Rabu, 01 Juli 2015

For You [episode 3]

Main Cast:
Kim Jaejoong, Jung Yunho, Shim Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun

Cameo:
Ahn Jae Hyun, Im Si Wan, Ji Chang Wook (Healer)

Genre: Romence

Satu

Park Yoochun baru saja menerima laporan dari anak buahnya bahwa Jung Yunho terlihat di bandara Incheon beberapa jam sebelum penerbangan Jaejoong. Ia cukup mengenal nama itu meski belum pernah sekalipun bertemu dengannya secara langsung. Jung Yunho adalah pewaris tunggal sekaligus Presdir JYH Entertaiment, ia memiliki wajah yang tampan, tubuh yang tinggi, dan masih lajang. Sangat wajar jika ia tertarik kepada Kim Jaejoong.

“untuk sekarang, tanyakan dulu pada pihak JYH tentang keberadaan Jung Yunho hari itu” perintah Yoochun kepada Im Si Wan, lewat telpon.

“ne, hyungnim!” sahut orang kepercayaannya itu, singkat. Ia adalah mata-mata yang belajar secara otodidak namun sangat handal dalam bidang ini.

Yoochun mengakhiri panggilan telpon itu dan mulai membuka emailnya.  Si Wan baru saja mengirimkan video CCTV yang menangkap sosok Jung Yunho di bandara.

Setelah mengamatinya dengan detil, kecurigaanya mulai menajam. Yoochun memang punya intuisi yang kuat dalam membaca sebuah keadaan. Maka, tak lama kemudian ia telah berselancar di dunia maya dan mencari tahu tentang sosok Jung Yunho. Analisisnya mengatakan bahwa ia harus mencari segala aset milik Yunho di Indonesia.

Dugaannya memang benar, Yunho memiliki  alasan yang kuat untuk ke negeri itu, tanpa berhubungan dengan kepergian Jaejoong. Sang Presdir berwajah kecil itu sedang merintis anak perusahaan JYH di Indonesia, ia membeli beberapa gedung perkantoran yang tahun ini sudah mulai dioperasikan. Selain gedung di kawasan elite, namanya juga terdaftar sebagai pemilik perkebunan di wilayah pedesaan, serta memiliki ratusan hektar tanah di pegunungan yang jauh dari pusat kota.

“dia sangat menyukai alam rupanya…” bisik Yoochun heran, alarm kecil di kepala Park Yoochun mulai berbunyi pelan, tanda bahwa ada sesuatu yang janggal. Namun belum sempat ia meneruskan investigasi, seseorang telah mengetuk pintu kantornya.

“masuk!” Yoochun mengalihkan perhatiannya dari layar komputer ke sosok di depannya “wae geurae Jae Hyun-ah?” tanyanya heran melihat namja itu masuk dengan nafas terengah-engah.

“Ketua…” Ia berjalan mendekat “kami telah menemukan jejek Kim Jaejoong!”
Yoochun sontak berdiri “di mana dia?”

***

Dua

Di hari yang panas ini, Changmin bermimpi bisa menikmati lagi hari-harinya sebagai pegawai kantoran biasa yang menikmati makan siang dengan damai. Bukan duduk di kursi presdir dan mendapat kunjungan wartawan setiap lima menit seperti ini.

“jangan hindari wartawan” begitulah pesan Yunho hyeong sebelum ia pergi meninggalkan kekacauan ini di bawah tanggung jawabnya.

“apa kabar wakil Shim!” wartawan berwajah tampan itu menyalami Changmin yang tengah memasang senyum palsunya.

“kabar baik wartawan Ji” jawabnya setelah melirik ke arah tanda pengenal yang menggantung di leher tamunya itu.

“apa aku menganggumu?”

“Ya! Sangat! Sangat mengganggu!!!” gerutu Changmin dalam hati.

“tidak, aku memang punya waktu luang saat istirahat makan siang” ia kembali berusaha memasang wajah ramah.

“ah… kalau begitu aku akan langsung saja agar anda bisa makan siang setelah ini” ucapnya begitu sopan “hm… sebenarnya saya hanya ingin memastikan sesuatu”

“apa itu?” tanya Changmin.

“di mana presdir Jung saat Kim Jaejoong menghilang?”

Changmin pura-pura berpikir “hmm… karena itu sekitar lima hari yang lalu, jadi kurasa ia sudah berangkat ke Amerika! Sebentar…” tangannya meraih ponsel dan mencari sesuatu di dalamnya. “Ah… benar… presdir Jung sudah satu minggu ini berada di Amerika, lihat aku bahkan mencatat tanggal kepergiannya di agendaku” Changmin memperlihatkan layar ponselnya pada wartawan Ji Chang Wook itu.

Chang Wook melirik sosok di hadapannya diam-diam “ah… begitu rupanya! Benar kan! Sudah kuduga seperti itu…” sosok jangkung yang memiliki leher kura-kura itu terlihat mempercayai apa yang dikatakan Changmin.

“sudah kuduga?” Changmin berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya dipirkirkan oleh tamunya itu.

“ah… begini waki presdir Shim, aku ini fansnya Kim Jaejoong jadi aku tidak pernah memiliki prasangkan buruk apapun padanya. Tapi teman-teman bahkan atasanku bilang bahwa hilangnya Kim Jaejoong ada hubungannya dengan skandalnya bersama presdir Jung…” namja yang terlihat polos itu nyeroscos panjang lebar. “jadi sebagai wartawan aku ingin membersihkan namanya”

“ahh… begitu rupanya” Changmin terlihat lega. “kalau begitu, aku juga meminta tolong padamu untuk melakukannya wartawan Ji, aku harap berita menghebohkan ini tidak menjadi bencana untuk JYH” Changmin tersenyum, kali ini sungguhan.

“tapi wakil Shim… setahuku bukankah anda bekerja di kantor baru JYH Indonesia?” tanya Chang Wook, kali ini terdengar bukan seperti pertanyaan wartawan, tapi lebih seperti fans yang haus informasi tentang agensi biasnya.
“benar, tapi karena presdir Jung sedang tidak ada di sini, jadi untuk sementara aku di Korea dulu”

“bagaimana Indonesia menurutmu, wakil Shim? Aku dengar banyak tempat berlibur yang menarik di sana” pertanyaan selanjutnya ini semakin terdengar sok akrab.

“aku tidak begitu suka berlibur, tapi kalau kau butuh rekomendasi tempat yang bagus di Indonesia, aku sarankan untuk datang ke kepulauan di daerah timur, pemandangannya… euuh… sungguh bukan main!” Changmin bahkan meninggikan jempolnya ke udara.

Chang Wook terlihat antusias, ia mengangguk-anggukan kepala dengan cepat, tanda bahwa rekomendasi Changmin akan ia ingat selamanya. Setelah beberapa saat melakukan basa-basi lagi, Chang Wook pun segera pamit kepada Changmin.

“aigoo” lirihnya dengan nada lelah, ia akan melewatkan lagi makan siang hari ini dengan kimbab kantin lagi rupanya.

***

Tiga

Chang Wook keluar dari gedung JYH Entertaiment dan segera masuk ke mobil. Sebelum menstarter kendaraannya itu, ia menekan alat yang terhubung dengan telinganya “kau sudah melihat semuanya kan?”

Im Si Wan tersenyum kecil, ia memandangi layar komputer yang terhubung dengan kamera tersembunyi ke kacamata Chang Wook. Di telinganya tersemat alat komunikasi yang sama dengan yang dipakai oleh Chang Wook “aku melihatnya dengan jelas, gomawo…” ucapnya singkat sambil hendak mematikan alat komunikasi.

“hey! Hey! Hey! Ahjussii…” rajuk Chang Wook yang seketika menghentikan gerakan tangan Si Wan. “kau pikir mau kabur ke mana sebelum membayarku hah?” tagihnya.

“dengar healer… jika dalam pekerjaan selanjutnya kau masih suka menagih seperti itu, kupecat kau! Aku ini hacker profesional, jadi tidak mungkin kabur seenaknya! Bayaranmu ada di mobil. Cari sendiri…!” dengan cepat sambungan keduanya pun langsung terputus.

“cih…!” keluh Chang Wook.

***

Empat

Yunho bangun dari tidur siangnya di atas sofa ruang tengah. Ia teringat bahwa tadi Jaejoong juga tertidur di pangkuannya namun saat ini yeoja itu sudah menghilang. Yunho duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawanya, kemudian ia bangkit menuju tempat minum dan meneguk segelas air putih dengan rakus.

“Jaejoong-ah…” panggilnya berjalan berkeliling mencari sosok istrinya itu ke beberapa ruangan. Jaejoong tidak ditemukan di dapur, kamar mandi maupun kamar tidur mereka.

Yunho mulai mencari Jaejoong di luar rumah, namun hasilnya tetap nihil. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba perasaan tidak enak menghampirinya. “Jangan-jangan…”

Yunho seperti kesetanan, ia berlari-lari mancari Jaejoong sekali lagi ke setiap sudut ruangan di dalam rumah. Hasilnya tetap sama, dan itu membuatnya nyaris gila, ia takut Jaejoong…

“duaarrr!!!” seseorang mengagetkannya dari belakang dan orang itu sudah pasti Jaejoong. Yeoja itu merangkul Yunho dari belakang meski harus menjinjitkan kakinya.

Yunho berbalik dan langsung meraih pundak Jaejoong dengan agak kasar “kau…!” rasa cemas terpantul jelas di mata namja itu. “kau dari mana saja?” cengkraman di pundak Jaejoong mulai mengendur.

Jaejoong yang tidak mengerti apa-apa langsung ikut kaget dengan reaksi Yunho yang sedemikian panik. “ada apa?” Jaejoong bertanya, ia ikut merasakan kekhawatiran Yunho.

Yunho menunduk, mengambil alih kembali akal sehatnya “tidak, aku hanya takut kau…”

“pergi? Menghilang?” tebak Jaejoong dengan mata lebar, ia terlihat kecewa dengan alasan Yunho.

“eo…” Yunho mengiyakan.

“menurutmu aku wanita seperti itu?”

“tidak, tapi tetap saja…”

“itu tandanya kau tidak percaya padaku, benarkan?” Jaejoong mulai memasang tampang betenya.

“aniya…” Yunho merasa kembali terjebak oleh kata-katanya sendiri “aku benar-benar cemas tadi, tapi bukan berarti tidak mempercayaimu Jaejoong-ah…”

“dwaesso…” Jaejoong pura-pura marah, ia berbalik dan berjalan menuju sofa.
Yunho mengikutinya dari belakang sambil tetap berusaha untuk menjelaskan yang sebenarnya pada Jaejoong. “sudah kubilang bukan begitu!!!” Yunho mulai naik darah karena penjelasannya disalahpahami terus oleh Jaejoong, ia jadi merasa aneh karena biasanya Jaejoong bukan orang seperti itu. Jaejoong wanita yang dewasa dan tipe pendengar yang akan menerima penjelasan rasional dengan mudah.

“aku membencimu!” Jaejoong membalikan badan lagi, membelakangi Yunho. Ia duduk dengan memeluk lututnya erat.

“sebenarnya ada apa sih dengamu hari ini?” Yunho tidak tahan juga dirinya dipojokkan.

“kau tidak tahu kan, ini hari apa?” Jaejoong tetap tidak membalikan badan.
Akhirnya Yunho mengerti letak kesalahannya, ternyata hari ini adalah hari penting dan ia tidak mengingatnya. Yunho diam sebentar, berpikir keras untuk mengingat tanggal hari ini. 

“Jaejoong-ah… kau tahu kan, aku ini sedikit pelupa… emm… jadi… tidak bisakah kau memaafkanku kali ini?” Yunho memohon, sekarang ia berdiri dengan kedua lututnya di hadapan Jaejoong. Kedua tangan kekarnya mengunci tangan yeoja itu agar tidak membalikan badan lagi.

“kau benar-benar tidak ingat?” wajah jutek Jaejoong melunak.

“mian…” Yunho merasa bersalah.

“pabo…” gumam Jaejoong “kurasa kita harus melakukan sesuatu dengan kepalamu ini. Kalau suatu hari kau lupa padaku bagaimana?”

“eeyy… itu pengecualian besar. Meskipun aku lupa pada diriku sendiri, aku tidak akan pernah melupakanmu!” Yunho nyengir.

“rasanya tidak akan deh…” Jaejoong menatap Yunho sanksi “sini kepalamu!” kedua tangan Jaejoong memegang kepala Yunho dan menggoyangkannya ke kanan dan kiri seolah bisa menemukan kerusakan di kepala Yunho dengan cara itu.

Yunho hendak memberontak, namun tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di keningnya.
Cup.

“saengil cukahae… the only one my Jung Yunho…”
Yunho membeku, ia merasa benar-benar pantas dibilang bodoh. Bagaimana ia bisa lupa akan hari ulang tahunnya sendiri?

“gomawo…” hanya satu kata sederhana itu yang meluncur dari bibir Yunho, namun tatapan matanya yang tulus lebih dari cukup untuk menggambarkan betapa besarnya rasa itu.

“kau baru 28 tahun tapi ingatanmu seperti haraboji” omel Jaejoong pelan.

“makanya tinggallah di sisiku, jangan menghilang tanpa izin seperti tadi” Yunho menarik pinggang Jaejoong mendekat ke tubuhnya.

“ne… haraboji…” ujung telunjuknya mencolek ujung hidung Yunho yang mancung.

Yunho memeluk Jaejoong lama sekali.

***

Lima 

Ting Tong!
Bel di aperteman Junsu berbunyi, ia segera mendekat ke intercom dan melihat siapa yang datang malam-malam begini. Namun ia tidak bisa melihat apapun di interkomnya selain dua buah kantong plastik ukuran sedang.

“nuguseyo?” tanyanya waspada.

“SOJU”

Junsu nyengir dan langusng membukakan pintu begitu mendengar suara sang tamu yang sangat dikenalnya. Dialah Park Yoochun, sahabat sekaligus keluarga satu-satunya di Korea ini.

“Yoochun-ah…” tiga tahun tidak bertemu membuat rasa rindu diantara keduanya kian memuncak. Junsu langsung menghambur memeluk Yoochun yang masih nampak kerepotan dengan dua kantong plastik di salahsatu tangannya.

“jal jinaeni?” tanya Yoochun

“jal jinaejji keurom” Junsu tersenyum lebar lantas mempersilakan Yoochun masuk ke ruang tamu.

“ada apa ini, kenapa tidak memberi tahuku dulu bahwa kau mau datang?” tanya Junsu heran, mengenal Yoochun sejak lama membuatnya bisa langsung mengenali gelagat aneh Yoochun.

“tentu saja karena ada berita bagus…” Yoochun mulai membongkar kaleng-kaleng minuman yang dibawanya. Satu kaleng bir untuknya dan satu kaleng jus untuk Junsu.

“benarkah?” Junsu yang penasaran mencondongkan tubuhnya ke arah Yoochun.
Yoochun membuka kaleng birnya sambil mengangguk.

“mwondae?” Junsu tidak sabar.

“aku sudah menemukan Kim Jaejoong!”

Junsu tercengang, ia menghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa seolah tenaganya tiba-tiba lenyap. Ia kemudian mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya berkali-kali. “kau… benar-benar menemukannya?”

“hm” Yoochun mengangguk lagi.

“kau yakin itu dia?”

“100%” Yoochun meneguk birnya agak banyak.

Junsu tersenyum lega ini adalah awal dari kemenangannya. Sebentar lagi, ia akan mereguk manis dari perjuangan panjangnya selama ini. Ia memejamkan mata, menahan haru yang tiba-tiba saja menyerbu matanya. Dalam gelap, wajah itu muncul, wajah cantik yang menjadi mimpi buruknya sejak saat itu.

Flashback

“Junsu yah…!!!” teriak Jaejoong dari dapur, ia tengah membuat kue-kue kering kesukaan Junsu.

Setelah beberapa saat memanggil, tetap tidak ada jawaban dari ruangan di lantai dua sana.

Jaejoong mulai habis kesabaran, ia lalu melepas celemeknya dan memutuskan untuk mendatangi Junsu langsung. Sambil berkacak pinggang ia membuka pintu, wajah garangnya semakin kentara saat mendapai bahwa Junsu ada di sana, memfokuskan diri pada layar komputer dan seperangkat alat lainnya yang biasa digunakan untuk menciptakan lagu.

“kau tidak mendengarku?”

“kau memanggilku?” Junsu balik bertanya, melihat tampang Jaejoong yang tidak bersahabat ia lantas menyimpan dulu pekerjaannya dan beralih memperhatikan Jaejoong.”ah… mian, aku sedang fokus… ada apa?”

Jaejoong masih enggan melepaskan tampang sebalnya “aku selalu menjadi nomor dua jika bersaing dengan musik…”

“tidak, kau nomor tiga! Setelah musik dan sepak bola…”

Jaejoong siap menyerang Junsu dengan cubitannya, namun Junsu justru tertawa terbahak-bahak.

~~~

“Junsu-yaah… keluarkan aku!!!”

Junsu menangis tanpa suara dan menjambak rambutnya sendiri di depan pintu ruangan itu. Ia merasa hampir meledak karena tidak bisa mengalahkan keinginannya sendiri untuk membebaskan Jaejoong dari ruangan itu. Jaejoong menjadi obsesinya, ia tidak bisa membiarkan wanita itu menjauh sejengkalpun dari rumahnya.

~~~

“mwooo??? Melarikan diri???” Junsu menarik kerah pak satpam itu dengan kasar, jika Yoochun tidak segera datang, maka Junsu sudah menjadi pembunuh saat itu.

“bagaimana bisa dia lari? Cepat tangkap dia!!! Cepaattttt” perintahnya kepada beberapa pengawal lain yang berada di sana.

Sejak saat itu, dunia Junsu nyaris berakhir. Ia mencoba bunuh diri beberapa kali namun selalu berhasil digagalkan oleh Yoochun. Melihat Junsu menderita seperti itu, Yoochun pun mencoba melakukan yang terbaik untuk memulihkan kembali kesadaran saudara se-pantiasuhannya itu.

~~~

“aku akan membawa Jaejoong kembali padamu…” janji Yoochun suatu hari, saat itu Junsu tengah dirawat di rumah sakit karena semalam ia kembali mencoba bunuh diri dengan memakan Baygon bakar.

Mendengar janji itu, Junsu mulai terlihat berbeda. Kesehatannya pulih beberapa hari kemudian dan ia langsung bersemangat untuk mencari Jaejoong. Jaejoong adalah jalan menuju mimpi besarnya, Junsu bertekad akan menemukan gadis itu kembali apapun resikonya.

~~~

“berhentilah menangis!” keluh Yoochun risih.
Junsu mengusap matanya dan baru sadar bahwa wajahnya nyaris basah semua 

“maaf, aku… sangat bahagia”

“apa rencanamu setelah bertemu dengannya…?” tanya Yoochun hati-hati.
Junsu terdiam sejenak, sejujurnya, pertanyaan yang sama juga kerap muncul di otaknya dan mendesak agar ia menemukan jawaban yang tepat.

“minta maaf…” ucapnya pelan “…dan memintanya untuk kembali” ada nada ragu yang mencoba bersembunyi di balik kata-kata terakhir itu.

Yoochun berusaha terlihat setuju. Bukan karena hatinya mengatakan demikian, tapi karena itulah hal terbaik yang bisa ia lakukan untuk menjaga Junsu yang tengah sakit.

***

Enam

Changmin mondar-mandir di dalam ruangan, dari raut wajahnya sudah bisa dipastikan bahwa sedang ada kekacauan yang tengah terjadi. Sekretaris Cho berusaha menenangkan wakil direkturnya itu berkali-kali namun pendengaran Changmin seperti ikut tersumbat. Sebagai gantinya jutaan keluhan dan makian tak henti terucap dari mulutnya.

“anhi, bagaimana mungkin para wartawan itu tidak punya sopan santun seperti ini?” tangannya bergerak ke atas dan ke bawah, menunjuk si wartawan entah-siapa di luar sana yang menyebarkan gosip miring tentang JYH.

“tenanglah wakil presdir, bagian keamanan akan mengurusi hal ini” Kyuhyun mencoba untuk yang kesekian kalinya.

“kalau ini tidak berakhir juga, akan terjadi sesuatu yang buruk pada JYH, kan?” matanya melirik sekilas ke arah Kyuhyun, namun tentu saja bukan untuk menunggu jawaban, namun hanya gerakan refleks ekspresi rasa panik.

Changmin melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja kerja. Sedetik kemudian dalam pikirannya terbesit sesuatu. Ia mulai bimbang dan menggigit bibir bawahnya sambil tetap mondar mandir.

“Aniya…!” tukasnya pada diri sendiri. Kyuhyun yang tidak tahu apa-apa tentang percakapan internal di kepala Changmin hanya bisa menatap bingung. 

Diam-diam namja itu mengasihani wakil direktur yang masih terbilang muda ini.

“eotteohkaji?” langkah Changmin terhenti mendadak di dekat jendela. Matanya menatap lautan lampu malam kota Seoul dengan gamang. Dengan berat hati ia pun memutuskan untuk memberi tahu Yunho tentang apa yang terjadi di perusahaan dua hari belakangan.

***

Tujuh

Perayaan ulang tahun Yunho berakhir dengan dansa romantis di tengah ruangan kamar tidur. Sekarang keduanya telah tertidur lelap dengan tangan yang masih saling terpaut. Jam digital di samping tempat tidur menunjukkan pukul 02.03. Waktu yang terlalu dini bagi seseorang untuk membangunkan Yunho dengan dering telpon ponselnya.

Yunho melepaskan tangan Jaejoong dengan hati-hati. Ia lalu berjalan ke arah jendela kamar dan mengangkat telpon yang berdering dengan nada khusus itu, ia tahu bahwa Changmin yang menelpon.

“Eo? Changminie?”

“hyeong… apa aku membangunkanmu?”

“hmm… tidak apa-apa, aku tidur terlalu awal tadi. Ada apa?”

“ada yang… ingin kubicarakan”

“geurae, soal apa?”

“perusahaan”

Yunho melirik Jaejoong sekilas, ia masih tertidur pulas dengan wajah lelahnya.   
“sebentar…” Yunho memutuskan untuk berbicara di ruang tengah saja. Ia takut suaranya bisa membangunkan Jaejoong.

“bicaralah…” kata Yunho setelah menuangkan segelas air dan membawanya ke ruang tengah.

“maafkan aku hyeong, aku tidak bisa menjaga perusahaan dengan baik”

“maksudmu apa Chang? Bicara dulu yang jelas, agar aku mengerti” sahut 
Yunho tenang.

“ada rumor buruk yang beredar soal perusahaan” Changmin semakin cemas, ia sendiri tidak yakin apakah Yunho harus mengetahui ini atau sebaiknya tidak.

“apa itu?” Yunho berusaha agar tetap terdengar tenang.

“mulai ada rumor yang buruk tentang perusahaan…” Changmin menahan nafas, gugup. “mereka membuat seolah-olah JYH yang mencampakkan Jaejoong dan hilangnya Jae mulai dikait-kaitkan dengan kejahatan Ayahmu di masa lalu”

Yunho tertohok mendengar laporan Changmin “separah apa rumor itu menyebar?”

Changmin terdiam sejenak, inilah bagian terberat yang harus disampaikannya “sangat buruk hyeong, beberapa calon inverstor sudah membatalkan kerjasama mereka gara-gara berita sialan itu”

“para pemegang saham?”

“mereka akan mengadakan rapat besok, dan sebaiknya… hm… sebaiknya kau hadir hyeong, jika tidak mungkin kepercayaan para pemegang saham pada kredibilitasmu akan berkurang”

Yunho menghela nafas berat “tidak bisakah kau yang mengurusnya dulu? Aku…”

“kau tidak bisa meninggalkan Jaejoong sendirian?”

“ya…”

“hyeong, cobalah untuk berpikir jernih sekarang. Aku tahu seberapa penting Jae untukmu, tapi saat ini perusahaan juga sedang membutuhkanmu. Mimpimu sedang dalam bahaya besar saat ini, jika kau tidak menyelamatkannya… aku tidak tahu apakah kau akan menyesal nantinya…” Changmin ikut menghela nafas berat, sejujurnya ia juga tidak tega membuat Yunho harus memilih diantara dua hal yang sama pentingnya bagi Yunho.

“Changmin ah… tidak bisakah kau menolongku lagi kali ini?”

“hyeong…” Changmin lansung mengerti bahwa itu adalah isyarat bahwa Yunho tidak bisa meninggalkan Jaejoong saat ini.

“beri aku waktu sedikit lebih lama lagi, ng?”

Changmin sudah mengira bahwa Yunho akan keras kepala seperti ini, 
“bagaimana jika begini?” Changmin mengajukan penawaran yang mungkin terdengar agak gila “kita bertukar tugas! Kau mengrus perusahaan dan aku menjaga Jaejoong…”

***

Thanks for reading this fanfiction!!! jangan lupa coment ya, karena admin masih baru banget dalam dunia per-ff-an jadi butuh kritik, masukan, atau makanan juga boleh hehehe ^ ^


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar