Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho, Shin Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun
Other Cast:
Cho Kyu Hyun
Cameo:
Go Ara, Han Ji Min, Do Min Joon
Genre: Romance
Satu
Satu minggu setelah konferensi pers JYH…
Amerika
Yoochun sudah melepaskan jabatannya sebagai polisi di
Seoul dan ikut bekerja di perusahaan entertainment yang dirintis Junsu. Sebelum
pindah ke Korea, ia memang sempat bekerja sebagai seniman dan pernah terlibat
dalam produksi musik video beberapa penyanyi. Sekarang Yoochun juga diminta
oleh Junsu untuk memproduseri MV pertama yang akan dirilis oleh perusahaan Junsu:
XIATIC House.
Yoochun menghentikan langkahnya, ia melihat orang yang
dicari tengah berada dalam ruangan tempat rapat yang dikelilingi empat dinding
kaca kedap suara, orang itu tengah bersama Kim Jaejoong. Yoochun tidak langsung
masuk ke dalam ruangan itu, ia memperhatikan Jaejoong lebih lama, sejak
kedatangannya ke Amerika, ia belum pernah sekalipun melihat Jaejoong menangis,
sebaliknya, ia terlihat sangat serius bekerja. Ia jadi penasaran dengan apa
yang dipikirkan wanita itu.
“Yoochun-ah” Junsu melambaikan tangan dari dalam
ruangan, Yoochun membalas lambaian tangan itu singkat kemudian berjalan
menghampiri kedua temannya.
“wasseo…” sapa Jaejoong sambil ‘tersenyum’ kecil.
Yoochun sendiri tidak yakin apakah itu senyuman atau bukan.
“sedang apa kalian?” tanya Yoochun
“ini materi album, kami masih bingung antara dua lagu
ini”
“whaa, cepat sekali. Kalian sudah mencoba lagunya?”
“hm” Junsu mengangguk “kau mau bantu memilih?” Junsu
menyodorkan beberapa kertas lagu yang hendak diseleksi sebagai lagu terakhir yang
masuk ke dalam album.
“menurutmu bagaimana?” tanya Yoochun ada Jaejoong.
“menurutku semua bagus, terserah saja…”
“dulu, jika diminta pendapat Kau pasti akan
memberikan dengan sungguh-sungguh, kau selalu memberikan kritik pada apapun
pada suatu hal meski nampak baik dari luar” gumam Yoochun
dalam hati.
Yoochun memanyunkan bibirnya, itu tanda bahwa ia sedang
berpikir keras “kalau begitu ini saja!” ia memilih suatu lagu berjudul Fallen
Leaves.
“ya! Bagaimana kau memilih semudah itu…” Junsu protes.
“dalam memilih kau hanya perlu mencintai yang satu dan
mengabaikan yang lain, selesai!” Yoochun menyingkirkan kertas lainnya dan
mengacungkan kertas yang ia pilih di hadapan Junsu.
Junsu tersenyum senang “benar, kau selalu benar
Yoochun-ah” ia lalu mengambil kertas itu dan memasukannya pada map. “baiklan,
rapat mengenai MV akan kita lakukan setelah makan siang, jadi kita makan dulu.
Jaejoong ah, kau ingin makan apa?”
“amm, mian Junsu-yah, tapi aku sudah ada janji makan
siang dengan seseorang”
“nugu?” Junsu curiga.
“nona Alexa, dia koreografer yang kau kenalkan waktu
itu”
“ah… kalian akan membicarakan konsep koreografi
sekarang?”
Jaejoong mengangguk.
“kalau begitu kita batalkan saja, makan siang bersamaku
dulu” Junsu mulai terlihat overprotektif lagi.
“terserah kau saja, tapi mungkin nona Alexa tidak akan
bisa menemui kita dalam waktu dekat. Kudengar ia ada jadwal ke Brazil dua pekan
ke depan” ujar Jaejoong datar.
Junsu mulai mempertimbangkan, seluruh konsp MV harus
sudah siap dalam satu minggu, termasuk gerakan dance solo Jaejoong yang dibuat
oleh nona Alexa. Jika tidak hari ini, maka ia harus menggu dua minggu lagi.
Tidak, itu terlalu lama.
“Araseo, di mana kalian akan bertemu? Setelah selesai
akan kujemput”
“tidak usah, kami akan bicara di kantor”
“ahhh… benarkah?” Junsu mengangguk-angguk “geurae, kalo
begitu aku pergi
dulu dengan Yoochun”
Jaejoong mengangguk lemah “ka…”
***
Dua
Sudah satu minggu Changmin tidak mendapat kabar tentang
Yunho. Ia pastikan hyeong sepupunya itu tengah mengunci diri dalam kamar yang
gelap dan tidak melakukan apapun selain minum soju. Ia memang cemas, tapi tidak
bisa mengunjungi Yunho karena perusahaan tidak bisa ditinggalkan sekarang ini.
Setelah konferensi pers tentang Kim Jaejoong diadakan, citra perusahaan
berangsur membaik. Bagian pencari bakat juga nampaknya sudah mempersiapkan
debut artis JYH yang baru untuk menggantikan Jaejoong menjadi bintang asia.
Pokoknya keadaan perusahaan sedang sibuk sekali, jika
Changmin pergi, ia takut ada kekacauan lain diluar kendalinya. Sementara hyeongnya
sibuk menata hati yang hancur setelah ditinggal sang istri.
“sekretaris Cho, bisakah kau melaporkan kegiatan
persiapan debut dengan mulutmu saja?”
“ne?” Kyuhyun nampak tidak mengerti.
“maksudku, ceritakan saja secara singkat, aku malas
membaca laporannya”
Kyuhun berjalan mendekat dan mulai bercerita “persiapan
debut Artis BTOB sudah hampir selesai, teaser album pertama sudah diluncurkan
dan-“
“bagaimana reaksi orang?”
“cukup… baik” jawab Kyuhyun yang sebenarnya ragu dengan
penilaiannya sendiri “mungkin karena belakangan ini JYH menjadi sorotan media
masa, debut BTOB sempat jadi tredding topik di internet”
“hm…” Changmin mengangguk-angguk pelan.
“albumnya sendiri akan dirilis dua minggu lagi, hmm…
beberapa acara televisi sudah menyetujui mereka untuk tampil dalam acara musik
awal bulan depan”
“araseoyo, terimakasih. Kau boleh pergi” Changmin
menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi dan memijit dahinya pelan.
Sebenarnya belakangan ini ia merasa sangat cemas dengan keadaan Yunho.
“maaf wakil presdir” kata Kyuhyun yang membuat Changmin
agak terhenyak kaget, karena dikiranya ia sudah pergi.
“ada apa?”
“apakah anda sudah melihat keadaan presdir?”
“tidak, belum…”
“kalau begitu, bagaimana kalau sore ini anda menemui
beliau…”
“lho, bukannya ada rapat dengan investor baru?”
“itu bisa saya atur wakil presdir, yang penting saat
ini kita tahu bagaimana keadaan presdir Jung”
Changmin diam sejenak “apakah tidak masalah?”
Kyuhyun mengangguk sopan “sebenarnya calon investor
yang akan berkunjung sore ini adalah salahsatu kenalan saya, jadi…”
“asssaa!!” Changmin tersenyum sumringah “bagus
sekretaris Cho, kalau begitu aku mengandalkanmu…” ia kemudian bangkit dan
bersiap-siap pergi.
***
Tiga
Apartemen itu terkunci dari dalam, tentu saja karena
pemilik apartemen ini sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun. Changmin
berusaha menelepon Yunho berkali-kali namun sambungannya gagal terus. Ia
menggedor-gedor pintu seperti kesetanan. Lama-lama perasaannya menjadi tidak
enak.
“Mas…!” tegur seseorang yang menyembul dari balik pintu
apartemen di sebelahnya.
Changmin menoleh, sesosok laki-laki bermata sipit yang
sangat familiar menatapnya dengan kesal.
“bisa tidak, jangan berisik. Saya sedang istirahat!”
komplainnya.
Changmin malah memikirkan hal lain, ‘di mana aku
melihatnya ya?’ “Hmm… anda… Do Min Joon?”
Laki-laki itu mengangguk lemah, ia semakin kesal karena
komplainnya tidak direspon “ada perlu apa sampai menggedor-gedor pintu begitu?”
“ah, ini, hyeongku sedang mengalami waktu yang sulit
belakangan ini. Dia tidak bisa ditelpon dan tidak mau membukakan pintu. Aku
jadi cemas… ehm, maaf sudah menganggu anda”
Do Min Joon menghela nafas, alih-alih marah, ia rupanya
tipe tetangga yang pengertian dan suka menolong, ia berjalan mendekati Changmin
dan mengeluarkan ponselnya.
“yeoboseyo?” Do Min Joon berbicara dengan seseorang, ia
nampaknya memanggil pihak pengelola apertemen untuk membukakan pintu apartemen
Yunho.
“gomapseumnida…” ucap Changmin yang kemudian merasa
bodoh sendiri karena tidak terpikir ide itu. Tak lama kemudian seorang manajer
yang nampaknya sudah kenal lama dengan Do Min Joon dan seorang tukan kunci
datang. Hanya butuh waktu beberapa menit saja, pintu langsung terbuka.
Changmin memasuki apartemen yang gelap gulita itu.
Selain keadaan di luar sana yang mulai gelap, gorden ruangan ini memang sudah
ditutup, atau memang sudah begitu selama berhari-hari. Changmin mencoba mencari
saklar lampu dan ruangan pun terlihat jelas.
Di meja ruang televisi yang biasanya bersih itu kini
tercecer sampah-sampah yang didominasi bekas botol soju. Sampah-sampah plastik
lain juga berserakan di dekat televisi sampai kea rah dapur yang ternyata
keadaanya lebih ‘mengerikan’. Banyak peralatan yang kotor dan dibiarkan
menumpuk di westafel. Melihat hal itu, Changmin hanya bisa menggeleng-gelengkan
kepalanya.
“hyeoooong!!!Yunho hyeeoooong!” panggil Changmin sambil
menaiki tangga menuju kamar Yunho di lantai dua.
Cklek.
Ruangan kamar juga gelap total, Changmin juga tidak
bisa mendengar suara apapun selain suara nafasnya sendiri. Ia terpaksa
meraba-raba dinding kembali untuk mencari saklar lampu. Setelah lampu menyala,
ia lebih terkejut dari sebelumnya, kamar ini mungkin menjadi tempat terparah
yang menjadi pelampiasan kemarahan Yunho. Barang-barang berserakan di lantai
dalam keadaan rusak, termasuk figura foto, vas bunga, jam, dan hiasan lainnya.
Kaca di meja rias juga rusak parah seperti dihantam benda tumpul sehingga
memantulkan banyak bayangan dirinya yang kini terlihat semakin cemas.
“hyooong! Dimana kau?” panggil Changmin lagi sambil
berjalan untuk memeriksa kamar mandi.
Cklek.
Changmin terpaku, ia nyaris tidak percaya pada apa yang
dilihatnya saat ini. Sesosok tubuh yang hanya terbalut kaos oblong dan celana
olahraga itu terkapar di lantai kamar mandi, pergelangannya penuh darah akibat
luka sayatan oleh pecahan kaca botol soju.
“hyeong…” bisik Changmin shock. Ia berjalan mendekat
dan langsung memeriksa denyut nadi pada leher Yunho. Seketika saja ia menangis
sambil berusaha menaikan tubuh itu ke gendongannya.
“kau harus bertahan hyeong…”
***
Empat
Pukul 22.03 waktu Amerika Serikat
Rapat mengenai pembahasan konsep MV baru saja usai,
Yoochun menghampiri Jaejoong yang masih sibuk berdiskusi dengan desainer yang
mengurusi semua pakaian untuk dipakai dalam MV nanti. Jaejoong memberikan
pendapatnya soal sebuah rancangan yang terpampang layar laptop sang desainer.
Ia benar-benar nampak serius dan profesional. Melihat itu, entah mengapa
Yoochun menjadi khawatir.
“Jaejoong ah, kau akan pulang ke rumah?” tanya Yoochun
sambil berjalan mendekat. Yang dimaksud dengan ‘rumah’ yaitu apartemen tiga
kamar yang dulu mereka tempati bersama-sama.
Jaejoong mendongak, mengalihkan perhatiannya sejenak.
“tidak Yoochun-ah, aku harus lembur lagi, aku akan tidur di kantor saja”
sahutnya datar.
“proyek kita kan masih punya banyak waktu, kau tidak
perlu terburu-buru
Jae…”
“aniya, aku hanya ingin mengerjakan semua dengan baik”
sambungnya tanpa terdengar sungguh-sungguh.
Seorang staff wanita bernama Han Ji Min yang sepertinya
dekat dengan Yoochun menarik tangan namja itu diam-diam menjauhi meja Jaejoong
“dia…” bisiknya sambil menunjuk ke arah Jaejoong menggunakan isyarat kepala
“bahkan tidak tidur satu menitpun saat berada di sini, sepertinya dia mulai
gila…” lanjutnya masih dengan berbisik.
“kau yakin?” tanya Yoochun agak sanksi.
Ji Min mengangguk pasti “aku tidur bergantian dengan Ara,
dan kami tidak melihat dia tidur sama sekali. Aiishh… aku takut dia tiba-tiba
pingsan…” cemas Ji Min.
“kajja Yoochun-ah” Junsu menepuk pundak Yoochun sebelum
pergi meninggalkan ruangan dengan langkah cepat. Dilihat dari gesturnya, ia sepertinya
sedang menahan kesal.
“kalke” pamitnya pada Ji Min seraya memberikan tepukan
pelan pada staff wanita itu. Yoochun tidak dapat berbuat apa-apa lagi, ia
segera menyusul Junsu ke parkiran.
“chh! Menurutmu, sampai kapan aku harus menuggu lagi?”
tanya Junsu saat mobil mulai meninggalkan basement.
“Jaejoong?”
“eoh! bukankah dia terlihat sangat dingin belakangan
ini?”
“entahlah… aku sudah membawanya kembali sesuai janjiku,
selebihnya kau yang urus Su!”
Junsu menjambak rambut dengan satu tangannya “dia belum
bisa melupakan Jung Yunho”
“menurutku dia tidak berniat melupakannya”
“menurutmu apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya
melupakan namja itu?” Junsu terlihat berpikir keras.
Yoochun mengernyit, ia tidak mengharapkan kata-kata itu
terdengar dari mulut sahabatnya. “Su, kita harus bicara sebentar”
Junsu menoleh, sadar bahwa suara Yoochun mendadak
berubah menjadi lebih serius. “Wae?”
Yoochun menepikan mobilnya dan mematikan mesin “bisakah
kau ceritakan padaku apa yang terjadi saat itu?”
“saat itu? Kapan?” Junsu nampak masih bingung dengan
arah pertanyaan Yoochun.
“waktu Jaejoong pergi meninggalkanmu” Yoochun menghela
nafas sesaat “apa yang sebenarnya membuat Jaejoong meninggalkanmu waktu itu?”
Junsu terdiam.
***
Lima
Cho Kyuhyun berlari-lari sepanjang koridor, ia melihat
tanda petunjuk ruang UGD dan langsung mengikutinya. Beberapa menit yang lalu ia
baru saja mendapat telepon dari wakil Shim yang memberitahukan bahwa presdir
Yunho masuk rumah sakit.
Nampak di depan ruangan yang masih tertutup itu,
Changmin yang terduduk lemas dan tatapannya kosong. Begitu Kyuhyun tiba, ia
hanya menoleh sebentar dan kembali ke posisinya semula.
“waseoyo…?” sapanya tanpa mengalihkan perhatian dari
titik lamunan.
“apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Kyuhyun sambil
mengatur nafasnya.
“maaf mengganggumu sekretaris Kyu, aku hanya tidak tahu
harus memanggil siapa lagi…” kata Changmin.
Kyuhyun merasa bahwa wakil Shim sedang memikul suatu
beban berat yang tidak bisa dibagi dengan siapapun. Ia pun tidak melanjutkan
pertanyaannya dan memilih duduk di samping wakil Shim.
“gwaenchanayo… setahuku presdir orang yang sangat kuat,
ia pasti tidak apa-apa” hibur Kyuhyun.
“begitukan? Yunho hyeong yang aku kenal juga begitu…
tapi kenapa hanya gara-gara seorang yeoja ia menjadi begini?” ratap Changmin,
ia lalu menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
“maksud anda, Kim Jaejoong?” tebak Kyuhyun.
Telapak tangannya diturunkan dan Changmin kembali duduk
bersender “ah, rupanya sekretaris Cho sudah tahu”
Kyuhyun hanya mengangguk-angguk pelan “meski kalian
tidak pernah menyebutkannya secara langsung, namun aku sudah mencurigainya
sejak lama”
“menurutmu, Kim Jaejoong bagaimana?” tanya Changmin
iseng.
“profesional, dingin, dan sedikit… berambisi” terang
Kyuhyun singkat.
“lantas apa yang membuat hyeong jatuh cinta padanya?”
Lalu, keduanya terdiam. Pertanyaan sederhana itu seolah
mengambang di udara lalu pergi diam-diam tanpa jawaban, tidak pernah ada alasan
yang benar-benar akurat untuk menjelaskan jatuh cinta, bukan?
“tadi sore, setelah anda pergi aku mendengar kabar
bahwa Kim Jaejoong akan ke Korea besok”
Changmin menoleh “jinjja? Untuk apa?”
“kudengar mereka akan membuat MV untuk album debut
Jaejoong di perusahaan XIATIC house”
“tunggu!” Changmin terhenyak “maksudmu XIATIC house?”
ia mengenali perusahaan itu sebagai parter JYH Entertaimen yang dipimpin oleh
Kim Xia.
“Presdir sudah mengetahui hal ini beberapa waktu yang
lalu” Kyuhyun memberikan dulu keterangan sebelum melanjutkan ucapannya
“ternyata perusahaan itu memiliki hubungan dengan pihak yang mencoba membunuh
Kim Jaejoong. Mereka mendekati JYH untuk memperoleh informasi tentang Kim
Jaejoong”
Changmin ternganga, ia ingat benar bahwa perusahaan itu
menjadi parter JYH atas hasil kerjanya. Dengan kata lain ia yang membiarkan
para penjahat itu mengorek informasi diam-diam lalu mengambil Kim Jaejoong
untuk diperalat menghancurkan Yunho.
“apa-apaan ini?” makinya tidak percaya.
***
Enam
“chogi… Jaejoong-ssi…” seorang yeoja mendekat sambil
membawa mug berisi minuman panas.
Jaejoong menoleh “ada apa?” tanyanya datar.
“aku lihat kemarin malam kau tidak tidur sama sekali,
apa kau memiliki penyakit uhm… apa itu… ah! insomnia?”
Jaejoong bersandar sebentar “entahlah, aku sendiri juga
tidak tahu, aku hanya tidak mengantuk”
“kau ingin ini?” ia mengacungkan mug yang dibawanya.
“apa itu?”
“susu hangat. Kudengar minuman ini bisa membantumu
untuk tidur”
Jaejoong mengulurkan tangannya “kalau begitu, aku
berterima kasih padamu, hm… siapa namamu?”
“Ara, Go Ara” setelah menyerahkan mug itu ke tangan
Jaejoong ia mengulurkan lagi tangannya untuk bersalaman. Jaejoong menyambut
uluran tangan itu.
“gomawoyo Ara-ssi”
“ne, pastikan anda tidur malam ini Jaejoong-ssi” pesan
Go Ara sebelum pergi
“lihat, ini sudah lewat tengah malam” telunjuknya mengarah
ke jam dinding yang menunjukkan pukul 1.30.
Jaejoong mengangguk pelan, rasanya sudah lama tidak ada
yang menawarkan persahabatan kepadanya. Ia melihat cairan putih beraroma vanila
itu, tanpa pikir panjang ia langsung meneguknya pelan-pelan.
Ara benar, susu hangat dapat membantunya tidur. Tak
lama setelah menghabiskan satu mug susu hangat itu, tubuhnya menjadi sangat
lelah, matanya mulai mengatuk dan ia memutuskan untuk berbaring di sofa.
Pukul 04.04
“mianhae… mianhae…” suara itu terdengar tidak jelas
namun cukup membuat Ji Min terhenyak. Ia yang baru saja mengambil kopi dari
lantai dasar tak sengaja mendapati Jaejoong yang tengah mengigau. Ia terbaring
di sofa dengan kemeja lengkapnya seperti yang dikenakan kemarin.
Ji Min mendekat dan berusaha mendengar igauan artis
ternama itu.
“mianhae Yunho-yah… mian…” setelah kata-kata itu
kemudian Jaejoong mulai menangis. Ia menangis sambil tertidur! Ji Min yang
menyaksikannya sempat cemas, namun ia tidak bisa memutuskan apakah harus
membangunkannya atau tidak.
Namun sebelum kebingungannya berakhir, Kim Jaejoong
keburu bangun. Ia nampak sangat lelah sekaligus putus asa “syukurlah…” ucapnya
seraya memejamkan mata “syukurlaah…” isak tangisnya belum juga terhenti.
“gwaenchanayo?” tanya Ji Min yang belum disadari
keberadaannya.
“ah… ne, gwaenchana” sahutnya sambil menyeka air mata
“aku hanya bermimpi buruk” tambahnya.
“sebaiknya, kau tidur di-“
“tidak, aku tidak ingin tidur lagi” potong Jaejoong
sambil bangkit dan berjalan menuju mejanya kembali. Ia pikir, saat ini bekerja
hanya satu-satunya cara untuk bertahan.
Ji Min yang masih cemas mengikutinya dari belakang “kau
sepertinya workaholic” komentar Ji Min.
Jaejoong sebenarnya tidak ingin diganggu siapapun
disaat seperti ini, jadi pertanyaan sederhana itu cukup menganggunya “itu
urusanku” tanggapnya dingin.
Ji Min mengangguk-angguk kemudian menyesap kopinya
“tapi menurutku, sebaiknya kau istirahat. Kau tahu kan, besok tim pembuat MV
akan pergi ke Korea besok?”
“apa?” Jaejoong terkejut, ia sama sekali tidak tahu
tentang hal itu.
“kau tidak tahu?” Ji Min mengingat sesuatu “sepertinya
sutradara Park membicarakannya saat rapat…”
“kenapa kita harus ke korea?”
“hm… ya, mungin karena kita orang Korea, atau… hmm…
mungkin juga karena XIATIC bekerja sama dengan perusahaan di sana untuk promosi
album ini” jawab Ji Min kurang pasti.
“perusahaan di sana? Perusahaan mana?”
Mendengar pertanyaan itu Ji Min menjadi bingung,
bagaimana mungkin Jaejoong tidak mengetahui hal ini “aku heran mengapa kau
bertanya seperti itu…” komentarnya polos “Perusahaan JYH, mantan agensimu!”
Jaejoong terbelalak.
***
Tujuh
Air hangat yang keluar dari shower itu menerpa kulit
Jaejoong yang putih. Badannya yang tinggi berisi itu pasrah diguyur hingga
basah seluruhnya tanpa sehelai pakaian pun menutupi. Matanya tertutup, berusaha
meredam semua kesedihan yang hadir meluap-luap saat kenangan itu menghampiri
ingatannya.
Flash back
“jakkamaaan…” Yunho menahan pintu kamar
mandi dari luar agar tidak ditutup Jaejoong.
“sirho, aku malu Yun” Jaejoong bersikeras
menutup pintu kamar mandi.
“kita kan suami istri, apa yang membuatmu
malu” pertahanannya semakin kuat.
Jaejoong kehabisan kata untuk menjelaskan
“tetap saja! Kalau begitu… nanti saja… oh? Kalau aku sudah siap…”
“apa yang kau bicarakan, heh?” Yunho
pura-pura bego. Sekarang, setengah badannya sudah berhasil melewati pintu. Ia
memegang tangan Jaejoong lalu mendorongnya sedikit dan…
“YaaaaAAA!” Jaejoong kesal karena dirinya
kalah adu kuat. Kini Yunho sudah berada di dalam kamar mandi dengannya. Ia
tetap tidak mau menerima ajakan Yunho untuk mandi bersama, menurutnya itu
memalukan dan sama sekali tidak romantis seperti yang dibilang Yunho.
“ya sudah kau saja duluan!” Jaejoong
melangkah hendak keluar dari kamar mandi namun tubuh kokoh Yunho menghalangi.
Selain itu tangan kirinya dengan cekatan menekan memutar kunci pintu dan sukses
membuat Jaejoong kembali terlihat risih.
Sebenarnya Yunho hanya ingin menggoda
Jaejoong, namun lama-lama ide itu tidak buruk juga untuk diperjuangkan. Ia
mulai menggelayut manja di tangan Jaejoong “chagi…” aegyonya “kali ini… saja,
emh?” ia mengacungkan jari telunjuknya.
Jaejoong tidak bisa menahan tawa jika
suaminya ini sudah bertingkah demikian. “araseo” kata Jaejoong sambil
melepaskan tangannya dari Yunho “tapi…” ia berjalan mendekati batahub yang
masih kering “aku tidak akan membuka bajuku” katanya sambil menyilangkan tangan
di depan dada.
Saat Jaejoong kembali berjalan mendekati
bathub, ia tidak sadar bahwa di dekatnya ada genangan air yang membuatnya
terpeleset.
“awaaas!!!” Dengan cekatan Yunho berlari
menghalangi kepala Jaejoong agar tidak terbentur.
DaaaKK gudubRAAKK!!!!
Keduanya jatuh ke dalam bathub dalam posisi
saling menindih. Jaejoong berhasil selamat karena Yunho menghalanginya. Yunho
sendiri tengah meringis karena kepalanya yang sekarang terasa berdenyut-denyut.
“gwaenchana?” Jaejoong segera bangkit dan
memeriksa kepala Yunho.
Untunglah tidak ada darah yang keluar “miann…” Jaejoong
merasa bersalah.
“appooo” ringis Yunho sambil duduk jongkok
dan membenamkan wajahnya diantara kedua kaki. Jaejoong yang merasa bersalah
hanya bisa mengusap-usap kepala Yunho pelan.
“bagaimana ini… di sini tidak ada dokter
lagi!” cemasnya.
Perlahan Yunho menegakkan kepalanya “aku
tidak butuh dokter…” katanya sambil memasang wajah kesakitan.
Jaejoong mengikuti posisi duduk Yunho.
Sekarang mereka berada dalam satu bathub dengan posisi jongkok dan
berhadap-hadapan “bagaimana kalau kau gegar otak hah?”
“aku hanya butuh…” matanya mencuri pandang
kearah Jaejoong “mandi ber-“
Cup.
Jaejoong mengecupkan bibirnya pada bibir
Yunho “dasar mesum!” komentarnya pendek. “untuk hari ini hanya bathub kiss,
tidak lebih” lalu Jaejoong kembali melumat bibir Yunho, kali ini lebih lama.
End of Flashback
Jaejoong merengkuh tubuhnya sendiri, ia merasa begitu
kosong tanpa Yunho di sisinya. Saat ini ia mencoba bertahan agar tidak melukai orang
di sekitarnya, namun ia sendiri tidak punya cukup keberanian untuk menyakiti
diri sendiri lebih lama. Ia tidak bisa lagi berpikir dan menyusun rencana,
semuanya terasa gelap di depan sana…
Usai mandi, Jaejoong memakai pakaian baru dan merias
diri seperlunya. Ada yang harus ia tanyakan pada Junsu hari ini. Saat
pikirannya masih kacau, ia bahkan berniat untuk langsung melakukan serangan
fisik pada ‘orang gila’ itu. Namun sekarang pikirannya sudah lumayan tenang dan
memutuskan untuk tidak memperkeruh suasana.
Tok! Tok! Tok!!
Pintu terbuka sebelum pemilik ruangan memberi izin
untuk masuk. Tadinya Junsu hendak menyemprot orang tidak sopan itu, namun
setelah melihat Jaejoonglah yang datang, ia malah tersenyum “bagaimana
tidurmu?”
“ada yang ingin kutanyakan” kata Jaejoong dingin, ia
bahkan sengaja mengabaikan pertanyaan Junsu.
Junsu terlihat tidak senang “tadi aku ke ruanganmu tapi
kau tidak ada, habis dari man-“
“benarkah kita akan ke Korea hari ini?” potong Jaejoong
dengan nada membentak.
Junsu tidak langsung menjawab, ia menyandarkan
punggungnya sambil memainkan jemari “duduklah dulu” perintahnya.
Jaejoong duduk di depan Junsu dan menatapnya tajam
“jawab pertanyaanku!”
“benar… aku tadinya akan memberitahumu tapi-“
“chh!” cibir Jaejoong memotong kalimat Junsu “bagaimana
bisa kau selicik ini Kim Junsu! Kau membujukku dengan alasan untuk
menyelamatkan JYH namun sekarang kau justru memperalatku untuk menghancurkan
perusahaan itu??!!” terlihat jelas kemarahan Jajeoong di kedua matanya yang
bening.
“tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk
menjelaskan?”
“apa? Apa yang ingin kau jelaskan?” tantang Jaejoong.
“ini semua bukan karena aku ingin JYH hancur, tapi aku
ingin kau melupakan Jung Yunho”
“dengan cara mempertemukannya kembali denganku?” sindir
Jaejoong, merasa alasan itu tidak masuk akal.
“dengan cara melawannya” ralat Junsu dengan tatapan
dingin.
Tangan Jaejoong mengepal geram, seluruh tubuhnya
gemetar menahan gejolak amarah.
***
Entah bagaimana tanggapan para reader semua tentang FF ini yang jelas Admin berniat menyelesaikannya dalam 10 episode. Terimakasih buat reader baik yang mengirim komen atau tidak.