Kamis, 09 Juli 2015

For You [episode 6]

Main Cast:
Kim Jaejoong, Jung Yunho, Shin Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun

Other Cast:
Cho Kyu Hyun

Genre: Romance



Satu

Yunho sudah bersiap untuk pergi ke kantor. Hari ini mungkin akan menjadi hari terberatnya, malam nanti ia akan mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan bahwa JYH tidak bekerjasama lagi dengan Kim Jaejoong. Ia mematut diri di hadapan cermin sambil membenarkan dasinya. Semalam ia sudah memikirkan banyak hal, ia akan melakukan apa yang diminta oleh perusahaan, lalu menunggu sampai keadaan perusahaan membaik sekaligus menyelesaikan masalah Jaejoong dengan si pembunuh bayaran itu. Untuk menyelesaikannya ia kira butuh dua sampai tiga tahun, setelah itu ia akan menjemput Kim Jaejoong kembali ke perusahaan dan mengumumkan hubungan mereka kepada publik.

“selamat pagi direktur” sapa Cho Kyuhuyn di depan mobil yang telah siap menjemput Yunho.

“kau tidak perlu menyapa sesopan itu sekretaris Cho, lagipula kita sudah bertemu pagi ini”

Kyuhyun hanya tersenyum canggung sambil mengusap tengkuknya, lalu ia teringat ada kabar yang harus segera disampaikan “oh ya, direktur, ada kabar baik pagi ini”

Yunho menatap sekretarisnya itu sejenak “kabar baik?” ulangnya seolah tak percaya di tengah badai yang menimpanya ini masih ada kabar baik.

“benar, direktur”

“oke, kita bicarakan di jalan” sahutnya kemudian membuka pintu mobil. Cho Kyuhyun mengikuti atasannya untuk segera masuk ke mobil. Bapak Hong sang supir kemudian menyalakan mesin dan tancap gas.

“rumor di internet tentang mendiang direktur Jung sudah mulai reda, presdir”

“bagaimana bisa?”

“itu… saya juga tidak tahu pasti. Orang suruhan kita sudah melakukan yang terbaik namun tetap saja rumor itu beredar, namun pagi ini sudah banyak komentar negatif tentang JYH dihapus dengan sendirinya oleh pemilik akun”
Kening Yunho berkerut, pikirannya mengatakan bahwa ada yang tidak beres 
“entahlah sekretaris Cho, apa ini kabar baik atau bukan… aku belum yakin”

“ne?” Kyuhuyun keheranan, ia tidak bisa membaca pikiran Yunho lebih jauh.

“bagaimana rencana yang kuminta?”

Kyuhyun lalu mengeluarkan tablet dan menunjukkan halaman presentasi “saya 
sudah membuatnya sebaik mungkin presdir”

Yunho mengamati lembar demi lembar rencana yang dibuat oleh sang sekretaris untuk mencapai tujuannya. Sejauh ini orang yang tahu tentang rencananya mengembalikan Jaejoong pada JYH dua atau tiga tahun lagi, hanyalah Cho Kyuhyun, ia adalah orang kepercayaan nomor dua di perusahaan setelah Changmin.

“jadi menurutmu, dengan tampil di televisi akan membantu citra JYH?”

“benar presdir, menurut saya cerita tentang mendiang ayah anda sangat mengagumkan. Mungkin anda pribadi tidak suka cerita itu diekspos ke mana-mana, tapi jika semua orang tahu kebenarannya langsung dari anda, mereka tidak akan salah paham lagi”

Yunho mengangguk-angguk paham, tampil dalam berbagai acara talkshow memang sering ia lakukan. Namun untuk tujuan menciptakan citra baik JYH, menurutnya itu sedikit berlebihan, sayangnya ia tidak punya pilihan lain.

“lalu, apa kau sudah menemukan orang lain untuk menggantikan Jaejoong sementara ini?”

“belum presdir, bagian pencari bakat sudah mengajukan beberapa nama, namun belum ada yang sebanding dengan Kim Jaejoong”

***

Dua

Changmin bangun siang hari ini, perjalanan kemarin nampaknya membuat ia sangat lelah, terlebih lagi di malam hari ia tidak bisa tidur dan malah minum bersama Kim Jaejoong. Begitu teringat Kim Jaejoong ia langsung bangkit dari tempat tidur dan berharap yeoja itu sudah menyiapkan sarapan yang enak untuknya. Ia sering mendengar Yunho hyeong membangga-banggakan kemampuan Jaejoong dalam memasak. Air liurnya hampir saja menetes.
Namun rumah pagi itu masih tetap tenang seperti semalam. Tidak ada suara televisi atau suara orang memasak dari dapur, ia tidak bisa melihat Kim 
Jaejoong di manapun.

“apakah ia masih tidur?” Changmin memutuskan untuk cuci muka dulu sambil memikirkan bagaimana caranya mendapatkan makanan pagi ini.

“hyeong, apakah istrimu sering bangun siang seperti ini? Aku tidak bisa makan apapun kalau pemilik rumah masih tidur…” SMS Changmin.

“Jaejoong tidak bisa tidur semalaman, biarkan saja dia sampai bangun. Kau boleh memakan apapun yang kau temukan di sana, buka saja lemari di bawah kompor. Jika Jaejoong mulai melihatmu dengan tatapan ingin-membunuh setelah kau selesai makan, bilang saja aku yang suruh, hehehe”

Changmin duduk lemas di sofa, ia sangat menyukai makan namun ia lebih suka jika tidak repot-repot membuatnya dulu. Lalu terlintas ide jahil di kepalanya. Bagaimana jika ia membuat keributan saja, ia akan membuat seolah-olah itu tidak sengaja dan ternyata Jaejoong terbangun. Setelah itu terjadi, Changmin tinggal minta maaf saja. Selesai!

Changmin tersenyum senang dengan ide itu. Namun sebelum ia mulai beraksi, sms dari Yunho hyeong datang lagi.

“awas jika kau melakukan hal bodoh untuk membangunkannya!!!” lengkap dengan emoticon setan berwajah merah dan bertanduk dua. Changmin tertawa getir membaca pesan itu.

“hh…apakah dia memasang cctv di sini?” tanyanya sambil celingukan “tapi kan, tadi aku bicara dalam hati…” gumamnya lagi. “aahhh, molla, sebaiknya aku cari makanan saja!”

Tiga

Pesawat terbang Jakarta-Incheon baru saja mendarat dengan selamat di bandara Incheon. Junsu, Yoochun dan Jaejoong adalah tiga dari ratusan penumpang yang tiba pada sore hari yang dingin itu. Nampaknya hujan akan segera turun, ketiganya berjalan dalam diam dalam suasana yang masih sangat canggung.

Baru saja mereka keluar dari gerbang kedatangan, suasana ramai langsung menyambut mereka. Nampak ada banyak sekali wartawan yang mengarahkan kamera dan mengambil gambar Jaejoong. Yoochun dan Junsu segera bereaksi, keduanya segera menarik Jaejoong kembali menjauhi para wartawan yang jumlahnya mungkin diatas tiga puluhan. Selain itu orang-orang di sekitar mereka yang menyadari bahwa ada Jaejoong di sana segera berbisik-bisik mencurigakan.

“aaaish sial! Bagaimana bisa para wartawan itu tahu kalau kita akan tiba sekarang?” maki Yoochun sambil mengeluarkan ponselnya.

“mungkin informasi bocor saat kita ada di pesawat” duga Jaejoong, masuk akal.

“maaf, aku tidak menyangka akan serepot ini” Junsu terlihat menyesal.

“aku tidak apa-apa” sahut Jaejoong datar “kita keluar saja seperti biasa, bukankah nanti kita juga akan bertemu dengan mereka?”

“tidak, jangan sekarang. Aku sudah mengtur jadwal konferensi pers untukmu” kata Junsu lagi.

“Ahh, Jae Hyun-ah, aku butuh bantuanmu” ujar Yoochun kepada anak buahnya melalui ponsel.

***

Empat

Setibanya di Seoul, Jaejoong tinggal di sebuah kamar hotel yang pelayanan keamanannya terbilang cukup ketat. Junsu bilang mereka akan pergi ke Amerika setelah melakukan konferensi pers nanti malam.

Tidak ada yang dilakukan Jaejoong selain memandangi jalanan kota Seoul dari balik jendela. Tatapanya menerawang jauh, mencoba mencari keberadaan Yunho diantara milyaran manusia yang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing itu. Air matanya sudah habis semalam tadi, sekarang yang ia pikirkan hanyalah keselamatan Yunho.

Tok! Tok!

Jaejoong tak bergeming, nampaknya ia tidak mendengar suara ketukan pintu barusan.

Yoochun mendorong pintu perlahan dan masuk ke ruangan. Ia mengamati Jaejoong yang tengah berdiri di depan jendela, membelakangi pintu sehingga ia yakin bahwa Jaejoong pasti tidak menyadari keberadaannya.

“eHem!”

Jaejoong baru menoleh saat mendengar deheman itu.

“ada apa?” pertanyaan itu meluncur dengan dingin. Sejak pertemuannya kemarin, Jaejoong memang terang-terangan menunjukkan sikap tidak ramah pada Yoochun. Terus terang saja ia merasa sangat dikhianati, dulu mereka adalah teman yang sangat dekat, tapi sejak perpisahannya dengan Junsu, 
Yoochun sama sekali menjadi orang asing baginya. Yoochun bahkan pernah mengancam untuk membunuhnya waktu itu.

“kau baik-baik saja?” Yoochun bertanya canggung.

Jaejoong berjalan menjauhi jendela dan duduk di sofa “ada apa dengan sikapmu, apa kau sekarang mencoba untuk berteman denganku lagi?” sindir 
Jaejoong tetap dengan nada bicara yang tajam.

“Jaejoong-ah…”

“wae?” sahut Jaejoong sambil melotot.

“ada hal yang harus kau tahu”

Jaejoong membuang pandangannya “katakan!”

“Junsu sedang sakit”

Jaejoong terdiam, ia langsung paham kata ‘sakit’ yang dimaksud Yoochun mengarah ke mana, tak lama kemudian ia membuka suara “aku tahu…”

“kau tahu?” Yoochun penasaran apa yang diketahui Jaejoong.

“semacam penyakit mental, bukan begitu?”

Yoochun terdiam beberapa saat “sejak kapan kau tahu...”

“sejak awal, itulah alasanku meninggalkannya”

“mwo?” Yoochun tak habis pikir.

“bagaimana kau bisa melakukan itu hah? Dia teman dan dulu dia adalah calon suamimu, tapi kau meninggalkannya hanya karena ia sakit?” kali ini nada bicara Yoochun yang semakin tajam.

“teman?” Jaejoong tertawa sinis “lalu aku? Apa aku bukan teman kalian?” 
lanjutnya, kali ini ia menatap lurus ke mata Yoochun.

Yoochun diam, berusaha mencerna perkataan Jaejoong.

“kau tahu apa yang terjadi padaku dulu?” Jaejoong menggeleng pelan “Anhi, apa kau pernah menanyakan apa yang terjadi padaku dulu?” ralatnya. “apa kau ingin tahu alasan yang sebenarnya kenapa aku pergi?” ada luka di kedua mata itu.

Yoochun lagi-lagi hanya bisa diam. Ia barus tersadar bahwa selama ini keberpihakannya pada Junsu memang terlalu buta. Ia percaya saja waktu Junsu bilang bahwa Jaejoong pergi karena ingin meraih impiannya menjadi seorang penyanyi. Ia selalu mengiyakan permintaan Junsu untuk membawa Jaejoong kembali ke Amerika. Ia pikir, penyakit Junsu muncul setelah Jaejoong pergi meninggalkannya, ia jadi emosi dan selalu menyimpan amarah pada Jaejoong.

Namun perbincangannya kali ini, membuatnya sadar akan sesuatu. Bahwa ada hal yang ia lewatkan selama ini.

***

Lima

Ponsel Yunho terus berdering untuk yang kesekian kalinya. Tak lama kemudian ponsel mati dan keterangan di layar menyatakan bahwa sudah ada 33 panggilan tak terjawab dari Shim Changmin. Kontan saja tidak ada yang tahu hal itu karena ponsel Yunho tertinggal di meja kerjanya, tidak ada siapapun di sana.

Sang pemilik ponsel tengah sibuk mengatur segala persiapan konferensi pers yang akan berlangsung dalam satu jam lagi. Meja dan kursi bagi para wartawan sudah tertata dengan sempurna, begitupula dengan alat-alat pengeras suara dan pencahayaan. Para staf yang terlihat masih sangat sibuk adalah staf pendekor ruangan dan penyedia konsumsi. Yunho sendiri sedang berbincang dengan kepala seksi acara tentang poin-poin yang akan disampaikan malam ini.

Cho Kyuhyun datang menghampiri Yunho dan memberitahukan bahwa sudah ada beberapa wartawan yang datang, maka dengan sigap Yunho mengumumkan kepada staf yang masih belum selesai bekerja untuk mempercepat pekerjaan mereka. Yunho juga menyampaikan kepada sang sekretaris bahwa pintu ruangan akan dibuka lima menit lagi. Kyuhyun mengangguk patuh dan langsung meluncur menghampiri wartawan di luar sana.

“Selamat malam para wartawan” sapa Yunho dengan penuh karisma. Sejauh ini ada sekitar lima puluh perwakilan media papan atas yang hadir dalam konferensi pers “saya Presiden Direktur JYH entertainment , Jung Yunho imnida…” kemudian dengan sopan, ia membungkukan badannya beberapa saat.

“seperti yang sudah kami beritahu dalam undangan, malam ini ada hal penting yang perlu disampaikan oleh kami terkait skandal yang menimpa JYH belakangan ini…”

Sementara itu di luar gedung…

Sebuah mobil van hitam baru saja tiba di pelataran parkir gedung tempat diadakannya konferensi pers JYH. Setelah mesin dimatikan, tidak ada orang yang keluar dari sana.

“ada yang harus kuberitahu dulu sebelum kita masuk” ucap Junsu dari jok depan.

Kim Jaejoong yang telah berdandan rapi di jok belakang itu bersiap mendengarkan.

“sebenarnya, di dalam sana ada Jung Yunho”
Kontan saja Jaejoong langsung terkesiap. Ia merasa dijebak oleh Junsu yang awalnya berkata mereka hanya akan menyelenggarakan konferensi pers biasa.

“apa maksudmu?” tanya Jaejoong sambil menahan marah.

“aku ingin hubunganmu dengan orang itu berakhir malam ini juga”

“itu urusanku Kim Junsu, kau tidak berhak ikut campur”

Junsu membalikan badannya, menatap Jaejoong dengan nuansa mengancam 
“kau tidak punya pilihan saat ini. Seperti perjanjian kita kemarin, ikuti kemauanku dan Yunho beserta perusahaannya akan selamat”

Tangan Jaejoong mengepal geram, tak ada lagi yang bisa ia ucapkan sekarang. Benar, ini sudah menjadi keputusannya jadi seberat apapun harus ia jalani.

“Junsu-yah, kita bicara sebentar” ajak Yoochun yang kemudian membuka pintu mobil dan keluar. Tanpa bertanya lagi Junsu pun ikut keluar.

“kau benar-benar akan melakukan ini?” tanya Yoochun cemas “kau bahkan tidak bilang dulu padaku…”

“aku sudah memutuskannya Yoochun-ah… kita lihat saja apa yang terjadi nanti”

“tapi…” Yoochun menahan tangan Junsu “tidakkah kau merasa sedikit bersimpati kepada Jaejoong? Meninggalkan orang itu saja sudah pasti berat untuknya, sekarang kau menyuruh dia untuk melawan orang itu di depan pers?”

Junsu merasakan ada sesuatu yang aneh, ia memainkan bibirnya dengan gerakan tak jelas kemudian berkata “ada apa denganmu Park Yoochun? Sekarang kau mencemaskan yeoja itu?” Junsu tersenyum sinis, lantas menghampiri mobil dan membukakan pintu untuk Jaejoong.

“yeoja itu?” ulang Yoochun dalam hati, ia merasa tidak habis pikir. Kelainan  mental yang diderita Junsu membuatnya terkadang bersikap aneh, di satu sisi sangat menyayangi Jaejoong, namun di sisi lain Junsu akan terlihat kejam dalam memperlakukannya.

Jaejoong turun dari mobil, saat itu ia mengenakan gaun berwarna peach dengan riasan sederhana. Ia tidak mengatakan apapun setelah keluar dari mobil, namun hatinya sibuk berdebat, ada sisi yang ingin ia menyerah menyakiti diri sendiri dan kembali pada Yunho dengan resiko apapun. Namun ada sisi yang lebih keras kepala, menyuruhnya untuk bertahan dan melakukan semua yang diminta oleh Junsu.

Pintu ruangan dibuka dari luar setelah dua penjaga memeriksa keaslian kartu undangan pers yang diberikan oleh Yoochun.

“hal pertama yang akan saya sampaikan terkait dengan hilangnya Kim Jaejoong…” baru saja Yunho akan berbicara lebih lanjut, seisi ruangan tiba-tiba menjadi gaduh, seseorang yang baru saja datang memasuki ruang pertemuan langsung menjadi sorotan.

“itu Kim Jaejoong…” bisik para wartawan yang akhirnya menjadi teriakan kecil. Segera saja mata lensa membidik ke arah yeoja berambut panjang nan lurus itu. Jaejoong berjalan dengan dikawal oleh seorang namja berpakaian serba hitam seperti bodyguard, ia menuju meja di depan ruangan tempat Yunho berada.

Lebih dari siapapun di dalam ruangan ini, Yunho lah yang paling terkejut. Ia hampir tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Jaejoong hadir dalam acara konferensi pers, tatapannya dingin dan seolah tidak mempedulikan tanda tanya yang terlihat jelas di matanya. Jaejoong duduk tepat di sebelah Yunho, ia memberi kesan seolah menyapa presdir JYH itu dan meminta maaf karena terlambat.

***

Enam

Changmin stress bukan main, ia baru menyadari bahwa Jaejoong menghilang. Siang tadi, karena terdorong rasa penasarannya ia terpaksa menerobos masuk ke kamar tidur Jaejoong, namun tidak ada siapapun di sana, setelah mencari ke seantero rumah ia mulai curiga dan memeriksa lemari pakaian Jaejoong. Benar saja, ia menemukan hanya beberapa pakaian wanita tersisa di sana, sudah dipastikan bahwa yeoja itu kabur dari rumah.

Meski itu baru dugaanya saja, namun Changmin cukup yakin bahwa Jaejoong bukan menghilang karena diculik atau tersesat di suatu tempat di luar sana. Ia butuh bantuan dari Yunho, namun sejak tadi, setelah lebih dari seratus panggilan yang ia layangkan pada kakak sepupunya itu, tetap tidak ada jawaban.

hyeong, segera hubungi aku! Kim Jaejoong menghilang!!!” pesannya.

Changmin sudah melakukan gerak mondar-madir selama kurang lebih setengah jam ini. Pikirannya kacau, ia teringat janjinya pada Yunho bahwa ia akan melindungi Jaejoong untuknya. Sekarang ini ia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa.

Setelah merasa lelah, ia pun duduk di kursi ‘bar’ dan meneguk segelas air putih. Sekarang ini ia mencoba menenangkan dirinya sendiri dan mulai memikirkan segala kemungkinan perginya Jaejoong. Saat itu, tiba-tiba matanya melihat secarik kertas yang diselipkan di bawah keranjang tempat minuman-minuman sachet disimpan. Ia membalikan kertas itu dan melihat tulisan di atasnya.
Ini dari Jaejoong.

“Changmin-ssi, maafkan aku. Aku punya hutang padamu karena satu pertanyaan lagi belum aku jawab. Tapi aku harus pergi, setelah kepergianku, kau mungkin akan mendengar berita mengejutkan tentangku. Sekali lagi, maafkan aku. Lain kali, setelah keadaan membaik dan kebetulan kita bertemu lagi, aku masih bersedia menjawab pertanyaan terakhirmu.-Kim Jaejoong”

Changmin mengurut keningnya yang terasa berdenyut-denyut. Lalu, percakapan mereka malam tadi seolah terulang kembali di dalam kepalanya.

~~~

“kalau begitu, pertanyaan pertama?”

“hm…” Changmin pura-pura berpikir, ia sebenarnya sudah tahu apa yang ingin ia tanyakan “waktu itu, kita bertemu di ruang wardrobe, kau ingat?”

“ya…” Jaejoong mengangguk pelan-pelan.

“boleh aku bertanya alasan kau menangis waktu itu?”
Jaejoong terdiam sejenak “sebenarnya aku tidak ingin bercerita tentang itu lagi, tapi karena aku sudah berjanji pada Changmin-ssi maka aku akan menjawabnya dengan jujur” ia lalu menghela nafas dan mulai bercerita, bahwa ia baru saja mendapat ancaman dibunuh oleh teman dekatnya sendiri waktu di Amerika.

Changmin langsung teringat permintaan Yunho untuk mencari pembunuh bayaran yang mengincar Jaejoong. Namanya, sama persis dengan yang diceritakan Jaejoong: Park Yoochun.

Setelah mengakhiri ceritanya ia meneguk bir lagi dan tersenyum pahit. Kenangan buruk itu sepertinya ingin ia kubur dalam-dalam dan jika mungkin akan ia hapus selamanya dari ingatan.

“sebenarnya aku merasa tidak enak karena membuatmu mengungkit lagi hal itu, tapi aku terlanjur penasaran, jadi… hm… boleh aku lanjutkan pertanyaan keduaku?”

Jaejoong mengangguk selagi menelan cairan dingin dari gelas di tangannya.

“apa alasan temanmu itu ingin membunuhmu?”

Untuk pertanyaan kedua ini, Jaejoong membuat jeda lebih lama dari sebelumnya. Ia menghela nafas lalu menghembuskannya dengan cemas, matanya menatap langit-langit lalu menatap gelas di hadapannya, tangannya juga ikut menggambarkan rasa cemas itu dengan bergerak-gerak menelusuri bibir meja.

“tapi, aku ingin kau merahasiakannya dari orang lain” ujar Jaejoong.

“orang lain? Siapa?”

“siapa pun, keluargamu, teman-temanmu, kolega bisnismu…”

“keluarga, teman dan kolega bisnisku hanya Yunho hyeong! apa dia juga tidak tahu?”

Jaejoong tersenyum lalu menggelengkan kepala “tidak, dia tahu… dia satu-satunya orang yang kuberi tahu tentang ini”

“jadi, kau akan menjawabnya?”

“oke, aku percaya padamu karena kau keluarga-teman-dan kolega bisnis suamiku” Jaejoong meneguk kembali bir di gelasnya sampai habis sebelum bercerita “mantan calon suamiku yang menyuruhnya, dulu kami sempat hampir menikah, tapi dia semakin bertingkah aneh, kupikir ia mengalami gangguan mental atau semacamnya. Ia menjadi sangat terobsesi padaku dan mengurungku di kamar seperti bukan manusia. Jadi aku memutuskan untuk lari dan membangun hidupku dari awal”

“pasti sangat berat untukmu…” Changmin mulai berempati.

Jaejoong mengangguk tanpa ragu “tapi sejak Yunho berada di sisiku, aku tidak pernah merasa takut lagi. Semuanya akan baik-baik saja, seperti yang selalu ia katakan padaku” saat itu Changmin melihat mata Jaejoong mulai berkaca-kaca 
“pertanyaan ketiga?”

Changmin menggeleng “tidak, nanti saja…”

~~~

Pada percakapan terakhir itu Changmin melihat mata Jaejoong mulai berkaca-kaca. Jika dipikir-pikir saat ini, mungkin waktu itu Jaejoong sudah berpikir untuk pergi hari ini.

“sebenarnya ke mana orang ini?” tanyanya putus asa. Lalu ide sederhana yang tidak terpikirkan sebelumnya, karena panik itu pun muncul. CCTV!!!
Changmin mengetahuinya saat pertama kali tiba di rumah ini. Ada beberapa CCTV yang terpasang di tempat-tempat strategis. Sepertinya Yunho hyeong mencemaskan keamanan di sini meski letaknya sangat jauh dari pemukiman penduduk.

***

Tujuh

Jaejoong masih belum mengatakan apapun. Saat ini ia benar-benar ingin menangis, ia merasa telah menjadi orang paling jahat sedunia karena menusuk orang yang dicintainya dari belakang. Ia merasakan bagaimana bingungnya Yunho saat melihat ia datang memasuki gedung pertemuan. Namun hal yang bisa ia lakukan hanya menatap dingin dan bertingkah seolah tidak pernah ada apa-apa diantara mereka.

“ingat, lakukan sesuai rencana dan jangan bertindak macam-macam. Tempat ini bisa menjadi menguntungkan bagi JYH jika kau bertindak kooperatif. Jika kau nekat melakukan sesuatu diluar rencana kita, aku bisa menghancurkan JYH dalam beberapa menit saja, kau tahu itu kan?” pesan Junsu sebelum mereka memasuki gedung pertemuan.

“umm…” Jaejoong mendekatkan mulutnya pada mikrofon, ia akan mulai berbicara “pertama-tama saya ingin meminta maaf karena sudah membuat beberapa kekacauan untuk JYH, kepada presdir JYH saya meminta maaf secara resmi untuk itu” Jaejoong lalu bankit dan membungkukan badannya kearah Yunho. 

“beberapa hari ini, sebenarnya saya pergi ke luar negeri untuk menenangkan diri.  Saya pergi ke Indonesia, ya… hm… sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiran saya, karena tahun ini kontrak 5 tahun saya dengan JYH akan berakhir, banyak tawaran dari perusahaan lain datang pada saya” Jaejoong menghela nafas sebentar, ujung matanya bisa melihat Yunho benar-benar kebingungan saat ini, tapi jelas ia tidak bisa bertanya karena hubungan mereka di depan publik belum diketahui.

“saya mendapat tawaran untuk debut di Amerika”

Sampai sini, Yunho bereaksi dengan mencoba meraih tangan Jajoong di bawah meja. Mungkin ia mencoba bertanya “apa maksudnya?” lewat genggaman tangan itu. Serta merta Jajeoong mengelak dan mencoba mengalihkan perhatian Yunho.

“saya sudah membicarakan ini dengan Presdir beberapa waktu yang lalu” lanjutnya sambil menatap Yunho “saya benar-benar meminta maaf pada JYH yang selama ini telah membesarkan nama saya, tapi saya pikir ini kesempatan yang langka dan harus saya ambil…”

Riuh rendah kembali memenuhi ruangan konferensi pers itu. Satu-persatu wartawan mengacungkan tangannya.

“Jadi, maksud Anda, Anda akan keluar dari JYH?” tanyanya setelah dipersilakan.
Jaejoong menghindari tatapan Yunho “benar, saya memutuskan untuk pergi ke Amerika dan melakukan debut di sana”

“dari mana kau tahu…” Yunho semakin speechless, ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang ini.

“perusahaan mana yang menawarkan kerjasama dengan Anda?” tanya wartawan lain.

“maaf, tapi karena perjanjian kami belum resmi jadi saya belum bisa memberitahukannya pada pers, tolong tunggu sampai perusahaan itu sendiri yang mengadakan pengumuman resmi”

Lalu, satu demi satu pertanyaan diajukan, semua berkaitan dengan keluarnya Jaejoong dari JYH. Jaejoong menjawabnya satu persatu dengan profesional. Ia tidak terlihat sedih sama sekali, meskipun saat ini hatinya terluka parah.

“ada satu hal lagi yang harus saya sampaikan, saya dengar menghilangnya saya beberapa hari ini sempat dikaitkan dengan mendiang presdir Jung. Saya mohon pada teman-teman wartawan untuk mengklarifikasi masalah itu, rumor itu sama sekali tidak berdasar, saya mengenal baik mendiang presdir Jung, beliau pekerja keras dan menyayangi keluarga maupun staffnya di perusahaan. Saya sangat merasa bersalah karena berita seperti itu muncul karena saya, sekali lagi saya meminta maaf…”

“presdir Jung, bagaimana pendapat anda tentang kepergian Kim Jaejoong dari JYH?” pertanyaan lainnya muncul.

Yunho baru sadar, selama beberapa puluh menit konferensi ini berlangsung ia belum memberi pernyataan apapun “hm… Saya sangat menyayangkan keputusan itu pada awalnya, tapi setelah mempertimbangkan kembali akhirnya kami, JYH sepakat untuk tidak menghalang-halangi kemajuan karir Kim 
Jaejoong” Yunho memutuskan untuk mengikuti alur yang dibuat Jaejoong. Ia masih belum tahu ucapan Jaejoong itu sandiwara atau betulan, yang jelas ia harus menyelamatkan dulu “wajah” JYH di acara ini.

Beberapa menit kemudian acara berakhir dan Yunho langsung mengajak Jaejoong untuk bicara empat mata.

“apa yang kau lakukan di sini?”

“aku tidak bisa membiarkan JYH hancur gara-gara aku”

“aku hampir membereskannya, Jae, kau seharusnya menunggu sedikit lagi, jika kau kembali seperti ini bagaimana jika pembunuh itu-“

“aku sudah bertemu dengan mereka”

“siapa?”

“mantan calon suami dan temanku”

Yunho kaget bukan main, ia segera meraih pundah Jaejoong dengan panik 
“mwo? Kau tidak apa-apa? Tidak terluka?”

Jaejoong melepaskan tangan Yunho dengan dingin “tidak apa-apa”
“lantas? Apa yang terjadi?”

“aku akan pergi dengan mereka, ke Amerika”

Yunho diam, Jaejoong juga diam.

“sebentar, ada apa ini sebenarnya, kenapa tiba-tiba- ah… duduklah dulu, aku akan ambil minuman sebentar. Kita bicara pelan-pelan, oke?” Yunho mendorong pelan bahu Jaejoong menuju sofa, namun lagi-lagi Jaejoong mengelak.

“tidak Yun, aku akan pergi malam ini juga. Jal ga…” Jaejoong berjalan menuju pintu, namun tangan Yunho langsung menahan langkahnya.

“kau gila Kim Jaejoong?” bentaknya marah “bagaimana kau bisa seperti ini hah??” tatapan tajamnya menghunus ke arah mata Jaejoong.

“dengar, aku tidak ingin lagi bersembunyi di hutan seperti buronan. Aku akan menghadapi takdirku sendiri, aku tidak ingin kau terlibat, jadi lepaskan aku dan jalani hidupmu sendiri!” setengah mati Jaejoong menahan tangisnya agar tidak meledak.

“kau…” Yunho kehilangan kata-kata, ia seperti tidak mengenal Jaejoong yang ada di hadapannya saat ini. “jadi, hubungan kita berakhir seperti ini?”
Jaejoong tidak menjawab, ia melepaskan cengkraman tangan Yunho sekuat 
tenaga dan tanpa mengatakan apapun langsung pergi meninggalkan ruangan. Meninggalkan Yunho yang mendadak lemas seperti baru saja disengat jutaan volt listrik. 

***
Annyeong!!! gomawo sudah membaca FF ini, untuk next episode akan diposting minggu depan. Please tinggalkan komen setelah membaca FF ini. Don't be a silent reader.


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar