Main Cast:
Kim Jaejoong, Jung Yunho, Shin Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun
Other Cast:
Cho Kyu Hyun
Genre: Romance
Satu
Yunho sudah bersiap untuk pergi ke kantor. Hari ini
mungkin akan menjadi hari terberatnya, malam nanti ia akan mengadakan
konferensi pers untuk mengumumkan bahwa JYH tidak bekerjasama lagi dengan Kim
Jaejoong. Ia mematut diri di hadapan cermin sambil membenarkan dasinya. Semalam
ia sudah memikirkan banyak hal, ia akan melakukan apa yang diminta oleh
perusahaan, lalu menunggu sampai keadaan perusahaan membaik sekaligus
menyelesaikan masalah Jaejoong dengan si pembunuh bayaran itu. Untuk
menyelesaikannya ia kira butuh dua sampai tiga tahun, setelah itu ia akan
menjemput Kim Jaejoong kembali ke perusahaan dan mengumumkan hubungan mereka
kepada publik.
“selamat pagi direktur” sapa Cho Kyuhuyn di depan mobil
yang telah siap menjemput Yunho.
“kau tidak perlu menyapa sesopan itu sekretaris Cho,
lagipula kita sudah bertemu pagi ini”
Kyuhyun hanya tersenyum canggung sambil mengusap
tengkuknya, lalu ia teringat ada kabar yang harus segera disampaikan “oh ya,
direktur, ada kabar baik pagi ini”
Yunho menatap sekretarisnya itu sejenak “kabar baik?”
ulangnya seolah tak percaya di tengah badai yang menimpanya ini masih ada kabar
baik.
“benar, direktur”
“oke, kita bicarakan di jalan” sahutnya kemudian
membuka pintu mobil. Cho Kyuhyun mengikuti atasannya untuk segera masuk ke
mobil. Bapak Hong sang supir kemudian menyalakan mesin dan tancap gas.
“rumor di internet tentang mendiang direktur Jung sudah
mulai reda, presdir”
“bagaimana bisa?”
“itu… saya juga tidak tahu pasti. Orang suruhan kita
sudah melakukan yang terbaik namun tetap saja rumor itu beredar, namun pagi ini
sudah banyak komentar negatif tentang JYH dihapus dengan sendirinya oleh
pemilik akun”
Kening Yunho berkerut, pikirannya mengatakan bahwa ada
yang tidak beres
“entahlah sekretaris Cho, apa ini kabar baik atau bukan… aku
belum yakin”
“ne?” Kyuhuyun keheranan, ia tidak bisa membaca pikiran
Yunho lebih jauh.
“bagaimana rencana yang kuminta?”
Kyuhyun lalu mengeluarkan tablet dan menunjukkan
halaman presentasi “saya
sudah membuatnya sebaik mungkin presdir”
Yunho mengamati lembar demi lembar rencana yang dibuat
oleh sang sekretaris untuk mencapai tujuannya. Sejauh ini orang yang tahu
tentang rencananya mengembalikan Jaejoong pada JYH dua atau tiga tahun lagi,
hanyalah Cho Kyuhyun, ia adalah orang kepercayaan nomor dua di perusahaan
setelah Changmin.
“jadi menurutmu, dengan tampil di televisi akan
membantu citra JYH?”
“benar presdir, menurut saya cerita tentang mendiang
ayah anda sangat mengagumkan. Mungkin anda pribadi tidak suka cerita itu
diekspos ke mana-mana, tapi jika semua orang tahu kebenarannya langsung dari
anda, mereka tidak akan salah paham lagi”
Yunho mengangguk-angguk paham, tampil dalam berbagai
acara talkshow memang sering ia lakukan. Namun untuk tujuan menciptakan citra
baik JYH, menurutnya itu sedikit berlebihan, sayangnya ia tidak punya pilihan
lain.
“lalu, apa kau sudah menemukan orang lain untuk
menggantikan Jaejoong sementara ini?”
“belum presdir, bagian pencari bakat sudah mengajukan
beberapa nama, namun belum ada yang sebanding dengan Kim Jaejoong”
***
Dua
Changmin bangun siang hari ini, perjalanan kemarin
nampaknya membuat ia sangat lelah, terlebih lagi di malam hari ia tidak bisa
tidur dan malah minum bersama Kim Jaejoong. Begitu teringat Kim Jaejoong ia
langsung bangkit dari tempat tidur dan berharap yeoja itu sudah menyiapkan
sarapan yang enak untuknya. Ia sering mendengar Yunho hyeong
membangga-banggakan kemampuan Jaejoong dalam memasak. Air liurnya hampir saja
menetes.
Namun rumah pagi itu masih tetap tenang seperti
semalam. Tidak ada suara televisi atau suara orang memasak dari dapur, ia tidak
bisa melihat Kim
Jaejoong di manapun.
“apakah ia masih tidur?” Changmin memutuskan untuk cuci
muka dulu sambil memikirkan bagaimana caranya mendapatkan makanan pagi ini.
“hyeong, apakah istrimu sering bangun siang seperti
ini? Aku tidak bisa makan apapun kalau pemilik rumah masih tidur…” SMS
Changmin.
“Jaejoong tidak bisa tidur semalaman, biarkan saja dia
sampai bangun. Kau boleh memakan apapun yang kau temukan di sana, buka saja
lemari di bawah kompor. Jika Jaejoong mulai melihatmu dengan tatapan
ingin-membunuh setelah kau selesai makan, bilang saja aku yang suruh, hehehe”
Changmin duduk lemas di sofa, ia sangat menyukai makan
namun ia lebih suka jika tidak repot-repot membuatnya dulu. Lalu terlintas ide
jahil di kepalanya. Bagaimana jika ia membuat keributan saja, ia akan membuat
seolah-olah itu tidak sengaja dan ternyata Jaejoong terbangun. Setelah itu
terjadi, Changmin tinggal minta maaf saja. Selesai!
Changmin tersenyum senang dengan ide itu. Namun sebelum
ia mulai beraksi, sms dari Yunho hyeong datang lagi.
“awas jika kau melakukan hal bodoh untuk
membangunkannya!!!” lengkap dengan emoticon setan berwajah merah dan bertanduk
dua. Changmin tertawa getir membaca pesan itu.
“hh…apakah dia memasang cctv di sini?” tanyanya sambil
celingukan “tapi kan, tadi aku bicara dalam hati…” gumamnya lagi. “aahhh,
molla, sebaiknya aku cari makanan saja!”
Tiga
Pesawat terbang Jakarta-Incheon baru saja mendarat
dengan selamat di bandara Incheon. Junsu, Yoochun dan Jaejoong adalah tiga dari
ratusan penumpang yang tiba pada sore hari yang dingin itu. Nampaknya hujan
akan segera turun, ketiganya berjalan dalam diam dalam suasana yang masih
sangat canggung.
Baru saja mereka keluar dari gerbang kedatangan,
suasana ramai langsung menyambut mereka. Nampak ada banyak sekali wartawan yang
mengarahkan kamera dan mengambil gambar Jaejoong. Yoochun dan Junsu segera
bereaksi, keduanya segera menarik Jaejoong kembali menjauhi para wartawan yang
jumlahnya mungkin diatas tiga puluhan. Selain itu orang-orang di sekitar mereka
yang menyadari bahwa ada Jaejoong di sana segera berbisik-bisik mencurigakan.
“aaaish sial! Bagaimana bisa para wartawan itu tahu
kalau kita akan tiba sekarang?” maki Yoochun sambil mengeluarkan ponselnya.
“mungkin informasi bocor saat kita ada di pesawat” duga
Jaejoong, masuk akal.
“maaf, aku tidak menyangka akan serepot ini” Junsu
terlihat menyesal.
“aku tidak apa-apa” sahut Jaejoong datar “kita keluar
saja seperti biasa, bukankah nanti kita juga akan bertemu dengan mereka?”
“tidak, jangan sekarang. Aku sudah mengtur jadwal
konferensi pers untukmu” kata Junsu lagi.
“Ahh, Jae Hyun-ah, aku butuh bantuanmu” ujar Yoochun
kepada anak buahnya melalui ponsel.
***
Empat
Setibanya di Seoul, Jaejoong tinggal di sebuah kamar
hotel yang pelayanan keamanannya terbilang cukup ketat. Junsu bilang mereka
akan pergi ke Amerika setelah melakukan konferensi pers nanti malam.
Tidak ada yang dilakukan Jaejoong selain memandangi
jalanan kota Seoul dari balik jendela. Tatapanya menerawang jauh, mencoba
mencari keberadaan Yunho diantara milyaran manusia yang tengah sibuk dengan
urusannya masing-masing itu. Air matanya sudah habis semalam tadi, sekarang
yang ia pikirkan hanyalah keselamatan Yunho.
Tok! Tok!
Jaejoong tak bergeming, nampaknya ia tidak mendengar
suara ketukan pintu barusan.
Yoochun mendorong pintu perlahan dan masuk ke ruangan.
Ia mengamati Jaejoong yang tengah berdiri di depan jendela, membelakangi pintu
sehingga ia yakin bahwa Jaejoong pasti tidak menyadari keberadaannya.
“eHem!”
Jaejoong baru menoleh saat mendengar deheman itu.
“ada apa?” pertanyaan itu meluncur dengan dingin. Sejak
pertemuannya kemarin, Jaejoong memang terang-terangan menunjukkan sikap tidak
ramah pada Yoochun. Terus terang saja ia merasa sangat dikhianati, dulu mereka
adalah teman yang sangat dekat, tapi sejak perpisahannya dengan Junsu,
Yoochun
sama sekali menjadi orang asing baginya. Yoochun bahkan pernah mengancam untuk
membunuhnya waktu itu.
“kau baik-baik saja?” Yoochun bertanya canggung.
Jaejoong berjalan menjauhi jendela dan duduk di sofa
“ada apa dengan sikapmu, apa kau sekarang mencoba untuk berteman denganku
lagi?” sindir
Jaejoong tetap dengan nada bicara yang tajam.
“Jaejoong-ah…”
“wae?” sahut Jaejoong sambil melotot.
“ada hal yang harus kau tahu”
Jaejoong membuang pandangannya “katakan!”
“Junsu sedang sakit”
Jaejoong terdiam, ia langsung paham kata ‘sakit’ yang
dimaksud Yoochun mengarah ke mana, tak lama kemudian ia membuka suara “aku
tahu…”
“kau tahu?” Yoochun penasaran apa yang diketahui
Jaejoong.
“semacam penyakit mental, bukan begitu?”
Yoochun terdiam beberapa saat “sejak kapan kau tahu...”
“sejak awal, itulah alasanku meninggalkannya”
“mwo?” Yoochun tak habis pikir.
“bagaimana kau bisa melakukan itu hah? Dia teman dan
dulu dia adalah calon suamimu, tapi kau meninggalkannya hanya karena ia sakit?”
kali ini nada bicara Yoochun yang semakin tajam.
“teman?” Jaejoong tertawa sinis “lalu aku? Apa aku
bukan teman kalian?”
lanjutnya, kali ini ia menatap lurus ke mata Yoochun.
Yoochun diam, berusaha mencerna perkataan Jaejoong.
“kau tahu apa yang terjadi padaku dulu?” Jaejoong
menggeleng pelan “Anhi, apa kau pernah menanyakan apa yang terjadi padaku
dulu?” ralatnya. “apa kau ingin tahu alasan yang sebenarnya kenapa aku pergi?”
ada luka di kedua mata itu.
Yoochun lagi-lagi hanya bisa diam. Ia barus tersadar
bahwa selama ini keberpihakannya pada Junsu memang terlalu buta. Ia percaya
saja waktu Junsu bilang bahwa Jaejoong pergi karena ingin meraih impiannya
menjadi seorang penyanyi. Ia selalu mengiyakan permintaan Junsu untuk membawa
Jaejoong kembali ke Amerika. Ia pikir, penyakit Junsu muncul setelah Jaejoong
pergi meninggalkannya, ia jadi emosi dan selalu menyimpan amarah pada Jaejoong.
Namun perbincangannya kali ini, membuatnya sadar akan
sesuatu. Bahwa ada hal yang ia lewatkan selama ini.
***
Lima
Ponsel Yunho terus berdering untuk yang kesekian
kalinya. Tak lama kemudian ponsel mati dan keterangan di layar menyatakan bahwa
sudah ada 33 panggilan tak terjawab dari Shim Changmin. Kontan saja tidak ada
yang tahu hal itu karena ponsel Yunho tertinggal di meja kerjanya, tidak ada
siapapun di sana.
Sang pemilik ponsel tengah sibuk mengatur segala
persiapan konferensi pers yang akan berlangsung dalam satu jam lagi. Meja dan
kursi bagi para wartawan sudah tertata dengan sempurna, begitupula dengan
alat-alat pengeras suara dan pencahayaan. Para staf yang terlihat masih sangat
sibuk adalah staf pendekor ruangan dan penyedia konsumsi. Yunho sendiri sedang
berbincang dengan kepala seksi acara tentang poin-poin yang akan disampaikan
malam ini.
Cho Kyuhyun datang menghampiri Yunho dan memberitahukan
bahwa sudah ada beberapa wartawan yang datang, maka dengan sigap Yunho
mengumumkan kepada staf yang masih belum selesai bekerja untuk mempercepat
pekerjaan mereka. Yunho juga menyampaikan kepada sang sekretaris bahwa pintu
ruangan akan dibuka lima menit lagi. Kyuhyun mengangguk patuh dan langsung
meluncur menghampiri wartawan di luar sana.
“Selamat malam para wartawan” sapa Yunho dengan penuh
karisma. Sejauh ini ada sekitar lima puluh perwakilan media papan atas yang
hadir dalam konferensi pers “saya Presiden Direktur JYH entertainment , Jung
Yunho imnida…” kemudian dengan sopan, ia membungkukan badannya beberapa saat.
“seperti yang sudah kami beritahu dalam undangan, malam
ini ada hal penting yang perlu disampaikan oleh kami terkait skandal yang
menimpa JYH belakangan ini…”
Sementara itu di luar gedung…
Sebuah mobil van hitam baru saja tiba di pelataran
parkir gedung tempat diadakannya konferensi pers JYH. Setelah mesin dimatikan,
tidak ada orang yang keluar dari sana.
“ada yang harus kuberitahu dulu sebelum kita masuk”
ucap Junsu dari jok depan.
Kim Jaejoong yang telah berdandan rapi di jok belakang
itu bersiap mendengarkan.
“sebenarnya, di dalam sana ada Jung Yunho”
Kontan saja Jaejoong langsung terkesiap. Ia merasa
dijebak oleh Junsu yang awalnya berkata mereka hanya akan menyelenggarakan
konferensi pers biasa.
“apa maksudmu?” tanya Jaejoong sambil menahan marah.
“aku ingin hubunganmu dengan orang itu berakhir malam
ini juga”
“itu urusanku Kim Junsu, kau tidak berhak ikut campur”
Junsu membalikan badannya, menatap Jaejoong dengan nuansa mengancam
“kau tidak punya pilihan saat ini. Seperti perjanjian kita
kemarin, ikuti kemauanku dan Yunho beserta perusahaannya akan selamat”
Tangan Jaejoong mengepal geram, tak ada lagi yang bisa
ia ucapkan sekarang. Benar, ini sudah menjadi keputusannya jadi seberat apapun
harus ia jalani.
“Junsu-yah, kita bicara sebentar” ajak Yoochun yang
kemudian membuka pintu mobil dan keluar. Tanpa bertanya lagi Junsu pun ikut
keluar.
“kau benar-benar akan melakukan ini?” tanya Yoochun
cemas “kau bahkan tidak bilang dulu padaku…”
“aku sudah memutuskannya Yoochun-ah… kita lihat saja
apa yang terjadi nanti”
“tapi…” Yoochun menahan tangan Junsu “tidakkah kau
merasa sedikit bersimpati kepada Jaejoong? Meninggalkan orang itu saja sudah
pasti berat untuknya, sekarang kau menyuruh dia untuk melawan orang itu di
depan pers?”
Junsu merasakan ada sesuatu yang aneh, ia memainkan
bibirnya dengan gerakan tak jelas kemudian berkata “ada apa denganmu Park
Yoochun? Sekarang kau mencemaskan yeoja itu?” Junsu tersenyum sinis, lantas
menghampiri mobil dan membukakan pintu untuk Jaejoong.
“yeoja itu?” ulang
Yoochun dalam hati, ia merasa tidak habis pikir. Kelainan mental yang diderita Junsu membuatnya
terkadang bersikap aneh, di satu sisi sangat menyayangi Jaejoong, namun di sisi
lain Junsu akan terlihat kejam dalam memperlakukannya.
Jaejoong turun dari mobil, saat itu ia mengenakan gaun
berwarna peach dengan riasan sederhana. Ia tidak mengatakan apapun setelah
keluar dari mobil, namun hatinya sibuk berdebat, ada sisi yang ingin ia
menyerah menyakiti diri sendiri dan kembali pada Yunho dengan resiko apapun.
Namun ada sisi yang lebih keras kepala, menyuruhnya untuk bertahan dan
melakukan semua yang diminta oleh Junsu.
Pintu ruangan dibuka dari luar setelah dua penjaga
memeriksa keaslian kartu undangan pers yang diberikan oleh Yoochun.
“hal pertama yang akan saya sampaikan terkait dengan
hilangnya Kim Jaejoong…” baru saja Yunho akan berbicara lebih lanjut, seisi
ruangan tiba-tiba menjadi gaduh, seseorang yang baru saja datang memasuki ruang
pertemuan langsung menjadi sorotan.
“itu Kim Jaejoong…” bisik para wartawan yang akhirnya
menjadi teriakan kecil. Segera saja mata lensa membidik ke arah yeoja berambut
panjang nan lurus itu. Jaejoong berjalan dengan dikawal oleh seorang namja
berpakaian serba hitam seperti bodyguard, ia menuju meja di depan ruangan
tempat Yunho berada.
Lebih dari siapapun di dalam ruangan ini, Yunho lah
yang paling terkejut. Ia hampir tidak percaya pada apa yang dilihatnya.
Jaejoong hadir dalam acara konferensi pers, tatapannya dingin dan seolah tidak
mempedulikan tanda tanya yang terlihat jelas di matanya. Jaejoong duduk tepat
di sebelah Yunho, ia memberi kesan seolah menyapa presdir JYH itu dan meminta
maaf karena terlambat.
***
Enam
Changmin stress bukan main, ia baru menyadari bahwa
Jaejoong menghilang. Siang tadi, karena terdorong rasa penasarannya ia terpaksa
menerobos masuk ke kamar tidur Jaejoong, namun tidak ada siapapun di sana,
setelah mencari ke seantero rumah ia mulai curiga dan memeriksa lemari pakaian
Jaejoong. Benar saja, ia menemukan hanya beberapa pakaian wanita tersisa di
sana, sudah dipastikan bahwa yeoja itu kabur dari rumah.
Meski itu baru dugaanya saja, namun Changmin cukup
yakin bahwa Jaejoong bukan menghilang karena diculik atau tersesat di suatu
tempat di luar sana. Ia butuh bantuan dari Yunho, namun sejak tadi, setelah
lebih dari seratus panggilan yang ia layangkan pada kakak sepupunya itu, tetap
tidak ada jawaban.
“hyeong, segera hubungi aku! Kim Jaejoong
menghilang!!!” pesannya.
Changmin sudah melakukan gerak mondar-madir selama
kurang lebih setengah jam ini. Pikirannya kacau, ia teringat janjinya pada
Yunho bahwa ia akan melindungi Jaejoong untuknya. Sekarang ini ia sama sekali
tidak tahu harus berbuat apa.
Setelah merasa lelah, ia pun duduk di kursi ‘bar’ dan
meneguk segelas air putih. Sekarang ini ia mencoba menenangkan dirinya sendiri
dan mulai memikirkan segala kemungkinan perginya Jaejoong. Saat itu, tiba-tiba
matanya melihat secarik kertas yang diselipkan di bawah keranjang tempat
minuman-minuman sachet disimpan. Ia membalikan kertas itu dan melihat tulisan
di atasnya.
Ini dari Jaejoong.
“Changmin-ssi, maafkan aku. Aku punya hutang padamu
karena satu pertanyaan lagi belum aku jawab. Tapi aku harus pergi, setelah
kepergianku, kau mungkin akan mendengar berita mengejutkan tentangku. Sekali
lagi, maafkan aku. Lain kali, setelah keadaan membaik dan kebetulan kita
bertemu lagi, aku masih bersedia menjawab pertanyaan terakhirmu.-Kim Jaejoong”
Changmin mengurut keningnya yang terasa
berdenyut-denyut. Lalu, percakapan mereka malam tadi seolah terulang kembali di
dalam kepalanya.
~~~
“kalau begitu, pertanyaan pertama?”
“hm…” Changmin pura-pura berpikir, ia
sebenarnya sudah tahu apa yang ingin ia tanyakan “waktu itu, kita bertemu di
ruang wardrobe, kau ingat?”
“ya…” Jaejoong mengangguk pelan-pelan.
“boleh aku bertanya alasan kau menangis
waktu itu?”
Jaejoong terdiam sejenak “sebenarnya aku
tidak ingin bercerita tentang itu lagi, tapi karena aku sudah berjanji pada
Changmin-ssi maka aku akan menjawabnya dengan jujur” ia lalu menghela nafas dan
mulai bercerita, bahwa ia baru saja mendapat ancaman dibunuh oleh teman
dekatnya sendiri waktu di Amerika.
Changmin langsung teringat permintaan Yunho
untuk mencari pembunuh bayaran yang mengincar Jaejoong. Namanya, sama persis
dengan yang diceritakan Jaejoong: Park Yoochun.
Setelah mengakhiri ceritanya ia meneguk bir
lagi dan tersenyum pahit. Kenangan buruk itu sepertinya ingin ia kubur
dalam-dalam dan jika mungkin akan ia hapus selamanya dari ingatan.
“sebenarnya aku merasa tidak enak karena
membuatmu mengungkit lagi hal itu, tapi aku terlanjur penasaran, jadi… hm…
boleh aku lanjutkan pertanyaan keduaku?”
Jaejoong mengangguk selagi menelan cairan
dingin dari gelas di tangannya.
“apa alasan temanmu itu ingin membunuhmu?”
Untuk pertanyaan kedua ini, Jaejoong
membuat jeda lebih lama dari sebelumnya. Ia menghela nafas lalu
menghembuskannya dengan cemas, matanya menatap langit-langit lalu menatap gelas
di hadapannya, tangannya juga ikut menggambarkan rasa cemas itu dengan
bergerak-gerak menelusuri bibir meja.
“tapi, aku ingin kau merahasiakannya dari
orang lain” ujar Jaejoong.
“orang lain? Siapa?”
“siapa pun, keluargamu, teman-temanmu,
kolega bisnismu…”
“keluarga, teman dan kolega bisnisku hanya
Yunho hyeong! apa dia juga tidak tahu?”
Jaejoong tersenyum lalu menggelengkan
kepala “tidak, dia tahu… dia satu-satunya orang yang kuberi tahu tentang ini”
“jadi, kau akan menjawabnya?”
“oke, aku percaya padamu karena kau
keluarga-teman-dan kolega bisnis suamiku” Jaejoong meneguk kembali bir di
gelasnya sampai habis sebelum bercerita “mantan calon suamiku yang menyuruhnya,
dulu kami sempat hampir menikah, tapi dia semakin bertingkah aneh, kupikir ia
mengalami gangguan mental atau semacamnya. Ia menjadi sangat terobsesi padaku
dan mengurungku di kamar seperti bukan manusia. Jadi aku memutuskan untuk lari
dan membangun hidupku dari awal”
“pasti sangat berat untukmu…” Changmin
mulai berempati.
Jaejoong mengangguk tanpa ragu “tapi sejak
Yunho berada di sisiku, aku tidak pernah merasa takut lagi. Semuanya akan
baik-baik saja, seperti yang selalu ia katakan padaku” saat itu Changmin
melihat mata Jaejoong mulai berkaca-kaca
“pertanyaan ketiga?”
Changmin menggeleng “tidak, nanti saja…”
~~~
Pada percakapan terakhir itu Changmin melihat mata
Jaejoong mulai berkaca-kaca. Jika dipikir-pikir saat ini, mungkin waktu itu
Jaejoong sudah berpikir untuk pergi hari ini.
“sebenarnya ke mana orang ini?” tanyanya putus asa.
Lalu ide sederhana yang tidak terpikirkan sebelumnya, karena panik itu pun
muncul. CCTV!!!
Changmin mengetahuinya saat pertama kali tiba di rumah
ini. Ada beberapa CCTV yang terpasang di tempat-tempat strategis. Sepertinya
Yunho hyeong mencemaskan keamanan di sini meski letaknya sangat jauh dari
pemukiman penduduk.
***
Tujuh
Jaejoong masih belum mengatakan apapun. Saat ini ia
benar-benar ingin menangis, ia merasa telah menjadi orang paling jahat sedunia
karena menusuk orang yang dicintainya dari belakang. Ia merasakan bagaimana
bingungnya Yunho saat melihat ia datang memasuki gedung pertemuan. Namun hal
yang bisa ia lakukan hanya menatap dingin dan bertingkah seolah tidak pernah
ada apa-apa diantara mereka.
“ingat, lakukan sesuai rencana dan jangan
bertindak macam-macam. Tempat ini bisa menjadi menguntungkan bagi JYH jika kau
bertindak kooperatif. Jika kau nekat melakukan sesuatu diluar rencana kita, aku
bisa menghancurkan JYH dalam beberapa menit saja, kau tahu itu kan?” pesan
Junsu sebelum mereka memasuki gedung pertemuan.
“umm…” Jaejoong mendekatkan mulutnya pada mikrofon, ia
akan mulai berbicara “pertama-tama saya ingin meminta maaf karena sudah membuat
beberapa kekacauan untuk JYH, kepada presdir JYH saya meminta maaf secara resmi
untuk itu” Jaejoong lalu bankit dan membungkukan badannya kearah Yunho.
“beberapa hari
ini, sebenarnya saya pergi ke luar negeri untuk menenangkan diri. Saya pergi ke Indonesia, ya… hm… sebenarnya
ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiran saya, karena tahun ini kontrak 5
tahun saya dengan JYH akan berakhir, banyak tawaran dari perusahaan lain datang
pada saya” Jaejoong menghela nafas sebentar, ujung matanya bisa melihat Yunho
benar-benar kebingungan saat ini, tapi jelas ia tidak bisa bertanya karena hubungan
mereka di depan publik belum diketahui.
“saya mendapat tawaran untuk debut di Amerika”
Sampai sini, Yunho bereaksi dengan mencoba meraih
tangan Jajoong di bawah meja. Mungkin ia mencoba bertanya “apa maksudnya?”
lewat genggaman tangan itu. Serta merta Jajeoong mengelak dan mencoba
mengalihkan perhatian Yunho.
“saya sudah membicarakan ini dengan Presdir beberapa
waktu yang lalu” lanjutnya sambil menatap Yunho “saya benar-benar meminta maaf
pada JYH yang selama ini telah membesarkan nama saya, tapi saya pikir ini
kesempatan yang langka dan harus saya ambil…”
Riuh rendah kembali memenuhi ruangan konferensi pers
itu. Satu-persatu wartawan mengacungkan tangannya.
“Jadi, maksud Anda, Anda akan keluar dari JYH?”
tanyanya setelah dipersilakan.
Jaejoong menghindari tatapan Yunho “benar, saya
memutuskan untuk pergi ke Amerika dan melakukan debut di sana”
“dari mana kau tahu…”
Yunho semakin speechless, ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang ini.
“perusahaan mana yang menawarkan kerjasama dengan
Anda?” tanya wartawan lain.
“maaf, tapi karena perjanjian kami belum resmi jadi
saya belum bisa memberitahukannya pada pers, tolong tunggu sampai perusahaan
itu sendiri yang mengadakan pengumuman resmi”
Lalu, satu demi satu pertanyaan diajukan, semua
berkaitan dengan keluarnya Jaejoong dari JYH. Jaejoong menjawabnya satu persatu
dengan profesional. Ia tidak terlihat sedih sama sekali, meskipun saat ini
hatinya terluka parah.
“ada satu hal lagi yang harus saya sampaikan, saya
dengar menghilangnya saya beberapa hari ini sempat dikaitkan dengan mendiang
presdir Jung. Saya mohon pada teman-teman wartawan untuk mengklarifikasi
masalah itu, rumor itu sama sekali tidak berdasar, saya mengenal baik mendiang
presdir Jung, beliau pekerja keras dan menyayangi keluarga maupun staffnya di
perusahaan. Saya sangat merasa bersalah karena berita seperti itu muncul karena
saya, sekali lagi saya meminta maaf…”
“presdir Jung, bagaimana pendapat anda tentang
kepergian Kim Jaejoong dari JYH?” pertanyaan lainnya muncul.
Yunho baru sadar, selama beberapa puluh menit
konferensi ini berlangsung ia belum memberi pernyataan apapun “hm… Saya sangat
menyayangkan keputusan itu pada awalnya, tapi setelah mempertimbangkan kembali
akhirnya kami, JYH sepakat untuk tidak menghalang-halangi kemajuan karir Kim
Jaejoong” Yunho memutuskan untuk mengikuti alur yang dibuat Jaejoong. Ia masih
belum tahu ucapan Jaejoong itu sandiwara atau betulan, yang jelas ia harus
menyelamatkan dulu “wajah” JYH di acara ini.
Beberapa menit kemudian acara berakhir dan Yunho
langsung mengajak Jaejoong untuk bicara empat mata.
“apa yang kau lakukan di sini?”
“aku tidak bisa membiarkan JYH hancur gara-gara aku”
“aku hampir membereskannya, Jae, kau seharusnya
menunggu sedikit lagi, jika kau kembali seperti ini bagaimana jika pembunuh
itu-“
“aku sudah bertemu dengan mereka”
“siapa?”
“mantan calon suami dan temanku”
Yunho kaget bukan main, ia segera meraih pundah
Jaejoong dengan panik
“mwo? Kau tidak apa-apa? Tidak terluka?”
Jaejoong melepaskan tangan Yunho dengan dingin “tidak
apa-apa”
“lantas? Apa yang terjadi?”
“aku akan pergi dengan mereka, ke Amerika”
Yunho diam, Jaejoong juga diam.
“sebentar, ada apa ini sebenarnya, kenapa tiba-tiba-
ah… duduklah dulu, aku akan ambil minuman sebentar. Kita bicara pelan-pelan,
oke?” Yunho mendorong pelan bahu Jaejoong menuju sofa, namun lagi-lagi Jaejoong
mengelak.
“tidak Yun, aku akan pergi malam ini juga. Jal ga…”
Jaejoong berjalan menuju pintu, namun tangan Yunho langsung menahan langkahnya.
“kau gila Kim Jaejoong?” bentaknya marah “bagaimana kau
bisa seperti ini hah??” tatapan tajamnya menghunus ke arah mata Jaejoong.
“dengar, aku tidak ingin lagi bersembunyi di hutan
seperti buronan. Aku akan menghadapi takdirku sendiri, aku tidak ingin kau
terlibat, jadi lepaskan aku dan jalani hidupmu sendiri!” setengah mati Jaejoong
menahan tangisnya agar tidak meledak.
“kau…” Yunho kehilangan kata-kata, ia seperti tidak
mengenal Jaejoong yang ada di hadapannya saat ini. “jadi, hubungan kita
berakhir seperti ini?”
Jaejoong tidak menjawab, ia melepaskan cengkraman
tangan Yunho sekuat
tenaga dan tanpa mengatakan apapun langsung pergi meninggalkan
ruangan. Meninggalkan Yunho yang mendadak lemas seperti baru saja disengat
jutaan volt listrik.
***
Annyeong!!! gomawo sudah membaca FF ini, untuk next episode akan diposting minggu depan. Please tinggalkan komen setelah membaca FF ini. Don't be a silent reader.