadi heran sendiri “bukankah itu artinya kau
tidak akan berurusan lagi dengan para penjahat itu dan bisa mulai fokus
mengembangkan JYH?”
Yunho terlihat berpikir, lalu mengangguk setuju “benar”
senyumnya yang hambar lalu mengembang “untung aku memiliki adik secerdas
dirimu” pujinya.
Changmin malah mencibir pujian itu “kau kecewa tidak
bisa melihat lagi Kim Jaejoong?”
Yunho tertegun “kenapa membicarakan dia?” wajahnya
langsung terlihat tidak baik, ia membuka-buka lembaran berkas di hadapannya
untuk mengalihkan perhatian.
“ah mian, lagipula kau sudah punya yeojachingu baru
ya?” goda Changmin.
Yunho mengelak “tidak! siapa maksudmu?”
“yeoja centil itu, hm… siapa sih…” ia berusaha
mengingat “aaah. Go Ara!”
Yunho langsung terbahak “sejak kapan kau jadi
penggosip, heh?”
“aku tidak menggosip, Jaejoong sendiri yang bilang-“
Changmin langsung menggigit bibir bawahnya, ia keceplosan.
“Jaejoong?” Yunho mengernyit.
Changmin tertawa hampa “aaah… iya, aku sempat ngobrol
dengannya beberapa waktu lalu. Sudah tidak usah dipikirkan hyeong. Kau
harus memulai kembali hidupmu, biar centil begitu, Go Ara orang yang baik”
“kau mengenalnya?”
“anhiya, Kim Jaejoong yang bilang begitu” bahu Changmin
langsung melorot saat menyadari hal itu lagi “Shim Changmin!!! kenapa kau
terus kepikiran omongan yeoja itu???” makinya dalam hati.
Jelas saja Yunho semakin heran dengan sikap Changmin
“ceritakan padaku!” pintanya tegas.
“mwo?” Changmin sebenarnya tahu bahwa Yunho mulai curiga.
“semua yang kau bicarakan dengan Jaejoong” lanjutnya.
Changmin tak bisa berkutik.
***
“turunkan matamu!” Junsu risih dilihat seperti itu oleh
Yoochun.
“sirheo!” Yoochun malah memasang aegyonya.
“kau ini kenapa? Dari kemarin tingkahmu aneh sekali
tahu”
Yoochun pura-pura terkejut “bukan aku yang aneh, tapi
kau Su!”
Junsu tahu apa yang dimaksud Yoochun, kemarin malam ia
baru saja menandatangani kesepakatan dengan Shim Changmin untuk mengakhiri
kerjasama XIATIC dengan JYH setelah kerjasama perdana mereka. “apa tindakanku
begitu mengagumkan, heh?” Junsu masih terlihat kesal.
“tidak, kau malah terlihat saaaangat bodoh. Kerjasama
yang susah payah kita dapatkan itu kau akhiri dalam waktu kurang dari satu jam.
Whoaahh…” namun Yoochun tetap terlihat gembira.
“kalau begitu diamlah! Seharian ini kita harus bersedih
karena kita sedang terancam pailit Mr. Park”
Yoochun tersenyum penuh arti “tapi harus ku akui kau
keren, Mr. Kim. Kau melakukan hal yang benar, kau bukan sekedar mengakhiri
sebuah kerjasama antar perusahaan tapi kau telah mengakhiri keserakahanmu”
Junsu diam, mendengarkan sambil pura-pura fokus pada
majalah di depannya “apa kau salah makan?” tanggap Junsu yang sebenarnya mulai
salah tingkah.
Ada kehangatan yang mengalir dalam jiwanya saat Yoochun mengatakan
itu. Benar kata Jaejoong, selama ini ada orang yang berusaha keras mengikuti
semua kemauannya entah itu benar atau salah. Orang itu menunggu dirinya sadar, orang itu tidak
pernah memaksanya, orang itu adalah Yoochun.
“aigooo” Yoochun mengacak rambut Junsu gemas.
Junsu menangkis tangan Yoochun namun kemudian tertawa
bersama. Jika sudah seperti ini tidak ada satu orang pun yang berpikir bahwa
mereka pernah melakukan teror, menyusun rencana penghancuran sebuah perusahaan,
penyusupan ke dalam instansi pemerintah, menggunakan jasa illegal untuk
mendapatkan data seseorang, bahkan nyaris membunuh. Mereka hanya sepasang
sahabat biasa yang saling mendukung dan berbagi kesulitan. Yoochun sadar
Jaejoong sangat membantu dalam hal ini, dan berharap bisa mendengar kabar yang
lebih baik lagi setelah ini.
“omong-omong, ke mana Jaejoong? Apakah dia duduk dengan
Go Ara lagi?” Junsu mengedarkan pandangannya ke sekitar.
Yoochun ikut mencari sosok itu, “akan aku tanya pada Ji
Min” kata Yoochun yang tak sengaja menangkap sosok itu berjalan menuju tempat
duduknya.
“Ji Min-ah, kau tidak melihat Jaejoong?” tanya Yoochun
.
“tidak” ia menggeleng cepat “mwoya? Dia belum masuk??
Kita akan segera lepas landas dalam beberapa menit!” kagetnya.
“benarkah?” Yoochun lalu melihat Ara yang baru datang
“Ara-ssi, apa kau melihat Jaejoong?”
Ara mendongakan kepala heran “tidak, apa dia belum ke
sini?” ia melirik arlojinya. Tepat setelah itu pengumuman dari speaker meminta
seluruh penumpang untuk duduk di tempat masing-masing karena pesawat akan
segera lepas landas.
***
~~~
Panjang bener ya, eps ini? Hehehe, mungkin karena author narget harus pas 10 episode jadi ceritanya numplek blek di sini. Ga apa-apa ya, btw trims buat yang masih setia membawa FF ini atau sekedar iseng berkunjung lalu keluar lagi. Author saaangat berharap komentar dari reader semua yang baik hati agar FF author ke depan bisa lebih bagus lagi.
Sedikit bocoran, setelah proyek FOR YOU ini selesai, author berencana meluncurkan video fanmade FF Yunjae tapi karena Jaejoong pada dasarnya emang najma jadi genre video ini terpaksa 'yaoi'. Author janji itu yaoi pertama dan terakhir yang author buat T T soalnya ngerasa bersalah banget sama Jae dan Yun oppa. Oke, sekian dulu. See u...
~~~