Main Cast:
Kim Jaejoong, Jung Yunho, Shim Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun
Cameo:
Ahn Jae Hyun, Im Si Wan, Ji Chang Wook (Healer)
Genre: Romence
Satu
Park Yoochun baru saja
menerima laporan dari anak buahnya bahwa Jung Yunho terlihat di bandara Incheon
beberapa jam sebelum penerbangan Jaejoong. Ia cukup mengenal nama itu meski
belum pernah sekalipun bertemu dengannya secara langsung. Jung Yunho adalah
pewaris tunggal sekaligus Presdir JYH Entertaiment, ia memiliki wajah yang
tampan, tubuh yang tinggi, dan masih lajang. Sangat wajar jika ia tertarik
kepada Kim Jaejoong.
“untuk sekarang, tanyakan
dulu pada pihak JYH tentang keberadaan Jung Yunho hari itu” perintah Yoochun
kepada Im Si Wan, lewat telpon.
“ne, hyungnim!” sahut orang
kepercayaannya itu, singkat. Ia adalah mata-mata yang belajar secara otodidak
namun sangat handal dalam bidang ini.
Yoochun mengakhiri
panggilan telpon itu dan mulai membuka emailnya. Si Wan baru saja mengirimkan video CCTV yang
menangkap sosok Jung Yunho di bandara.
Setelah mengamatinya dengan
detil, kecurigaanya mulai menajam. Yoochun memang punya intuisi yang kuat dalam
membaca sebuah keadaan. Maka, tak lama kemudian ia telah berselancar di dunia
maya dan mencari tahu tentang sosok Jung Yunho. Analisisnya mengatakan bahwa ia
harus mencari segala aset milik Yunho di Indonesia.
Dugaannya memang benar,
Yunho memiliki alasan yang kuat untuk ke
negeri itu, tanpa berhubungan dengan kepergian Jaejoong. Sang Presdir berwajah
kecil itu sedang merintis anak perusahaan JYH di Indonesia, ia membeli beberapa
gedung perkantoran yang tahun ini sudah mulai dioperasikan. Selain gedung di
kawasan elite, namanya juga terdaftar sebagai pemilik perkebunan di wilayah
pedesaan, serta memiliki ratusan hektar tanah di pegunungan yang jauh dari
pusat kota.
“dia sangat menyukai alam
rupanya…” bisik Yoochun heran, alarm kecil di kepala Park Yoochun mulai
berbunyi pelan, tanda bahwa ada sesuatu yang janggal. Namun belum sempat ia
meneruskan investigasi, seseorang telah mengetuk pintu kantornya.
“masuk!” Yoochun
mengalihkan perhatiannya dari layar komputer ke sosok di depannya “wae geurae
Jae Hyun-ah?” tanyanya heran melihat namja itu masuk dengan nafas
terengah-engah.
“Ketua…” Ia berjalan
mendekat “kami telah menemukan jejek Kim Jaejoong!”
Yoochun sontak berdiri “di
mana dia?”
***
Dua
Di hari yang panas ini, Changmin
bermimpi bisa menikmati lagi hari-harinya sebagai pegawai kantoran biasa yang
menikmati makan siang dengan damai. Bukan duduk di kursi presdir dan mendapat
kunjungan wartawan setiap lima menit seperti ini.
“jangan hindari wartawan”
begitulah pesan Yunho hyeong sebelum ia pergi meninggalkan kekacauan ini di
bawah tanggung jawabnya.
“apa kabar wakil Shim!”
wartawan berwajah tampan itu menyalami Changmin yang tengah memasang senyum
palsunya.
“kabar baik wartawan Ji”
jawabnya setelah melirik ke arah tanda pengenal yang menggantung di leher
tamunya itu.
“apa aku menganggumu?”
“Ya! Sangat!
Sangat mengganggu!!!” gerutu
Changmin dalam hati.
“tidak, aku memang punya
waktu luang saat istirahat makan siang” ia kembali berusaha memasang wajah
ramah.
“ah… kalau begitu aku akan
langsung saja agar anda bisa makan siang setelah ini” ucapnya begitu sopan “hm…
sebenarnya saya hanya ingin memastikan sesuatu”
“apa itu?” tanya Changmin.
“di mana presdir Jung saat
Kim Jaejoong menghilang?”
Changmin pura-pura berpikir
“hmm… karena itu sekitar lima hari yang lalu, jadi kurasa ia sudah berangkat ke
Amerika! Sebentar…” tangannya meraih ponsel dan mencari sesuatu di dalamnya.
“Ah… benar… presdir Jung sudah satu minggu ini berada di Amerika, lihat aku
bahkan mencatat tanggal kepergiannya di agendaku” Changmin memperlihatkan layar
ponselnya pada wartawan Ji Chang Wook itu.
Chang Wook melirik sosok di
hadapannya diam-diam “ah… begitu rupanya! Benar kan! Sudah kuduga seperti itu…”
sosok jangkung yang memiliki leher kura-kura itu terlihat mempercayai apa yang
dikatakan Changmin.
“sudah kuduga?” Changmin
berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya dipirkirkan oleh tamunya itu.
“ah… begini waki presdir
Shim, aku ini fansnya Kim Jaejoong jadi aku tidak pernah memiliki prasangkan
buruk apapun padanya. Tapi teman-teman bahkan atasanku bilang bahwa hilangnya
Kim Jaejoong ada hubungannya dengan skandalnya bersama presdir Jung…” namja
yang terlihat polos itu nyeroscos panjang lebar. “jadi sebagai wartawan aku
ingin membersihkan namanya”
“ahh… begitu rupanya”
Changmin terlihat lega. “kalau begitu, aku juga meminta tolong padamu untuk
melakukannya wartawan Ji, aku harap berita menghebohkan ini tidak menjadi
bencana untuk JYH” Changmin tersenyum, kali ini sungguhan.
“tapi wakil Shim… setahuku
bukankah anda bekerja di kantor baru JYH Indonesia?” tanya Chang Wook, kali ini
terdengar bukan seperti pertanyaan wartawan, tapi lebih seperti fans yang haus
informasi tentang agensi biasnya.
“benar, tapi karena presdir
Jung sedang tidak ada di sini, jadi untuk sementara aku di Korea dulu”
“bagaimana Indonesia
menurutmu, wakil Shim? Aku dengar banyak tempat berlibur yang menarik di sana”
pertanyaan selanjutnya ini semakin terdengar sok akrab.
“aku tidak begitu suka
berlibur, tapi kalau kau butuh rekomendasi tempat yang bagus di Indonesia, aku
sarankan untuk datang ke kepulauan di daerah timur, pemandangannya… euuh…
sungguh bukan main!” Changmin bahkan meninggikan jempolnya ke udara.
Chang Wook terlihat
antusias, ia mengangguk-anggukan kepala dengan cepat, tanda bahwa rekomendasi
Changmin akan ia ingat selamanya. Setelah beberapa saat melakukan basa-basi
lagi, Chang Wook pun segera pamit kepada Changmin.
“aigoo” lirihnya dengan
nada lelah, ia akan melewatkan lagi makan siang hari ini dengan kimbab kantin lagi
rupanya.
***
Tiga
Chang Wook keluar dari
gedung JYH Entertaiment dan segera masuk ke mobil. Sebelum menstarter
kendaraannya itu, ia menekan alat yang terhubung dengan telinganya “kau sudah
melihat semuanya kan?”
Im Si Wan tersenyum kecil,
ia memandangi layar komputer yang terhubung dengan kamera tersembunyi ke
kacamata Chang Wook. Di telinganya tersemat alat komunikasi yang sama dengan
yang dipakai oleh Chang Wook “aku melihatnya dengan jelas, gomawo…” ucapnya
singkat sambil hendak mematikan alat komunikasi.
“hey! Hey! Hey! Ahjussii…”
rajuk Chang Wook yang seketika menghentikan gerakan tangan Si Wan. “kau pikir
mau kabur ke mana sebelum membayarku hah?” tagihnya.
“dengar healer… jika dalam
pekerjaan selanjutnya kau masih suka menagih seperti itu, kupecat kau! Aku ini
hacker profesional, jadi tidak mungkin kabur seenaknya! Bayaranmu ada di mobil.
Cari sendiri…!” dengan cepat sambungan keduanya pun langsung terputus.
“cih…!” keluh Chang Wook.
***
Empat
Yunho bangun dari tidur
siangnya di atas sofa ruang tengah. Ia teringat bahwa tadi Jaejoong juga
tertidur di pangkuannya namun saat ini yeoja itu sudah menghilang. Yunho duduk
sebentar untuk mengumpulkan nyawanya, kemudian ia bangkit menuju tempat minum
dan meneguk segelas air putih dengan rakus.
“Jaejoong-ah…” panggilnya
berjalan berkeliling mencari sosok istrinya itu ke beberapa ruangan. Jaejoong
tidak ditemukan di dapur, kamar mandi maupun kamar tidur mereka.
Yunho mulai mencari
Jaejoong di luar rumah, namun hasilnya tetap nihil. Dalam keadaan seperti itu,
tiba-tiba perasaan tidak enak menghampirinya. “Jangan-jangan…”
Yunho seperti kesetanan, ia
berlari-lari mancari Jaejoong sekali lagi ke setiap sudut ruangan di dalam
rumah. Hasilnya tetap sama, dan itu membuatnya nyaris gila, ia takut Jaejoong…
“duaarrr!!!” seseorang
mengagetkannya dari belakang dan orang itu sudah pasti Jaejoong. Yeoja itu
merangkul Yunho dari belakang meski harus menjinjitkan kakinya.
Yunho berbalik dan langsung
meraih pundak Jaejoong dengan agak kasar “kau…!” rasa cemas terpantul jelas di
mata namja itu. “kau dari mana saja?” cengkraman di pundak Jaejoong mulai
mengendur.
Jaejoong yang tidak
mengerti apa-apa langsung ikut kaget dengan reaksi Yunho yang sedemikian panik.
“ada apa?” Jaejoong bertanya, ia ikut merasakan kekhawatiran Yunho.
Yunho menunduk, mengambil
alih kembali akal sehatnya “tidak, aku hanya takut kau…”
“pergi? Menghilang?” tebak
Jaejoong dengan mata lebar, ia terlihat kecewa dengan alasan Yunho.
“eo…” Yunho mengiyakan.
“menurutmu aku wanita
seperti itu?”
“tidak, tapi tetap saja…”
“itu tandanya kau tidak
percaya padaku, benarkan?” Jaejoong mulai memasang tampang betenya.
“aniya…” Yunho merasa
kembali terjebak oleh kata-katanya sendiri “aku benar-benar cemas tadi, tapi
bukan berarti tidak mempercayaimu Jaejoong-ah…”
“dwaesso…” Jaejoong
pura-pura marah, ia berbalik dan berjalan menuju sofa.
Yunho mengikutinya dari
belakang sambil tetap berusaha untuk menjelaskan yang sebenarnya pada Jaejoong.
“sudah kubilang bukan begitu!!!” Yunho mulai naik darah karena penjelasannya
disalahpahami terus oleh Jaejoong, ia jadi merasa aneh karena biasanya Jaejoong
bukan orang seperti itu. Jaejoong wanita yang dewasa dan tipe pendengar yang
akan menerima penjelasan rasional dengan mudah.
“aku membencimu!” Jaejoong
membalikan badan lagi, membelakangi Yunho. Ia duduk dengan memeluk lututnya
erat.
“sebenarnya ada apa sih
dengamu hari ini?” Yunho tidak tahan juga dirinya dipojokkan.
“kau tidak tahu kan, ini
hari apa?” Jaejoong tetap tidak membalikan badan.
Akhirnya Yunho mengerti
letak kesalahannya, ternyata hari ini adalah hari penting dan ia tidak
mengingatnya. Yunho diam sebentar, berpikir keras untuk mengingat tanggal hari
ini.
“Jaejoong-ah… kau tahu kan,
aku ini sedikit pelupa… emm… jadi… tidak bisakah kau memaafkanku kali ini?”
Yunho memohon, sekarang ia berdiri dengan kedua lututnya di hadapan Jaejoong.
Kedua tangan kekarnya mengunci tangan yeoja itu agar tidak membalikan badan
lagi.
“kau benar-benar tidak
ingat?” wajah jutek Jaejoong melunak.
“mian…” Yunho merasa
bersalah.
“pabo…” gumam Jaejoong “kurasa
kita harus melakukan sesuatu dengan kepalamu ini. Kalau suatu hari kau lupa
padaku bagaimana?”
“eeyy… itu pengecualian
besar. Meskipun aku lupa pada diriku sendiri, aku tidak akan pernah
melupakanmu!” Yunho nyengir.
“rasanya tidak akan deh…”
Jaejoong menatap Yunho sanksi “sini kepalamu!” kedua tangan Jaejoong memegang
kepala Yunho dan menggoyangkannya ke kanan dan kiri seolah bisa menemukan
kerusakan di kepala Yunho dengan cara itu.
Yunho hendak memberontak, namun tiba-tiba
sebuah kecupan mendarat di keningnya.
Cup.
“saengil cukahae… the
only one my Jung Yunho…”
Yunho membeku, ia merasa
benar-benar pantas dibilang bodoh. Bagaimana ia bisa lupa akan hari ulang
tahunnya sendiri?
“gomawo…” hanya satu kata
sederhana itu yang meluncur dari bibir Yunho, namun tatapan matanya yang tulus
lebih dari cukup untuk menggambarkan betapa besarnya rasa itu.
“kau baru 28 tahun tapi
ingatanmu seperti haraboji” omel Jaejoong pelan.
“makanya tinggallah di
sisiku, jangan menghilang tanpa izin seperti tadi” Yunho menarik pinggang
Jaejoong mendekat ke tubuhnya.
“ne… haraboji…” ujung
telunjuknya mencolek ujung hidung Yunho yang mancung.
Yunho memeluk Jaejoong lama
sekali.
***
Lima
Ting Tong!
Bel di aperteman Junsu
berbunyi, ia segera mendekat ke intercom dan melihat siapa yang datang
malam-malam begini. Namun ia tidak bisa melihat apapun di interkomnya selain
dua buah kantong plastik ukuran sedang.
“nuguseyo?” tanyanya
waspada.
“SOJU”
Junsu nyengir dan langusng
membukakan pintu begitu mendengar suara sang tamu yang sangat dikenalnya.
Dialah Park Yoochun, sahabat sekaligus keluarga satu-satunya di Korea ini.
“Yoochun-ah…” tiga tahun
tidak bertemu membuat rasa rindu diantara keduanya kian memuncak. Junsu
langsung menghambur memeluk Yoochun yang masih nampak kerepotan dengan dua
kantong plastik di salahsatu tangannya.
“jal jinaeni?” tanya
Yoochun
“jal jinaejji keurom” Junsu
tersenyum lebar lantas mempersilakan Yoochun masuk ke ruang tamu.
“ada apa ini, kenapa tidak
memberi tahuku dulu bahwa kau mau datang?” tanya Junsu heran, mengenal Yoochun
sejak lama membuatnya bisa langsung mengenali gelagat aneh Yoochun.
“tentu saja karena ada
berita bagus…” Yoochun mulai membongkar kaleng-kaleng minuman yang dibawanya.
Satu kaleng bir untuknya dan satu kaleng jus untuk Junsu.
“benarkah?” Junsu yang
penasaran mencondongkan tubuhnya ke arah Yoochun.
Yoochun membuka kaleng
birnya sambil mengangguk.
“mwondae?” Junsu tidak
sabar.
“aku sudah menemukan Kim
Jaejoong!”
Junsu tercengang, ia
menghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa seolah tenaganya tiba-tiba lenyap. Ia
kemudian mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya berkali-kali. “kau…
benar-benar menemukannya?”
“hm” Yoochun mengangguk
lagi.
“kau yakin itu dia?”
“100%” Yoochun meneguk
birnya agak banyak.
Junsu tersenyum lega ini
adalah awal dari kemenangannya. Sebentar lagi, ia akan mereguk manis dari
perjuangan panjangnya selama ini. Ia memejamkan mata, menahan haru yang
tiba-tiba saja menyerbu matanya. Dalam gelap, wajah itu muncul, wajah cantik
yang menjadi mimpi buruknya sejak saat itu.
Flashback
“Junsu yah…!!!”
teriak Jaejoong dari dapur, ia tengah membuat kue-kue kering kesukaan Junsu.
Setelah
beberapa saat memanggil, tetap tidak ada jawaban dari ruangan di lantai dua sana.
Jaejoong mulai
habis kesabaran, ia lalu melepas celemeknya dan memutuskan untuk mendatangi
Junsu langsung. Sambil berkacak pinggang ia membuka pintu, wajah garangnya
semakin kentara saat mendapai bahwa Junsu ada di sana, memfokuskan diri pada
layar komputer dan seperangkat alat lainnya yang biasa digunakan untuk
menciptakan lagu.
“kau tidak
mendengarku?”
“kau
memanggilku?” Junsu balik bertanya, melihat tampang Jaejoong yang tidak
bersahabat ia lantas menyimpan dulu pekerjaannya dan beralih memperhatikan
Jaejoong.”ah… mian, aku sedang fokus… ada apa?”
Jaejoong masih
enggan melepaskan tampang sebalnya “aku selalu menjadi nomor dua jika bersaing
dengan musik…”
“tidak, kau
nomor tiga! Setelah musik dan sepak bola…”
Jaejoong siap
menyerang Junsu dengan cubitannya, namun Junsu justru tertawa terbahak-bahak.
~~~
“Junsu-yaah…
keluarkan aku!!!”
Junsu menangis
tanpa suara dan menjambak rambutnya sendiri di depan pintu ruangan itu. Ia
merasa hampir meledak karena tidak bisa mengalahkan keinginannya sendiri untuk
membebaskan Jaejoong dari ruangan itu. Jaejoong menjadi obsesinya, ia tidak
bisa membiarkan wanita itu menjauh sejengkalpun dari rumahnya.
~~~
“mwooo???
Melarikan diri???” Junsu menarik kerah pak satpam itu dengan kasar, jika
Yoochun tidak segera datang, maka Junsu sudah menjadi pembunuh saat itu.
“bagaimana bisa
dia lari? Cepat tangkap dia!!! Cepaattttt” perintahnya kepada beberapa pengawal
lain yang berada di sana.
Sejak saat itu,
dunia Junsu nyaris berakhir. Ia mencoba bunuh diri beberapa kali namun selalu
berhasil digagalkan oleh Yoochun. Melihat Junsu menderita seperti itu, Yoochun
pun mencoba melakukan yang terbaik untuk memulihkan kembali kesadaran saudara
se-pantiasuhannya itu.
~~~
“aku akan
membawa Jaejoong kembali padamu…” janji Yoochun suatu hari, saat itu Junsu
tengah dirawat di rumah sakit karena semalam ia kembali mencoba bunuh diri
dengan memakan Baygon bakar.
Mendengar janji
itu, Junsu mulai terlihat berbeda. Kesehatannya pulih beberapa hari kemudian
dan ia langsung bersemangat untuk mencari Jaejoong. Jaejoong adalah jalan
menuju mimpi besarnya, Junsu bertekad akan menemukan gadis itu kembali apapun
resikonya.
~~~
“berhentilah menangis!”
keluh Yoochun risih.
Junsu mengusap matanya dan
baru sadar bahwa wajahnya nyaris basah semua
“maaf, aku… sangat bahagia”
“apa rencanamu setelah
bertemu dengannya…?” tanya Yoochun hati-hati.
Junsu terdiam sejenak,
sejujurnya, pertanyaan yang sama juga kerap muncul di otaknya dan mendesak agar
ia menemukan jawaban yang tepat.
“minta maaf…” ucapnya pelan
“…dan memintanya untuk kembali” ada nada ragu yang mencoba bersembunyi di balik
kata-kata terakhir itu.
Yoochun berusaha terlihat
setuju. Bukan karena hatinya mengatakan demikian, tapi karena itulah hal
terbaik yang bisa ia lakukan untuk menjaga Junsu yang tengah sakit.
***
Enam
Changmin mondar-mandir di
dalam ruangan, dari raut wajahnya sudah bisa dipastikan bahwa sedang ada
kekacauan yang tengah terjadi. Sekretaris Cho berusaha menenangkan wakil
direkturnya itu berkali-kali namun pendengaran Changmin seperti ikut tersumbat.
Sebagai gantinya jutaan keluhan dan makian tak henti terucap dari mulutnya.
“anhi, bagaimana mungkin
para wartawan itu tidak punya sopan santun seperti ini?” tangannya bergerak ke
atas dan ke bawah, menunjuk si wartawan entah-siapa di luar sana yang
menyebarkan gosip miring tentang JYH.
“tenanglah wakil presdir,
bagian keamanan akan mengurusi hal ini” Kyuhyun mencoba untuk yang kesekian
kalinya.
“kalau ini tidak berakhir
juga, akan terjadi sesuatu yang buruk pada JYH, kan?” matanya melirik sekilas
ke arah Kyuhyun, namun tentu saja bukan untuk menunggu jawaban, namun hanya
gerakan refleks ekspresi rasa panik.
Changmin melirik ponselnya
yang tergeletak di atas meja kerja. Sedetik kemudian dalam pikirannya terbesit
sesuatu. Ia mulai bimbang dan menggigit bibir bawahnya sambil tetap mondar
mandir.
“Aniya…!” tukasnya pada
diri sendiri. Kyuhyun yang tidak tahu apa-apa tentang percakapan internal di
kepala Changmin hanya bisa menatap bingung.
Diam-diam namja itu mengasihani
wakil direktur yang masih terbilang muda ini.
“eotteohkaji?” langkah
Changmin terhenti mendadak di dekat jendela. Matanya menatap lautan lampu malam
kota Seoul dengan gamang. Dengan berat hati ia pun memutuskan untuk memberi
tahu Yunho tentang apa yang terjadi di perusahaan dua hari belakangan.
***
Tujuh
Perayaan ulang tahun Yunho
berakhir dengan dansa romantis di tengah ruangan kamar tidur. Sekarang keduanya
telah tertidur lelap dengan tangan yang masih saling terpaut. Jam digital di
samping tempat tidur menunjukkan pukul 02.03. Waktu yang terlalu dini bagi
seseorang untuk membangunkan Yunho dengan dering telpon ponselnya.
Yunho melepaskan tangan
Jaejoong dengan hati-hati. Ia lalu berjalan ke arah jendela kamar dan
mengangkat telpon yang berdering dengan nada khusus itu, ia tahu bahwa Changmin
yang menelpon.
“Eo? Changminie?”
“hyeong… apa aku
membangunkanmu?”
“hmm… tidak apa-apa, aku
tidur terlalu awal tadi. Ada apa?”
“ada yang… ingin
kubicarakan”
“geurae, soal apa?”
“perusahaan”
Yunho melirik Jaejoong
sekilas, ia masih tertidur pulas dengan wajah lelahnya.
“sebentar…” Yunho memutuskan untuk berbicara
di ruang tengah saja. Ia takut suaranya bisa membangunkan Jaejoong.
“bicaralah…” kata Yunho
setelah menuangkan segelas air dan membawanya ke ruang tengah.
“maafkan aku hyeong, aku
tidak bisa menjaga perusahaan dengan baik”
“maksudmu apa Chang? Bicara
dulu yang jelas, agar aku mengerti” sahut
Yunho tenang.
“ada rumor buruk yang
beredar soal perusahaan” Changmin semakin cemas, ia sendiri tidak yakin apakah
Yunho harus mengetahui ini atau sebaiknya tidak.
“apa itu?” Yunho berusaha
agar tetap terdengar tenang.
“mulai ada rumor yang buruk
tentang perusahaan…” Changmin menahan nafas, gugup. “mereka membuat seolah-olah
JYH yang mencampakkan Jaejoong dan hilangnya Jae mulai dikait-kaitkan dengan
kejahatan Ayahmu di masa lalu”
Yunho tertohok mendengar
laporan Changmin “separah apa rumor itu menyebar?”
Changmin terdiam sejenak,
inilah bagian terberat yang harus disampaikannya “sangat buruk hyeong, beberapa
calon inverstor sudah membatalkan kerjasama mereka gara-gara berita sialan itu”
“para pemegang saham?”
“mereka akan mengadakan
rapat besok, dan sebaiknya… hm… sebaiknya kau hadir hyeong, jika tidak mungkin
kepercayaan para pemegang saham pada kredibilitasmu akan berkurang”
Yunho menghela nafas berat
“tidak bisakah kau yang mengurusnya dulu? Aku…”
“kau tidak bisa
meninggalkan Jaejoong sendirian?”
“ya…”
“hyeong, cobalah untuk
berpikir jernih sekarang. Aku tahu seberapa penting Jae untukmu, tapi saat ini
perusahaan juga sedang membutuhkanmu. Mimpimu sedang dalam bahaya besar saat
ini, jika kau tidak menyelamatkannya… aku tidak tahu apakah kau akan menyesal
nantinya…” Changmin ikut menghela nafas berat, sejujurnya ia juga tidak tega
membuat Yunho harus memilih diantara dua hal yang sama pentingnya bagi Yunho.
“Changmin ah… tidak bisakah
kau menolongku lagi kali ini?”
“hyeong…” Changmin lansung
mengerti bahwa itu adalah isyarat bahwa Yunho tidak bisa meninggalkan Jaejoong
saat ini.
“beri aku waktu sedikit
lebih lama lagi, ng?”
Changmin sudah mengira
bahwa Yunho akan keras kepala seperti ini,
“bagaimana jika begini?” Changmin
mengajukan penawaran yang mungkin terdengar agak gila “kita bertukar tugas! Kau
mengrus perusahaan dan aku menjaga Jaejoong…”
***
Thanks for reading this fanfiction!!! jangan lupa coment ya, karena admin masih baru banget dalam dunia per-ff-an jadi butuh kritik, masukan, atau makanan juga boleh hehehe ^ ^